23.Tetangga masa gitu..

4 2 0
                                    

Aneh,  sodara tetangga Riani yang letak rumahnya berhadap-hadapan bisa pulang kampung dengan selamat.
Padahal di berita-berita di tv yang Riani tonton.  Banyak yang kena tilang polisi karena ngotot pulang kampung dan berakhir karantina.

Memang sih orang kaya mah bebas. Riani tak peduli itu tapi...

"Riani itu bodoh,  cowok kaya kok di tolak! "

"Sok cantik banget sih,  cowok yang kemarin beli motor seharga mobil aja dia tolak! "

"Kurang apalagi coba, dia itu kaya duit banyak,  jadi pacarnya aja porotin duitnya! "

Dasar tetangga sableng.  Ada cowok kaya  yang baru beli motor seharga mobil aja heboh.  Mentang-mentang tuh cowok suka sama Riani.

Cowok dari kota yang kini tinggal di rumah sodaranya,  tetangga Riani yang rumahnya berhadapan.

"Jangan judes-judes Riani!  Nanti di pelet kan bahaya! "

Ini lagi sang mama sudah mulai ceramah.  Kata-kata itu terus yang Riani dengar dari pagi sampai pagi lagi.

Riani cuman bergumam mengiyakan.  Iya sebel juga dengan sodara tetangganya itu.  Baru sekali liat aja udah bilang suka. Mending ganteng,  eh lebih gantengan Ustadz Fauzanlah dari pada dia. Meski pun kaya,  berlimpah harta. enggak menjamin kebahagiaan kan?

"Teteh! "

Riani bergumam malas dari rebahannya.

"Teteh jadi bahan gosip tau sama ibu-ibu +62!" Rahma menyeru semangat memberikan kabar yang kurang mengenakan.

"Terus? " Riani masih dalam posisi malas.  Soal di gosipin ibu-ibu sih Riani udah biasa ya.

"Katanya teteh senyum-senyum sama Aa Dodo kemarin, " Ujar Rahma.

Riani berpikir,  alisnya menyatu. Iya tengah berpikir keras.

"Fitnah,  kapan?" Riani lupa,  iya tak ingat jika kemarin saling senyum.

"Jangan lupa ingatan deh teh,  anak tetangga aja pada tau teteh senyum sama A Dodo. "

Menghela nafas, Riani ingat jika kemarin itu. " Teteh lagi bayar hutang kredit punya mama,  eh dia lewat depan rumah, " Riani menelan ludah.  "Tapi itu juga sebenarnya enggak iklas,  lagian kalo enggak senyum kan nanti takut di bilang sombong. " sambung Riani. Iya agak kesal sih dengan pola pikir para warga yang menggunjingnya.

Satu,  kalo Riani memang mau pacaran terus morotin uangnya,  siapa yang kena gunjing coba?

Jawabannya Riani.

"Dasar cewek matre,  morotin uang biar jajan banyak sama beli baju mahal! "

"Katanya enggak mau pacaran,  kok malah pacaran sih!  Matre lagi! "

Dan berbagai ungkapan atau gunjingan para tetangga lainnya yang pasti nyelekit banget ke hati.

Yang kedua,  Riani sampe pusing memikirkannya.  Iya,  Riani menentang pacaran,  selain mendekati zina,  pacaran juga di larang agama. Apalagi si cowoknya kaya,  kalo Riani morotin terus maksa minta yang bukan haknya kan bahaya.

Cukup sekali saja Riani gegabah dalam memutuskan sesuatu.  Kali ini tidak,  dan Riani tak peduli dengan omongan orang-orang.

Bahkan Riani tersenyum paksa pun sudah kena gunjing.

"Ya enggak pa-pa lah teh,  teteh enggak salah.  Senyumkan ibadah. " ujar Rahma bijak. 

"Ya tapi kesel aja sih,  senyum salah, galak juga salah. " sahut Riani jengkel.  Hari ini moodnya buruk sekali.

"Biarin aja apa kata orang,  yang penting teteh enggak lagi galak sama judes kan? "

Riani mangut-mangut, meski pun senyum paksa tapi itu lebih baik dari pada tampang judes dan galak khas Riani,  bisa-bisa Riani di pelet beneran karena sudah bikin sakit hati si Dodo yang katanya tajir melintir tujuh turunan itu,  kan mit amit.

"Mending Ustadz Fauzan aja ya enggak? jadi calon suami teteh,  berhubung prinsip kita sama enggak mau pacaran.  Tampang kita juga cocok,  cantik ama ganteng." Ujar Riani sambil senyum-senyum gaje.  Ngebayangin jadi penganten ustadznya itu saja sudah membuat Riani bahagia sangat.

Rahma berdecak,  dia menoyor kepala sang kakak kurang ajar.  " Itu terus yang di bayangin,  patah hati baru tau rasa ya?! "

"Bodo amat! " Riani menyeru. Iya tertawa meledek melihat wajah si Rahma merah padam.  Mungkin jengkel juga mendengar sang kakak yang selalu membicarakan Ustadz Fauzan.

"Awas aja ya nangis kejer sambil bilang ' Rahma Ustadz Fauzannya nikah sama yang lain'. Jijik tau dengernya! " Ujar Rahma menggebu.

Riani tertawa ngakak,  cukup keras hingga Rahma kian kesal melihat tingkah sang kaka.

Awas saja nanti jika patah hati,  Rahma tak akan sudi jika sang kakak mengadu atau bahkan meminta sandaran padanya.

Karena omongan Rahma tak ada yang mempan,  selalu di bantah oleh sang kakak.  Dan Rahma takut,  jika harapan sang kakak yang terlalu tinggi itu,  akan menghancurkan hatinya kemudian hari .

Karena jodoh,  rezeki dan kematian siapa yang tau.

Dan dalam kasus Riani,  iya telah salah karena berharap kepada manusia.

***

Bodo Amat!! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang