Pagi-pagi sekali Riani sudah rapih dengan pakaian kebanggaannya. Hari ini, hari minggu biasanya jika hari minggu orang-orang jarang keluar rumah, rebahanlah, santay-santaylah, berbeda halnya dengan Riani.
Iya sudah gagah memakai baju karate dengan sabuk hijau melilit di pingangnya. Berhubung Riani agak sedikit gemuk jadi penampilannya saat ini membuat iya terlihat kekar dan sedikit tomboy.
Cukup banyak yang mengenal Riani. Apalagi iya selalu di kenal bisa bela diri. Banyak pula warga kampung yang selalu membicarakannya. Membicarakan kesangaran Riani saat memakai baju karate. Untung iya sedikit manis, begitulah kata orang-orang se-kampung.
Riani mematikan motornya iya memarkirkan motornya di pinggir jalan. Banyak pasang mata yang melihat tapi Riani tak peduli.
"Keyra! " Seru Riani agak kencang. Orang yang di panggilnya nonghol di balik pintu dengan rambut acak-acakan.
"Duh, Ri. Aku baru bangun gimana nih? Lama enggak ya kalo aku mandi dulu? " Tanya Keyra mengeluh, iya bangun kesiangan.
"Udah tenang aja, cepetan sana mandi, aku nunggu nih di sini."
"Tapi enggak pa-pa nih, kalo kesiangan gimana? " Tanya Keyra kembali memastikan.
"Enggak pa-pa. Tenang aja kali, "Jawab Riani santai.
Keyra mengangguk lalu bergegas dengan cepat.
Riani menunggu sambil bermain ponsel. Kalo sudah serius biasanya Riani lupa waktu.
"Sorry, lama yah?" Ujar Keyra dengan penampilan yang sudah berbeda. Lebih rapih dan lebih wangi.
"Enggak kok, tenang aja," Riani mematikan ponselnya lalu bergegas berjalan bersisian bersama Keyra. Berhubung rumah keyra masuk gang jadi Riani memilih memarkirkan motornya di pinggir jalan.
Mereka pun bergegas pergi saat sebentar lagi akan masuk jam tujuh, tanda bahwa latihan akan segera di mulai. Riani menambah kecepatan motornya.
"Kadang aku ngerasa aneh deh Ri, pas kamu dateng ngejemput pagi akunya kesiangan. Pas aku udah siap dari subuh mula, kamu yang kesiangan, " Cerocos Keyra setengah curhat.
Riani mengangguk membenarkan. "Bener tuh." Setelah memarkirkan motor. Tak membuang waktu lagi mereka bergegas ke arah lapangan.
"Osh! " Seru Riani dan Keyra berbarengan sembari membungkuk. Meminta maaf sekaligus meminta izin karena mereka terlambat kepada sang pelatih.
Riani mengerak-gerak tubuhnya sesuai instruktur. Tak lama datang dua cowok ganteng menarik perhatian.
Riani gelisah di tempat. Dua cowok itu adalah pelatih khusus untuk dirinya dan Kia untuk mengikuti lomba kata sekabupaten.
Karena sudah paham akan tatapan Abah (Pelatih Riani yang baik hati) Riani dan Kia pun memisahkan diri. Tanpa basa basi, si cowok paling ganteng dengan sabuk biru yang menggantung di pinggangnya memberikan intuksi dan arahan.
Riani yang lamban menghafal gerakan sering terkena hukuman dan dari jauh Abah dan A Henhen yang melatih Riani, hanya bisa tertawa kecil.
Lapangan sekolah Riani yang luas hampir semuanya tersinar oleh panasnya mentari. Riani hanya bisa mengibas-ngibaskan tangannya sambil meneguk minumnya sesekali. Sekarang waktunya istirahat.
Sekelebat bayangan saat dirinya berlatih di lapangan ini pun terlihat.
Saat Riani hampir mengeluh, putus asa. Namun pada akhirnya semangat yang membara pun kembali meruntuhkan semua perasaan itu.Ada satu momen yang membuat Riani bahagia sekaligus bergidik ngeri.
Abah, yang terlihat selalu tersenyum dan ramah terlihat sangar saat Riani atau murid-muridnya di ganggu. Tak segan-segan. Hampir semua organisasi di sekolah ini takut karena pernah di marahi. Entah itu karena mengganggu atau karena tanpa sengaja mereka meledek.
Saat itu Riani, teman bahkan kak Henhen pun hanya terdiam. Cukup takut dan terkejut pula saat itu.
Yang Riani ingat saat itu Abah selalu berpesan:" Jangan sombong! Jangan karena bisa karate kalian membanggakan diri terlalu berlebihan. Cukup jadi diri kalian sendiri dan jika ada yang mengganggu baru kalian lawan," Begitu katanya. Dan setelah itu, karena darah tinggi Abah sudah naik keubun-ubun. Akhirnya latihan pun di akhiri dan berakhir makan mie ayam bersama, teraktiran si Abah yang selalu teraktir murid-muridnya.
"Hey, Riani! Cepet latihan. Kebiasaan ngelamun mulu!" Seruan Abah membuat Riani tersadar dari lamunannya.
Riani mengerjap-ngerjap matanya lucu. Semua melihatnya dan sedetik kemudian Riani nyengir gaje.
Latihan pun di mulai kembali. Si cowok yang mengajar Riani yang tak tau nama siapa, pun tak henti-hentinya memberikan hukuman.
Dan satu kata yang terlintas.
Sesulit apapun, kita mencari ilmu. Janganlah mengeluh, karena masih banyak orang yang ingin mencari ilmu namun kesempatan tak menghampirinya.
Akan Riani jelaskan tentang kata-kata diatas di chapter selanjutnya.
***
Oke guys kita santai dulu ya. Tenang soal cinta-cinta nanti dulu. Kita petik kebaikan dari cerita saya di atas. Kalo yang buruk jangan di tiru yah.
Oh ya, berhubung aku udah nulis sampai tamat, nanti tinggal aku publis aja. Soal waktu tergantung komen dan vote dari kalian.
See you. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Novela JuvenilBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.