21.Sepertinya..

2 2 0
                                    

Kembali seperti hari-hari biasanya.  Sarapan,  makan siang,  ngemil sambil nonton tv,  ah rasanya sungguh bahagia.

Riani duduk sambil bersila.  Iya tengok sana sini melihat ini itu tak jelas.  Adzan magrib telah berkumandang.  Riani kini duduk dengan tenang sambil tunggu solat magrib tiba.

Bulan Ramadhan telah berlalu,  namun kenangannya tak akan pernah Riani lupakan.  Terlebih bulan suci kali ini berbeda,  apalagi karena ada wabah tentunya.

Efek bulan Ramadhan membuat ibadah Riani semakin kuat saja.  Solat subuh tak pernah terlewat,  mengaji Al-qur'an setiap habis solat lima waktu. Dan yang paling Riani syukuri,  Amarah dalam hati dan segala rasa dengki, iri,  sombong dan lain sebagainya telah hilang entah kemana.

Alhamdulillah Riani serasa sejuk,  meski pun iya sedih juga karena tubuhnya malah sedikit membengkak karena makan dan minum tidak teratur dan sembarangan saat puasa.

Bukan hanya kenangan puasa yang dia ingat.  Hari kemenangan pun amat penuh dengan kebahagian.  Apalagi Riani tau,  sekarang di hatinya tidak ada lagi rasa benci karena iya telah berhasil mengiklaskan dan melupakan perilaku buruk seseorang yang telah menggores hatinya.

Riani bersyukur,  dan iya akan terus memperbaiki diri untuk diri sendiri.

Karena Riani tau,  baik buruknya seseorang tergantung iman dan keyakinan dalam hatinya.

"Aa!! "

Lamunan Riani buyar,  apalagi saat mendengar teriakan anak kecil karena kepergian kakaknya.

Tampak seorang ibu -ibu tengah menenangkannya.  Apalagi saat si anak tak ingin solat di barisan depan,  tepatnya barisan shaf khusus untuk laki-laki.

Tiba-tiba Ustadz Fauzan datang dengan gagahnya.  Wajahnya basah,  sepertinya habis berwudhu membuat kegantengannya berkali-kali lipat meningkat.

Apalagi saat iya mengenakan baju koko kesukaan Riani.  Baju koko berwarna putih dengan sarung hitam.  Sungguh ganteng sekali ciftaan Tuhan yang satu ini.

Ustadz Fauzan tersenyum tipis,  iya meraih bahu si anak dan tanpa kata mengajaknya solat bersama.

Si ibu nampak tersenyum manis.

Namun yang membuat Riani malu adalah... Saat Ustadz Fauzan datang. Riani malah tersenyum manis dan tak menyadari jika Ustadznya juga tengah menatapnya.

Mereka saling senyum dua detik, meski pun malu-malu dan langsung menunduk, jantung Riani tetiba berdesir-desir dan menghangat.

Riani salah tingkah,  iya membuang muka kearah jendela dengan senyum yang masih tercetak di bibirnya.

Lalu segera beristighfar menyadari kesalahannya.

***

Kebiasaan Riani.  Meski pun pernah di tegur agar tidak langsung kabur setelah solat isya. Riani tetep ngeyel dan keras kepala.  Di tambah Riani akui iya sedikit malas solat sunah setelah solat isya.

Alasannya sih karena Riani takut.  Apalagi ibu-ibu terlalu cepat dan pergi terbirit-birit saat Riani waktu itu solat ba'diah isya.  Riani takut di tinggal sendiri,  apalagi jika pulang terlambat Riani harus rela jalan sendiri karena para bapak-bapak yang searah dengannya telah pulang kerumah masing-masing.

"Riani! "

Riani menoleh,  dia agak kaget juga saat tau seseorang yang memanggilnya siapa. Ustadz Fauzan guys!!

"Ya. " Agak salah tingkah sih,  apalagi saat sekelebat wajah Ustadznya itu ketika tersenyum tadi terbayang.  Jika Rahma tau sudah pasti iya akan di ceramahi karena ngeyel tidak menjaga pandangan. 

Memang masih sangat sulit untuk Riani menjaga pandangannya apalagi saat ini iya tengah proses belajar.

"Enggak jadi, " Ujarnya.

Riani mengerjap mata,  merasa nggak jelas dengan tujuan ustadznya itu memanggilnya.

"Tiap sore sering olahraga ya? " Tanya Ustadz Fauzan.

Riani tersenyum iya mengangguk semangat, " Iya,  biar langsing. " Lalu Riani nyengir lebar memperlihatkan gigi gingsulnya.

Ustadz Fauzan tertawa, masih tak percaya dengan ekspresi wajah gadis itu.  Bukan aneh sih,  namun unik, lebih tepatnya menarik juga.

Riani itu berbeda dari gadis lainnya.  Biasanya beberapa gadis jika ingin terlihat menarik sering menampilkan penampilan mereka dengan baju-baju trendi, dengan make up tebal dan terkadang baju mereka cukup ketat.

Ada juga yang berpenampilan biasa saja,  namun sering melepas-pakai kerudung mereka tak menentu.

Ada juga yang memakai penutup kepala namun masih belum sampai menutup dada. 

Rasanya yang seperti Riani itu agak jarang terlihat. Apalagi Riani selalu menentang dan anti pacaran,  meski pun Riani belum bisa menunduk pandangan atau bahkan mengecilkan suara dan gelak tawa saat iya tertawa.

Riani itu berbeda,  iya menjadi dirinya sendiri.  Wajah cantik tanpa make up dengan sifat dan sikapnya yang apa adanya.  Mampu menarik lirikan para cowok di desanya.

Riani tersenyum pamit,  sambil tersenyum malu-malu.  Ustadz Fauzan segera berbelok,  berjalan kerumahnya.  Tadi ustadznya itu sempat berkata:" Satu persen lari,  sembilan puluh sembilan persen selfi. " lalu mengeleng kepala dan tersenyum.

Riani hanya tersenyum gaje,  ternyata Ustadznya itu tengah menyebut captionnya di fb.  Riani jadi malu,  mengingat gaya hebohnya di depan kamera dengan berbagai ekspresi.

Entah kenapa jiwa baper Riani berkata: Ustadz Fauzan tadi,  seperti tengah mendekatinya. Sepertinya.

***

Haha si Riani kegeeran banget sih.
Semoga kalian suka
Vote
Komen
Share

Bodo Amat!! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang