Riani judes dan galak?
Ya. Emang begitu. Riani pernah beberapa kali membuat sang ibu menangis karena perkataannya.
Riani pernah membuat Senja sakit hati pula karena perkataan Riani yang kasar dengan memberikan kejelasan akan kekesalan karena Senja tidak kunjung membelikannya susu untuk diet. Padahal Riani tau kakak nya itu tengah sibuk. Selain bekerja, Senja juga kuliah.
Belum lagi cowok-cowok yang mendekatinya. Tak ayal mereka sering di acuhkan oleh Riani dengan muka judes dan galaknya.
Itulah sebabnya, Riani pernah berdoa untuk kematiannya sendiri. Iya sangat menyesal. Apalagi dia pernah menyalahkan orang tua, bahkan Tuhannya karena dia tak di bangunkan subuh.
Sungguh Riani benar-benar menyesal.
Dan sekarang dia akan bertekad untuk bersikap biasa-biasa saja di hadapan Ustadz Fauzan."Ayat berapa Riani? " seperti biasa Ustadz Fauzan akan bertanya.
Riani berpikir sejenak, sambil membolak balikan halaman. "Sst Hasan! Ilham ayat berapa oy? "Bisik Riani. Namun sayang orang yang di tanya malah asik mengobrol.
Di sisi Riani ada Titi dan Lily yang baru mengaji. Mau menanyakan kepada mereka pun pasti tak tau.
"Ayat tujuh dua Ustadz, "Jawab Riani. Ya, kalo tak salah sih ayat tujuh dua.
Ustadz Fauzan menarik nafas lalu memulai membaca ayat perayat dengan benar.
Namun belum juga di lanjutkan ayat berikutnya Hasan sudah menyaut." Bukan ayat tujuh puluh dua Ustadz tapi ayat delapan puluh, " Ujar Hasan membetulkan.
Ustadz Fauzan tampak biasa saja sambil mencari ayat yang di tuju. Sedangkan Riani baru ingat kemarin dia tidak mengaji karena tak ingin bertemu dengan Ustadz Fauzan.
"Huh, Riani gimana sih nunjukin ayat kok enggak bener? " tuding Ilham.
Riani mengerucutkan bibirnya. "Tadikan aku udah nanya sama kalian! Kaliannya aja yang enggak jawab! " Tuding Riani balik sambil memeletkan lidahnya.
Ilham memilih diam. Mengaji pun di mulai saat Ustadz Fauzan mulai membaca surah Al-baqorah ayat delapan puluh tersebut.
"Riani silahkan baca," Perintah Ustadz Fauzan.
Riani yang tadi tengah melamun pun terkejut. Dengan hembusan nafas dia pun mulai membaca. Namun karena iya tak pokus karena memikirkan perkataan Rahma akhirnya iya selalu salah membaca dan Ustadz Fauzan selalu membenarkan dengan sabar.
"Di pelajari lagi tadwidnya, " nasihat Ustadz Fauzan. "Dan jangan grogi, " gumam Ustadz Fauzan yang sayangnya tak bisa di dengar Riani.
Riani hanya bisa menghembuskan nafas. Benar kata Rahma mungkin Ustadz Fauzan hanya kegeeran tidak lebih.
***
Entah bagaimana lagi nasib Pklnya. Yah, Riani sih cuek-cuek aja, meski pun tiga minggu lagi waktu pklnya selesai tapi karena ada kendala wabah ini semuanya tak mau lagi datang untuk mencari ilmu.Riani melangkah riang. Meski pun tugas menumpuk dengan jadwal dari jam tujuh pagi sampai jam tiga sore yang di perintahkan oleh para guru. Riani yang bandel ini tidak menghiraukannya. Bagaimana tidak? Boro-boro delapan jam dia belajar, satu jam aja udah merem melek karena saking pusing dan bosannya mengerjakan tugas apalagi mengerjakan laporan praktik kerja lapangan dan matematika, pecah-pecah dah nih otak saking pusing dan enggak ngertinya.
"Bodo amat!! "Seru Riani jika melihat tumpukan buku tugas yang berteriak-teriak ingin di kerjakan.
Jangan di tiru permisah! Hari ini Riani benar-benar malas mengerjakan tugas apalagi saat iya ingat betapa saltingnya iya semalem di hadapan Ustadz Fauzan, duhh jadi malu nih!
Riani berjalan dengan percaya diri, di genggamnya ponsel erat. Iya tak menoleh sana sini saat lewat depan rumah Ustadz Fauzan, berhubung di pinggir jalan. Dan Riani tak mau di cap cari perhatian jika dia liat-liat rumah berchat putih bersih itu.
"Assallamu'alaikum, Novy! " Pekik Riani berteriak keras.
"Waallaikum salam, " Novy menjawab sambil membuka pintu. Dia menaruh sepatu lalu bergegas kedalam, mengambil sesuatu lalu kembali dan memakai sepatunya.
Rencana kali ini mereka akan olahraga. Berhubung di rumah suntuk kan sekalian gerakin badan.
"Dah, yuk kita lari." Ajak Riani berhubung tidak ada orang tua Novy jadi mereka bergegas pergi tanpa pamit terlebih dahulu.
Mereka berlari kecil, sesekali ada cowok-cowok ganjen yang menggoda. Riani sedikit risi,jadilah dia tak menjawab dan yang selalu menjawab sapaan mereka hanya Novy saja yang siap tanggap.
"Kira-kira nanti pas terawih, ada sajadah merah enggak yah? " Novy membuka pembicaraan.
Magsud pertanyaan Novy itu sebenarnya dia tengah meledek. Sajadah merah itu nama samaran cowok yang tak sengaja Riani sebut ganteng padahal biasa aja. Malah udah punya anak. Mangkanya Novy sering menggoda Riani, bisa jadikan tuh laki duda, pikir Novy.
Riani mengerucutkan bibir, "Ih, Novy! aku enggak mau yang sama sajadah merah. Liat aja nanti aku bakal cari cowok ganteng yang bawah sajadah biru! " Sahut Riani memburu
"Eh, enggak sajadah unggu! " ralat nya.
Novy hanya tertawa,sungguh lucu menggoda Riani yang selalu menanggapi perkataannya dengan serius.
Kemudian mereka terdiam, Riani bertingkah biasa saja. Menunduk lirik kanan, lirik kiri, saat melewati gerombolan cowok.
"Riani... "Panggil seseorang. "Suka sama Mumu enggak? " Cowok itu mulai menggoda.
Riani hanya tersenyum kecil, mereka terus berjalan dan Riani hanya menanggapi pertanyaan menggoda itu dengan gelengan kepala.
"Oh, katanya Mumu suka sama kamu loh. " Cowok itu mulai mengada-ngada. Padahal si cowok yang di sebut sudah punya pacar.
"Oh. " Singkat, padat, mungkin bisa bikin si cowok tadi sakit hati. Apalagi dengan raut wajah judes yang terpangpang jelas.
Beuh..mantap. Novy hanya tertawa kecil. Iya tutup mulutnya dengan satu tangan saat iya tertawa, jadilah Novy terlihat imut jika begitu.
"Kenapa sih Nov? Apa sih yang lucu? " tanya Riani kepo.
Masih tertawa kecil Novy menjawab :"Besok aja deh aku jawabnya. Kamu bener-bener lucu tadi. " Kata Novy akhirnya.
Riani mengerucutkan bibir kesal. "Kenapa harus besok coba! Sekarang aja ya? Yo Nov jawab dong aku kepo nih? " Riani merengek sambil menggoyang-goyang tangan Novy pelan.
"Ih, besok aja! Titik! " sahut Novy akhirnya, dia pun mulai kembali berlari. Meninggalkan Riani yang tengah kesal sambil menghentak hentakan kakinya ketanah.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.