Sakit-sakit dahulu
Berenang-renang ketepian
Ngejomblo-jomblo dahulu
Pacaran setelah menikah kemudian**
Riani menatap laman status di face booknya lekat-lekat, iya tersenyum kecil sambil terus menatap bahagia ponselnya. Efek tanda suka dari Ustadz Fauzan membuat Riani menggila. Baru kali ini Ustadznya itu memberikan tanda yang membuat jantung Riani berdebar-debar.
Impian Riani adalah menikah. "Gila! " banyak orang yang mengatakan dirinya gila dan lain sebagainya saat iya mengatakan ingin menikah. Bukan tanpa magsud, ada satu alasan dan nanti Riani akan menjelaskannya.
Dan pacaran tidak termasuk dalam impian seorang Riani.
Setelah solat Ashar, Riani seperti biasa telah siap dengan baju olahraga dan sepatunya. Sedikit peregangan iya pun mulai melangkah menyusuri jalan yang lenggang dari kendaraan.
Maklum mungkin banyak orang-orang yang memilih di rumah aja ketimbang keluar rumah jika tak ada urusan, takut virus corona.
Berbeda dengan Riani, dia keluar setiap sore untuk berolahraga. Selain untuk menjaga stamina tubuh, olahraga juga di harapkan bisa membakar lemak-lemak yang menumpuk di tubuhnya.
Sebenarnya masyarakat di harapkan untuk tidak keluar rumah, apalagi pergi ke masjid. Surat peringatan pun sudah pemerintah kirimkan kesetiap pimpinan mesjid. Bahkan mirisnya, solat jum'at pun di berhentikan. Tapi tetap ada saja orang yang masih ngeyel ke mesjid. Salah satunya Riani tentunya.
Sudah menjadi kebiasaan iya pergi kemesjid, terlebih belum ada kabar atau desas desus ada yang terjangkit Covid 19 di desanya. Jadi masih amanlah pergi kemasjid dan menimba ilmu disana. Asalkan selalu jaga kebersihan dan kesehatan tubuh.
Balik lagi ke Riani. Kini dia sudah bersama Novy dan Titi yang sekarang ikut olahraga. Mereka berjalan santai sesekali berlari di jalan yang sepi.Semilir angin yang menyejukan, pemandangan hijau yang terpampang di pinggir jalan, daun padi yang bergoyang karena tiupan angin, matahari yang mulai turun dan burung-burung yang berterbangan di langit yang biru cerah membuat pemandangan sore kali ini benar-benar lengkap sudah.
Jika di tanya, pilih tinggal di kota atau di desa? Pasti jawabannya ya di desa. Selain nyaman karena tidak pernah ada kemacetan, sejuk dan damai karena keasrian hutannya, di tambah orang-orang yang ramah tamah. Membuat siapa saja akan betah tinggal di desa. Termasuk Riani yang memiliki segudang cerita di tanah kelahirannya itu.
"Ti, kemarin malem Ustadz Fauzan aneh ya? Enggak biasanya langsung pulang tanpa ngejelasin ini itu dulu.? " Tanya Riani membuka percakapan.
Karena Novy tak ikut mengaji lagi, jadilah dia hanya diam sambil berjalan pelan.
"Hm, nih aneh banget. Tapi kayaknya Ustadz Fauzan marah deh karena cowok-cowok pada ngomong ini itu yang aneh-aneh tentang Ustadz Fauzan." Jawab Titi mengebu-gebu.
"Hah, kapan? Kok aku enggak tau ya? " tanya Riani agak kaget.
"Wah, kamu ketinggalan info nih. Padahal ya pas waktu mulai sampe selesai kalo ada kesempatan cowok-cowok pada bisik-bisik ngegosip. " Jelas Titi.
"Hah! "Riani melongo tak percaya. Tak menyangka cowok-cowok bisa juga ngegosip, di depan orangnya lagi.
"Hm, emang kamu enggak denger mereka ngegosip?"
Riani mengeleng kepala tanda tak tau. Mungkin karena dirinya sibuk melamun.
Titi mangut-magut, dia pun membuka pagar rumahnya dan berkata:" Oke deh aku duluan pulang ya, mau mampir dulu enggak? " Pamit Titi saat sudah sampai di depan rumahnya.
Riani dan Novy mengeleng kepala kompak.
"Enggak ah, udah sore nih. " Tolak Riani halus. "Nanti malem jangan lupa ngaji ya? "
Titi mengangguk sambil berkata,"Siap bosque!! "
Riani dan Novy mulai melangkah kembali. Sebetulnya rumah Riani sudah terlewati tapi karena mampir dan berbincang dengan Novy jadilah dia bablas ngegas lewati rumahnya.
"Ri, Ustadz Fauzan liatin kita tuh! " Seruan Novy semangat 45 mampu membuat Riani tanpa ba bi bu lagi langsung berbalik badan.
Tampak Ustadz Fauzan tengah berjalan sambil melihat dirinya, ralat Novy juga.
"Nov?!Ini aneh Nov? Ini aneh?!" Riani mulai salah tingkah. Dia memegang jantungnya, dramatis.
"Kenapa Ri? Kenapa?" Novy di buat panik, dia khawatir.
Riani menghembuskan nafas memburu. Dia tak sangggup lagi menengok kebelakang.
"Jantung Aku! " Riani berseru membuat Novy kalang kabut karena rasa khawatir, takut Riani jantungan terus pingsan di pinggir jalan kan bahaya.
"Ri, jangan buat khawatir napa? Jantung kamu kenapa? Sakit? " Tanya Novy benar-benar khawatir. Sosok Ustadz Fauzan telah menghilang di belakang mereka. Mungkin pulang kerumahnya lagi.
"Jantung aku deg degan, duh pipi aku panas nih! Enggak kuat. Ustadz Fauzannya masih ada enggak di belakang? "
Novy menepuk jidatnya. "Dasar Riani! Kirain apaan coba," runtuk Novy dalam hati.
"Enggak ada! Ustadz Fauzannya balik lagi mungkin kerumahnya. "
Riani membuang nafas lega. "Tadi tuh aneh banget. Liat Ustadz Fauzan gantengnya enggak ketulungan bikin jantung Riani pengen copot tau,saking deg degannya. Lebih-lebih pipi aku tetiba panas, Nov jangan-jangan? " Cerocos Riani penuh semangat mengebu-gebu, menceritakan ulang kejadian beberapa menit yang lalu.
"Jangan-jangan apa? " Tanya Novy kepo.
"Jangan-jangan aku suka Ustadz Fauzan! " pekik Riani saat berhasil menyimpulkan perasaannya.
"Hah! " Dan Novy hanya bisa melongo melihat tingkah Riani yang tengah di mabuk asmara.
****
Hahaha berhubung aku tau sifat dan sikap 'Riani' apalagi pas ketemu cem cemannya. Jadilah aku tulis asli, kelebayan seorang Riani.
Maaf pendek:)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.