25.Hati yang patah.

2 2 0
                                    

"Ada yang bisa Riani bantu bi ? "Riani bertanya, dari tadi setelah iya datang dia hanya duduk mengobrol saja tanpa membantu. Jadilah iya menawarkan bantuan.

"Boleh. Kamu ambil makanan yang disana terus susun ke piring,  yang rapih ya. "

Riani mengangguk,  "Siap bi,bereslah." Ujar Riani semangat.

Hari ini,  jam lima sore Riani sudah datang di rumah Lily.  Meski pun Riani sempat merasa aneh karena Novy seperti berusaha menghadangnya untuk datang, tapi Riani ngotot dan datang juga.

Riani menyusun berbagai macam kue dan buah-buahan.  Hari ini,  hari spesial untuk Lily, karena setelah isya nanti iya akan bertunangan.  Cius deh,  Riani enggak percaya,  baru juga kelas tiga Sma si Lily udah ngegas aja tunangan kan Riani juga mau.

"Sini yang ini biar aku aja." Novy merebut piring yang akan di isi kue di tangan Riani.  "Punya sahabat kok ngeyel ya,  keras kepala banget. " Novy mendumel.

Riani menghembuskan nafas kesal,  bibirnya mengerucut beberapa senti.  Alasannya kabur ke dapur kan biar ngehindar omelan Novy,  yah gimana lagi sepertinya Novy belum puas memarahinya.

"Emang kenapa sih,  aku kan pengen juga bantu-bantu, " Protes Riani.

Novy hanya terdiam,  sejak tadi Riani bertanya 'Kenapa? ' pasti Novy selalu terdiam. 

Riani berdecak,  membawa dua piring berisi kue yang sudah iya susun rapih keruang tamu,  menyusunnya dan kembali lagi kedapur untuk mengambil buah-buahan dan kembali lagi menyusun di meja.

Entah kenapa, Novy seperti tertimpa beban berat di pundaknya.  Raut sedih,  khawatir, gelisah , dan seperti tengah menyembunyikan sesuatu.

"Kamu kenapa? " Riani bertanya.  Menepuk pundak Novy saat tengah melamun,  Riani yang tengah sibuk sana-sini sampai heran di buatnya.

Novy menggeleng kepala.  Sekarang baru jam tujuh,  adzan isya belum berkumandang.  Berhubung Novy dan Riani tengah datang bulan,  jadilah mereka memilih di sini.  Sedangkan Lily tengah sibuk di kamarnya, mungkin sedang mempersiapkan diri.
"Waktu kamu patah hati sama mantan gbtan kamu yang dulu rasanya gimana? " Novy bertanya.  Tidak ada hal yang perlu di kerjakan,  jadilah mereka memutuskan duduk kembali.

"Sakitlah. " Riani menjawab jujur.  Agak aneh juga sih Novy membahas soal mantan gbtannya.

"Nangis? "

"Tiga hari tiga malem, " Ujar Riani. "Maklum kan baru ngerasain patah hati. "  sambung Riani.  Ingin membuat lelucon receh tapi tak bisa,  ya sudah Riani jawab jujur saja.

Novy menghembuskan nafas berat,  iya meraih lengan sahabatnya,  menggenggam erat seolah menyalurkan kekuatan. 

"Kamu boleh nangis,  tapi jangan keterusan. " jeda beberapa detik.  "Kalo kamu sedih,  aku siap jadi sandaran kamu kok. "

Riani mengerjapkan mata,  "Kamu ngomong apa sih,  buat apa juga aku sedih. " Riani memukul lengan Novy gemas,  dia terkekeh pelan melihat raut muka Novy yang serius. "Kamu kenapa? "

Novy mengeleng kepala.

"Bi,  Novy sama Riani ke kamar Lily dulu yah? "Novy meraih tangan Riani paksa dan mengeretnya ke kamar Lily.

Riani merasa aneh dengan perubahan sifat Novy.  Namun iya juga kepo soal kebungkaman Novy, seolah ada rahasia besar yang iya sembunyikan.

"Nov,  Ustadz Fauzan akhir-akhir ini aneh loh,  sering ngelamun terus kayak sedih lagi. "

Novy berhenti melangkah yang otomatis Riani pun ikut berhenti. 

"Jangan bahas dia lagi! " Novy memperingati,  iya tak suka jika Riani menyebut nama pria yang sudah lama Riani suka.

Bodo Amat!! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang