Online.
Belajar Online, ulangan harian online, ngasih tugas online, sampai ulangan semester genap pun online.
Riani sampai pusing mikirin kouta. Kalo soal materi sih tinggal sekali baca juga paham, Riani gitu loh, dia mah mana peduli soal nilai. Semester kemarin saja dia rengking lima.
Padahal cuman sekali baca. Apalagi pelajaran mtk sama pelajaran bahasa inggris. Beuh... Malas betul dia baca.
Tapi apa bedanya, dulu saat iya rajin menghafal soal ulangan, dia sempat kecewa dengan materi yang sudah iya pelajari agak menyimpang dari pembahasan. Materi apa soal apa.
Entah buku Riani yang kurang lengkap apa gimana. Dengan otak pas-pasan Riani malah santuy-santuy aja besok-besoknya.Pernah pula Riani rajin menghafal, tapi pas baca soal ulangan eh hilang ingatan. Nasib, nasib.
Bodo amat!
Andai Rum tau kelakuan sang anak yang malas belajar sudah di ceramahi tujuh hari tujuh malam.
Riani itu, emang begitu. Enggak mau pusing," Punya hutang aja pasti kebayar, di balik kesulitan pasti ada kemudahan. Jadi untuk apa pusing mikirin yang enggak pasti coba. "
Begitu katanya. Memang sesimple itu. Bahkan ada yang menghina, ngomongin, atau hal-hal lain yang menyinggung dirinya. Riani tetap tak peduli. Kecuali jika menyangkut keluarga, pasti dia langsung pasang badan.
Tidak pergi kesekolah benar-benar membuat Riani bosan. Di tambah dia masih binggung membuat laporan PKL yang terbengkalai karena malas. Bukan malas sih, lebih tepatnya koutanya selalu habis karena seharian nangkring di Clas room. Ngerjain soal, dan tugas yang guru berikan untuk di kerjakan dengan tempo satu minggu.
"Teh, dah Adzan tuh cepet, nanti kita terlambat! " Rahma menyeru, agak kesal juga sih karena Riani malah terlihat santay, duduk manis di sofa.
"Siapa coba yang lama di kamar mandi? " Riani menyindir, saat mereka akan berangkat lebih awal tadi, Rahma mengeluh kebelet dan langsung pergi ke kamar mandi.
Rahma nyengir kuda. "Ya udah ayo, nanti telat. " Ujar Rahma, menggeret sang kakak paksa.
Riani hanya pasrah. Saat pintu terbuka, tampak Dodo tengah duduk di teras rumah. Riani sadar dia melihatnya, tapi Riani seolah tak peduli dan bergegas pergi tanpa menoleh, mengikuti Rahma yang sudah berlari kecil.
Perbedaan Dodo dan Ustadz Fauzan amat jauh berbeda. Boleh jika banyak yang mengatakan Dodo tajir melintir, tapi Riani agak ragu,akan ibadah cowok itu.pasalnya tiap magrib dan isya iya selalu duduk manis di teras rumah.
Berbeda dengan Ustadz Fauzan, denger adzan aja langsung pergi dan menjalankan kewajibannya.
Seperti sekarang Riani dan Rahma terlambat satu raka'at solat magrib. Karena belum berwudhu, Riani dan Rahma sempat gurung gusuh karena tak biasanya solat magrib agak cepat dari biasanya.
Dan saat menyadari, memang jika Ustadz Fauzan mengambil alih menjadi imam, jangan heran setelah adzan, semua jema'ah harus sudah siap di tempat.
Setelah solat, Riani, Tity dan tentu saja Rahma sudah duduk manis, siap mengaji.
Awal Riani takut, takut Rahma tak ingin mengaji karena di bimbing oleh Ustadz Fauzan. Namun karena Riani berjanji tak akan genit-genit lagi, jadilah iya bisa menghembuskan nafas lega karena anggukan sang adik.
Alhasil Riani hanya bisa terdiam kaku di tempat saat Ustadz Fauzan duduk, siap mengajar dengan tampang ganteng seperti biasa."Aa, adek pinginnya ini. " Rengek bocah kecil.
"Enggak boleh kamu baca nya iqra aja ya, " Maulana menyodorkan iqra, berusaha mengambil kitab sucinya yang entah sejak kapan sudah ada di pelukan dan siap menjadi mainan keponakannya.
Si bocah tetep ngotot, saat iya bersiap mengeluarkan jurus andalannya yaitu menangis. Ustadz Fauzan dengan sigap menenangkan si bocah.
"Udah jangan nangis." Ujar Ustadz Fauzan lembut, iya membelai rambut hitam si anak.
"Tapi dedek pengen yang ini, Ustadz. " Si bocah ngotot, iya memeluk kitab suci milik pamannya itu erat.
"Udah enggak pa-pa. " Ustadz Fauzan mengambil al-qur'an yang berada di pelukan sang bocah. Dengan perlahan iya menyodorkan al-qur'an tersebut. "Udah jangan nangis lagi. " sekali lagi Ustadz Fauzan mengusap surai hitam si anak.
"Tapi Ustadz~"
"Ini,"Ustadz Fauzan menyodorkan kitab sucinya. "Biar Ustadz yang ambil lagi. "
Riani tertegun, begitu terkagum-kagum melihat kelembutan dan perlakuan Ustadznya itu kepada anak kecil.
"Teh, " Rahma berbisik. "Ada yang aneh enggak sih?"
"Apa? " Riani bertanya balik.
"Ustadz Fauzan aneh, " Bisik Rahma mengemukakan pendapatnya.
Riani menatap ustadznya yang sudah duduk manis kembali. Matanya kosong seolah ada beban besar yang menimpa pundaknya. Ustadz Fauzan seperti menahan kesedihannya, Riani tambah yakin karena melihat lingkaran hitam di matanya.
"Iya, kayaknya Ustadz Fauzan lagi sedih tuh. "
Dan Riani tak tau penyebab kesedihannya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Novela JuvenilBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.