Riani gelisah, sejak pagi iya terus kepikiran. Bangun tidur, mandi, mencuci baju, nonton tv bahkan makan sekali pun yang terpikir oleh otaknya hanyalah: bagaimana caranya meminta maaf kepada Ustadz Fauzan. Takut Ustadz Fauzan sakit hati, kan bahaya.
Riani terus merenung, rencananya iya ingin minta maaf pas olahraga, bisa aja kan Ustadz Fauzan nonghol. Dalam hayalan Riani sekarang, saat Ustadz Fauzan nonghol untuk pergi kemasjid, dengan semangat 45 Riani berlari, mengabaikan Novy yang berteriak memanggil namanya dan terus berlari mengejar Ustadz Fauzan.
Sampai di depannya, Riani menghembuskan nafas, tenangkan hati, lalu berkata :" Ustadz Fauzan Riani minta maaf, dulu Riani pernah judes ama galak sama Ustadz! " dalam satu tarikan nafas Riani berkata, tanpa menunggu jawaban Riani berlari kesetanan mengabaikan Ustadz Fauzan yang melongo tak mengerti.
Namun itu cuman hayalan, karena kenyataannya. Hujan turun dengan derasnya, membuat acara dan rencana olahraga serta ungkapan minta maaf harus di batalkan.
Mungkin ini yang terbaik.
Sebenarnya kalo sama yang lain sih, bodo amat. Mau di anggap judes kek, galak kek. Itu kan emang sikap dan sifat Riani kalo deket cowok.
Tapi sayangnya, kalo sama Ustadz Fauzan berbeda. Riani takut, meski pun tidak mungkin bisa aja kan Ustadz Fauzan dendam. Astaghfirulah, buruk sangat pikiranmu Riani, seru Riani dalam hati.
Riani terus gelisah. Biasanya kalo Riani gelisah pasti gigit-gigit kuku. Berhubung sekarang dia lagi berzikir dan banyak ibu-ibu, jadilah dia hanya bisa terdiam dan terus berzikir agar gelisahnya hilang.
Tapi sayang sekali, malam ini malam rabu, yang artinya tidak ada belajar mengaji karena ada pengajian rutin.
Riani menghela nafas, dia terus berdoa semoga ada keajaiban sehingga malam ini mengaji dan di bimbing oleh Ustadz Fauzan, semoga.
Riani terus berharap dalam hati. Namun lagi-lagi dia sadar dan harus sabar menunggu besok."Bagi santri dan santriwati di mohon ke rumah Ustadz Ali sekarang. Karena Malam ini akan di isi berdoa dan berzikir bersama ibu-ibu dan bapak-bapak di mesjid. Jadi kalian semua akan belajar di rumah. "
Pengumuman itu bukan main membuat Riani bahagia, dia segera membawa kitab sucinya dan segera bergegas keluar tak lupa menggeret Lily. Berhubung Titi tak mengaji jadilah hanya mereka berdua.
Riani merasa resah, takut Ustadz Fauzan tak mengajar lagi seperti kemarin-kemarin.Tangan Riani bergetar, iya sembunyikan di balik mukena warna pinknya, jantungnya berdebar kencang, terasa aneh saat iya merasa sesak dan panas. Jantungnya serasa ingin meledak saja.
Cowok-cowok yang ada di hadapan Riani tak curiga, bahkan Lily sekali pun. Karena memang Riani sekarang menunduk sesekali menjawab dan bertanya hal-hal sepele dengan Lily.
Ustadz Fauzan datang, dia segera duduk seperti biasa, dekat Riani tentunya.
"Sekarang ayat berapa Ri? " seperti biasa Ustadz Fauzan bertanya.
Riani berdehem, iya segera membuka kitab sucinya dan menyebut :" Ayat Seratus dua puluh Ustadz. " Dia gugup setengah mati, helaan nafas terdengar dari mulut Riani. Iya mencoba menenangkan kegugupannya.
"Ustadz? " Riani berkata lirih. "Boleh tanya enggak? " tanya Riani basa basi. Diam-diam iya mencengkam kuat mukenanya.
"Boleh, " jawab Ustadz Fauzan. Iya masih sibuk membulak-balik Al-qur'an nya.
Riani menelan ludah, dia mengedarkan padangan dan berhenti pada al-qur'an yang berada di tangan Ustadz Fauzan.
"Ustadz Fauzan inget enggak? Dulu Ustadz Fauzan pernah dateng kerumah Riani, ngajak Riani nagih uang sama beras? " Riani terdiam sejenak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.