"Hallo guys kembali lagi di my chanel!!" Seru Riani bersemangat. "Nah tema video kali ini, aku mau olahraga sambil menikmati pemandangan desaku, bareng Novy!!" lanjut Riani lagi dengan semangat 45. Iya mengangkat tinggi-tinggi ponselnya, menampilkan Novy yang tengah malu-malu sambil melambaikan tangan.
"Oke ikutin kita terus ya. " Ujar Riani kembali. Setelah itu iya mengarahkan kebeberapa pemandangan hijau, berhubung tempat tinggal Riani masih banyak bahkan tak kalah banyak pohon-pohon yang menjulang tinggi, dengan sawah yang berjajar hijau di sepanjang jalan. Membuat pemandangan sore kali ini benar-benar indah terlebih matahari yang akan turun membuat gunung Cerimai terlihat indah karena pantulan warna jingga di belakangnya.
Riani menaruh kembali ponselnya di saku celana olahraga, tak baik terlalu sibuk bermain ponsel jika di samping nya ada Novy.
Seketika mata Riani berbinar terang. Iya malah senyum-senyum sendiri. Tatkala matanya melihat tubuh jangkung pemuda dengan koko dan sarung yang serba hitam.
"Ck, makin hari, makin ganteng deh." Celetuk Riani tampak malu-malu meong.
Novy yang ada di sisinya hanya geleng-geleng kepala. "Istighfar oy! Udah tunangan itu. " Tegur Novy pada temannya.
Riani yang tadi sibuk melihat Ustadz Fauzan yang akan mengajar anak-anak mengaji pun mengalihkan pandangan pada sahabatnya.
"Ya, kan itunya ganteng Nov! Mubazir kalo di anggurin. " Celetuk Riani asal bicara.
Novy mendengus, iya menjitak kepala sahabatnya. "Ganteng sih, ganteng tapi jangan di liat kayak gitu juga kali! " Kultum Novy sedikit kesal.
Riani hanya bisa nyengir kuda. Seketika iya menepuk dahinya. Ck, lupa dia kan udah bilang mau tobat biar mata genitnya enggak kumat. "Ambooy radar kegantengan Ustadz Fauzan emang bukan main,"runtuk Riani dalam hati
Rumah-rumah yang berjejer di pinggir jalan telah mereka lewati. Seperti biasa, menikmati sore hari sambil berolahraga keliling kampung. Riani dan Novy memilih berlari saat di jalan sepi. Maklum, merekakan bohay, badan semok jadi malu lah kalo diliatin orang.
"Jadi kamu sebenernya suka Ri, sama Ustadz Fauzan?" tanya Novy penasaran.
Riani menggeleng kepala tanda tak tau. "Enggak tau, tapi aneh aja gitu. Tiap deket Ustadz Fauzan suka deg degan apalagi pas Ustadz Fauzan liat atau senyum sama Riani, Amboy.. Langsung kebat kebit jantung tuh. " jawab Riani agak lebay.
Novy tertawa kecil, lucu.punya sahabat kok gini ya. Kalo ngomong suka di lebih-lebihin.
"Kamu suka kali sama dia. "
Riani geleng kepala. "Enggak tau. Tapi yang jelas kamu taukan aku pernah suka sama Ustadz Fauzan, pas waktu sd." Ujar Riani jujur. Memang dulu iya pernah suka sama Ustadz Fauzan, berhubung jarang ketemu karena Ustadz Fauzan mesanteren. "Riani takut Clbk. " sambungnya sambil menghembuskan nafas lesu.
"Cinta lama bersemi kembali, " Novy berucap lirih. "Jangan-jangan kamu belum move on kali."
Menghela nafas, Riani kembali menggeleng kepala. "Au'ah pusing. " kata Riani mengakhiri pembicaraan.
Mereka pun mulai berlari berhubung jalan lenggang dan tak ada orang. Riani kembali membuka ponselnya merekam pemandangan air sungai yang mengalir lengkap dengan pohon-pohon besar yang menjulang tinggi.
"Oke guys, sampai di sini dulu ya. Jangan lupa suscribe, like dan koment. Oh iya jangan lupa share video ini ke temen-temen kamu!! Kita pamit dah! " Ujar Riani membara-bara penuh semangat.
Iya menaruh ponselnya kembali. Berhubung dia sudah mempelajari dasar-dasar mengedit video, apa salahnya sih menuangkannya dalam bentuk konten, meski pun hanya segelintir orang sih yang nonton.
"Astaghfirullah, itu orang kesambet sentan apaan sih, udah bagus pake kain buat nutupin kepala kok malah di buka, di masukin jok motor lagi! " Seru Riani, mulai menggunjing.
Novy setuju, iya pun mangut-mangut dan berkata:" Enggak ada ahlak emang, berangkat pake kerudung di tengah jalan di buka. Jangan-jangan dia lagi nungguin pacarnya kali."tuduh Novy tanpa bukti.
Ngegosip tuh enak ya. Rasa tak suka melihat tingkah gadis di pinggir jalan sore-sore sendirian membuat Riani makin gencar untuk menggosip.
"Bener tuh,cewek jaman sekarangkan gitu. Kalo enggak nyamper ke rumah cowok ya, nunggu di pinggir jalan kayak cabe-cabean." timpal Riani pedas.
Mereka terus berbisik sambil menggosip dengan tatapan mata terus terarah pada objek yang di gosip.
Semakin dekat, semakin dekat. Tatapan sinis Riani dan Novy luntur. Terganti tatapan simpati saat gadis yang berada di pinggir jalan itu melihat mereka dengan mata berkaca-kaca.
"Teh, punya jarum pentul enggak? " Gadis itu bertanya dengan malu-malu. "Jarpen aku hilang pas tadi ada angin kenceng, terus ban motor aku kempes teh. Sekarang juga lagi nunggu bantuan dari temen aku." Ujarnya menjelaskan.
Tampak usianya lebih tua dari Riani dan Novy. Bagaimana reaksi keduanya? Sungguh sekarang wajah mereka memerah karena malu. Malu karena telah berburuk sangka dan menggunjing si gadis malang ini tanpa bukti.
"Kamu punya Jarpen Ri, aku enggak punya nih. " Tanya Novy sambil memegang kerudungnya.
Riani berpikir sejenak lalu iya pun melepaskan peniti dari kerudung instan yang iya pakai.
" Ini ada peniti, berhubung enggak ada jarpennya. Peniti aja boleh? " Tanya Riani ragu-ragu.
"Boleh kok, makasih ya teh. " Ujar si gadis.
Riani dan Novy segera pergi. Tadinya sih pengen nemenin sampe bala bantuan dateng tapi berhubung mereka merasa bersalah karena telah menggosip yang tidak-tidak. Jadilah mereka hanya bisa menengok kebelakang.
"Ri, aku ngerasa bersalah nih udah buruk sangka. Ya Allah kenapa sih aku tadi enggak di pikir dulu sebelum bicara." Ujar Novy merasa bersalah, iya memegang erat tangan Riani, selalu begitu jika dia merasa bersalah.
"Udahlah Nov, aku juga tadi berburuk sangka juga kayak kamu. Dah lah, kita minta ampunan aja sama Allah. Mungkin ini bisa jadi pelajaran buat kita nanti. Kalo sebelum bicara itu di pikir dulu, jangan sampe kayak tadi kita bicara cuman liat di luar doang tanpa tau alasannya. " Ujar Riani bijak. Dia pun merasa amat bersalah, apalagi mengingat mata gadis itu berair. Duh jadi nyasel deh ngatain yang enggak-enggak.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.