4.Rahasia doa Riani

31 6 7
                                    

"Riani!!!!!! " Teriakan mengelegar yang puluhan kali menyahuti nama Riani tak mampu membuatnya tersadar.

Plaaak

"Riani bangun kamu!  Dah siang ini! " pekik sang ibu sambil memukul kaki sang anak.  Sontak Riani kaget dan segera mendudukan diri.

Sadis

Memang,  tapi itulah salah satu cara yang di rekomendasikan sang anak untuk membangunkannya.  Kenyataan Riani yang sulit bangun pagi membuat sang ibu naik darah.

Namun karena teramat sayang,  tak ada lagi goncangan penuh ke hati-hatian dan panggilan manis untuk membangunkan sang anak.  Boro-boro manis,  puluhan kali. Sejak subuh tiba,  Rum--Ibunya Riani, sudah bolak balik membangunkan.  Dari cara termanis sampai cara teeerrsadis.

Sudah di ciprat-ciprat pake air tak lupa dengan mulut komat-kamit membaca mantra agar si kebo yang susah bangun ini tersadar dari mimpi indahnya,  sampai ke cara hingga tangannya yang memerah karena memukul pipi, lengan bahkan kaki sekali pun tak mampu membuat anaknya terbangun.

Pagi hari adalah rutinitasnya sebagai ibu rumah tangga yang paling sibuk.  Belum memasak untuk sarapan suami dan anak-anaknya yang lain, Rum juga di sibukan dengan usahanya membangunkan sang anak yang sulit bangun ini.

Kenyataan sang suami, kakak Riani, dan sang adik tak mampu bahkan angkat tangan membuat Rum hanya pasrah.

Rum hanya bisa mengeleng kepala,  sudah bangun, duduk terdiam setelah beberapa menit Riani tersadar dan lari terbirit-birit ke kamar mandi.  Tak sengaja menyenggol pas bunga,  menabrak meja hingga meringis kesakitan,  membuat Rum hanya bisa mengulum senyum.

Aneh,  hanya anaknya yang satu itu yang ajaib.

"Riani...Riani.. Gimana nanti kamu udah nikah!  Bangun kesiangan mulu, cerobohnya enggak ilang-ilang.  Tidur kayak mayat mati yang susah di bangunin. "Ujar Rum,  memulai kultum paginya.  Entah di dengar atau tidak sang anak tetap acuh sambil menguyur tubuhnya, cepat.

"Heh,  mau solat apa kamu?  Ini udah siang, mana ada solat subuh jam setengah tujuh!"Sahut Rum lagi.

Geleng-geleng kepala,  Rum mengucap Istighfar sambil mengusap dada.  Sabar,  di kacangin sama anak sendiri.

Di sisi lain.  Riani dengan cepat memakai mukenanya.  Jangan di tiru permisah!!  Riani emang gitu orangnya.  Jam sepuluh siang pun dia tetap melaksanakan solat subuh.  Kenyataan dengan penyakitnya yang susah bangun pagi,  membuat Riani hanya bisa beristigfar dan meminta ampunan kepada sang Ilahi.

Setelah berzikir,  Riani mengangkat tangan di depan dada.  Sambil menunduk dalam dia meminta ampunan penuh penyesalan.

Alarm,  yang sudah iya setting jam lima pagi tak mampu membangunkannya.  Membuat Riani menyesal karena terlalu menyusahi sang ibu.

Tanpa ada yang tau,  karena teramat menyesal karena sering menyakiti hati keluarganya,  Riani berdoa untuk kematiannya sendiri.

Semoga dengan kepergiannya tidak ada lagi orang-orang yang tersakiti termasuk sang ibu yang selalu tersemat dalam doanya.

***

Setelah solat subuh,  Riani segera berganti pakaian.  Di karenakan hari ini dia akan pergi ke sekolahnya, untuk menghadiri perayaan ulang tahun sekolahnya yang ke-34.

Riani segera ngacir kabur tanpa sarapan dan bergegas membawa motornya ugal-ugalan.

"Bodo Amat!!"

Kata-kata keramat itu yang selalu Riani ucapkan saat banyak orang yang protes karena aksi yang tak patut ditiru saat membawa motor.

Setelah memarkirkan motornya, Riani mengeluarkan tiket masuk dan memberikannya ke panitia osis. Dengan muka dingin dan sangar yang di buat-buat,  Riani melangkah angkuh setelah menyerahkan tasnya yang di sita.

Memang Riani kurang suka sama osis selain judes orang-orangnya (meski pun cuman sebagian sih)  tapi Riani juga masih ingat saat iya, eh bukan (Rohisnya)  karena Riani anggota Rohis di hina dengan terang-terangan saat bekerja sama dengan osis dalam acara berbagi takjil.

Acara di mulai dengan khidmat dan lancar. Riani sempat bercengkrama dan salam sapa dengan anggota dan senior Rohis. Sesekali Riani bertanya,  mengapa rohis tak tampil?  Dan jawaban mereka adalah karena yang tampil saat ini hanya Hadroh dari smp yang mendapat juara 1,2,dan 3.

Tidak seperti tahun kemarin,  namun Riani segera pamit dan bergabung dengan Tari dan juga temannya.

Sudah biasa Rohis di pandang sebelah mata,  sudah biasa Rohis di hina.  Namun itu semua tak mampu menumbuhkan dendam di hati Riani karena selalu ada nasihat-nasihat manjur dari para seniornya.

Mungkin ini ujian dari Allah,  apakah akan ada amarah yang meledak atau diam membisu sambil tersenyum tipis menanggapi semua lontaran-lontaran hinaan. Tapi,  alhamdulilah. Berkat wejangan-wejangan yang tak henti dari para guru agama dan senior.  Membuat Riani dan yang lainnya mampu memendam amarah.

Acara berhenti,  terhalang waktu Dzuhur.  Karena Riani masih belum akrab dengan teman kelasnya,  kecuali teman sebangkunya yang entah kemana setelah saling sapa tadi.
Membuat Riani hanya bisa terdiam menyimak teman-teman Tari,  saat Tari pergi solat ke mesjid.

Menunggu cukup lama,  ternyata Tari malah nongkrong di mesjid lantai dua dengan temannya.  Riani tak mau sendirian,  maka dari itu sedikit Sksd (sok kenal sok deket)  Riani ngikut duduk dengan teman Tari yang tak solat tadi, berhubung teman Tari banyak dan yang alhamdulilahnya meraka ramah dan baik ternyata.

Riani dan Tari memang tak sekelas.Riani yang kaku jika berteman hanya bisa terbuka ke teman se smpnya.

Dua band  unjuk gigi.  Keduanya menunjukan performa mereka dengan sangat percaya diri,  sesekali memberikan pesan untuk tetap damai saat salah satu kerumunan yang tengah berjoget gaje,  saling jotos.

Keributan tak membuat nyanyian rege yang baru pertama kali Riani dengar berhenti.  Kerumunan-kerumunan siswa-siswi yang berjoget-joget sambil ikut bernyanyi menambah kemeriahan acara.

Tampak semuanya bahagia,  kecuali Riani yang sekarang tengah menangis tanpa suara.  Syukurnya Teman Tari dan orang-orang di sekitar tak ada yang menyadarinya.

Air mata Riani tak mau berhenti.  Tampak seorang cowok dengan aura dingin menatap dirinya sekilas,lalu beralih untuk menertibkan kerumunan yang mulai tak beraturan.
Acara yang dianggap sebagian orang membawa kebahagian namun dari pandangan Riani.  Acara ini adalah acara yang memilukan.  Bagaimana tidak?  Para panitia (Anggota osis yang sekarang tidak Riani benci lagi)  khususnya cewek-cewek tangguh dengan tag nama kepanitiaan itu tengah berjuang keras.

Siswi-siswi yang berjoget kesetanan terus mendorong maju serta siswa-siswa yang tak kalah hebohnya berjoget terus mendorong ke belakang karena sempit.

Mereka terhimpit.  Riani juga pernah merasakan lelahnya menjadi panitia saat acara ke agamaan, apalagi jika tidak di hargai.

Seperti para anggota osis yang tengah berjuang mempertahankan benteng pertahanan agar tetap aman. Bahkan diantara mereka ada yang menanggis dengan muka memerah. Sambil terus mendorong dan berteriak agar siswa-siswi yang berjoget melewati batasnya.

Riani menghapus air matanya. Sosok cowok dingin yang menatapnya sekilas tadi terus membantu menertibkan padahal dia bukan osis,  Riani tak kenal orang itu.

Namun dengan gentelnya iya menertibkan hingga acara berjalan lancar hingga Riani akhirnya menyadari.

Ketidak sukanya kepada osis adalah hal bodoh,  harusnya iya menghargai bukannya membenci.

"Terima kasih. " Ucap Riani tulus sambil menerima tasnya yang di sodorkan salah satu anggota osis.

Osis-osis yang tadi tengah terduduk lelah,  sebagian ada yang masih menangis membuat Riani hanya bisa meringis.

Anggota Pmr datang dan langsung mengobati salah satu anggota osis yang terkilir tangannya.

Riani langsung berlalu pergi karena sudah banyak orang yang ingin mengmbil tas mereka.

Hidup itu bukan hanya tentang kebahagiaan,  namun hidup itu  suatu perjuangan.

Dan Riani menyesal karena telah berdoa untuk kematiannya sendiri.

"Astaghfurullah." ucap Riani dalam hati.

****

Santuyyy

Bodo Amat!! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang