Riani menghela nafas, iya meringkuk sembari memeluk selimut, membenamkan wajahnya pada bantal empuk kesayangannya.
Drrrrtttt..... Drrrrrrrttt
Suara mesin cuci mengema dalam rumahnya, terlihat Rum yang tengah bolak-balik menyiapkan sarapan.
Riani bimbang, dia sedang menyuci tapi sayangnya matanya tak kuat lagi untuk di paksa di buka. Apalagi tenaganya, tubuhnya lemas, kurang tidur.
Terhitung satu jam Riani meringkuk tidur nyaman di kasur. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya yang masih berat untuk di buka. Menguap, hingga matanya berair. Riani hanya bisa menutup mata saat Rum tengah mengomelinya.
"Jadi anak gadis kok males amat! Pagi-pagi bukannya nyuci atau beberes ini malah tidur! " Seruan serta rentetan omelan Rum bagai angin lalu semata.
Riani bangkit lalu bergegas kekamar mandi, beralih ke mesin cuci dan bergegas membilasnya.
Bagi anak gadis di desanya. Sudah hal wajar jika setiap hari mereka selalu di bebani pekerjaan rumah sebagai suatu kewajiban. Selain membantu sang ibu, tujuan para ibu ngomel dan marah-marah jika anaknya tak bekerja adalah karena mereka khawatir. Jika nanti si anak tidak bisa mengurus rumah jika sudah berumah tangga.
Jika sudah begitu maka nama baik keluarga akan tercoreng, apalagi jika si mertua rewel. Sudah pasti anak gadis mereka akan makan hati tiap hari.
Ya begitulah, boro-boro nanti sudah menikah. Belum menikah aja banyak yang menggunjing jika si gadis malas membersihkan rumah.
Untung Riani anaknya rajin, terlebih berkat adanya mesin cuci pekerjaannya jadi tak terlalu terbebani.
Beda dengan gadis lain, bahkan pagi-pagi mereka sudah pergi ke tempat atau ke sumber mata air untuk mencuci.
Beruntungnya Riani, dia tak pusing lagi jika musim hujan. Pakaian yang sudah di keringkan di mesin cuci hanya butuh satu atau tiga jam hingga kering untuk di jemur.
Ngomong-ngomong Riani belum jawab alasan iya ingin nikah muda nih. Hm, sebenarnya alasannya sepele.
Riani ingin pacaran. Tapi sayang keluarganya melarang. Riani sudah ada tiga pengawal yang selalu menjaganya dari modus-modus para lelaki yang mencoba ingin dekat dengan Riani.
Bukan hanya Ayah dan dua kakak lelakinya. Sang ibu serta kakak perempuan dan Si adik Rahma pun tak segan-segan menghalau jalan mereka untuk mendekati Riani yang cantik dan montok itu.
Tak ayal banyak yang tak berani mendekati Riani.
Lanjut alasan selanjutnya. Riani ingin ada seorang cowok yang menyayanginya, terlebih kalo ganteng kan seru tuh mandang terus wajahnya, apalagi kalo udah sah, beuh.. Nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan.
Dia pengen ada yang meluk kalo tidur, bisa nyium-nyium sepuasnya sesuka hati, ada yang perhatiin, jagain dan terlebih pahalanya itu coy ngalir banyak walau cuma hidangin air putih doang.
Tapi ya, berhubung belum cukup umur sama belum ketemu jodoh, jadilah Riani sabar menanti.
Percuma juga kalo pacaran, bisa-bisa dia di geret paksa ke KUA. Mending kalo bener-bener cinta tuh cowok yang ngajak pacaran.
Satu kesalahan berjam-jam omelan sang ibu. Riani hanya bisa pasrah sambil terus mencuci. Kembali kealam nyata saat tadi iya tengah berkhayal bertemu pangeran tampan berkuda putih.
Amboy. Mah.. Omelanmu yang akan Riani rindukan jika sudah menikah nanti.
****
Rum kembali mengomel. Ya begitulah ibu-ibu. Terlebih, Riani mafhum, ibunya itu punya penyakit darah tinggi. Apalagi sang ibu sangat, sangat over protektif,tak ayal iya sering mengomel jika anak gadisnya membuat kesalahan.
Karena nyatanya, Rum sangat mencintai dan menyayangi anak gadis yang bernama Riani ini .
"Kalo ada cowok atau ketemu cowok jangan judes, apalagi galak! Mau jadi perawan tua kamu nanti?! " Omel sang ibu. Iya jengkel karena tadi ada ibu-ibu yang menggunjing sang anak.
Lebih tepatnya, katanya si Riani itu terlalu judes dan galak kalo bertemu sama lelaki.
Ck, mau bagaimana lagi. Memang Riani seperti itu. Sekarang aja susah banget belajar ramah dengan tulus sama lelaki. Lebih tepatnya, dia takut di modusin lagi sama cowok play boy cap buaya darat. Kan, bahaya!
Riani hanya diam iya menyimak sesekali meringis jengkel. Bagaimana tidak? Sekarang iya tengah bertarung dengan batinnya sendiri. Sebab sang ibu marah, Riani juga marah sebenernya.
"Kamu tuh dari dulu kalo ketemu cowok emang suka galak dan judes. Mukanya enggak ada manis-manisnya. Heran, ngidam apa aku saat hamil dirimu Ri!... Ri!. Pantes jomblo!"sembur Rum telak. Buset sampe ngeledek jomblo segala.
"Kawinin aja aku sekaliaaan maaaaa!!!!" Ingin rasanya Riani berteriak seperti itu.
"Dulu juga, pas Ustadz Fauzan dateng kerumah kamu malah cuekin dia. Muka judes dan jawaban ketus kamu tuh emang enggak berubah-berubah."
Tunggu!
Apa tadi?
Ustadz Fauzan pernah datang kerumahnya? Riani menghembuskan nafas berat. Iya membanting tubuhnya kekasur. Tampak Rum yang masih ngomel sambil membereskan pakaian Riani.
Seketika rasa bersalah hinggap di hatinya. Iya ingat, betapa judes dan galak iya waktu itu.
****
Jangan lupa Vote cuk sama komen juga.Kalo punya boled jangan lupa makan dulu biar weureu
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.