Di desa tempat Riani tinggal. Tak pernah ada satu pun bencana yang datang menerpa.
Belum pernah kebanjiran, longsor, Gempa bumi. Alhamdulillah meski pun hidup di kaki gunung. Kehidupan Riani baik-baik saja.
Ya, baik-baik saja sebelum iya mendengar kabar tentang wabah Covid 19.
Wabah yang katanya berasal di kota Wuhan Cina ini cukup mengegerkan dunia, Termasuk indonesia.
Dan karena itulah kegiatan belajar dan mengajar di hentikan. Termasuk Riani dan kawan-kawan yang tengah pkl.
Sebenarnya Riani sudah nyaman dengan kegiatan Pkl ini. Selain mendapat banyak pelajaran, pengalaman pun terasah di sini.
Terlebih, kawan-kawan se-Pklnya baik-baik. Tak seperti di sekolah, Riani selalu di hina dan di bicarakan hanya karena kesalahan kecilnya.
Masih teringat dalam ingatan, saat iya di hina di depan guru. Riani yang mengaku salah hanya bisa menunduk dengan tangan mengepal, menahan amarah.
Kesalahannya karena dia--ralat, teman se-pklnya menolak saat akan di tambah dua siswi lagi.
Menghela nafas, entah kenapa Riani senang dengan tidak pergi kesekolah. Selain malas dan tak punya semangat, Riani juga malu karena hanya bisa terdiam dan tak bisa melawan saat iya di hina.
Seharian di rumah membuatnya sangat-sangat bosan. Di tambah masih banyak pekerjaan yang belum di selesaikan.
Ini bukan keberkahan bagi siswa-siswi karena tidak ke sekolah. Tapi banyak sekali runtukan dan dumelan-dumelan kekesalan teman-temannya.
Bukan cuma berdiam di rumah, karena setiap harinya tugas-tugas sekolah menumpuk minta di kerjakan.
Kegiatan Riani di rumah tak jauh-jauh dari kasur, dapur, ruang tamu, ruang tv, dan kamar mandi. Setelah membantu sang ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Riani segera bergegas menonton televisi, namun sayang semua acara pasti membahas tentang Covid 19.
Adzan magrib telah tiba. Riani segera bergegas pergi ke mesjid. Menjalankan kewajibannya sebagai seorang hamba.
Dari pada mati kebosanan, kouta tipis duit abis. Mending pergi ke mesjid, pikir Riani.
Suasana di masjid begitu berbeda. Orang-orang seperti agak kurang nyaman jika ada yang batuk apalagi bersin. Padahal di daerahnya tidak ada yang kena apalagi Odp (Orang dalam pengawasan).
Setelah solat sunah, Riani dan Rahma--Adik Riani, yang baru-baru ini mengaji kembali. Mungkin karena bosan di rumah aja. Dan mereka segera Bergegas membawa kitab suci mereka.
Riani membuka tirai perlahan. Mendongak tiba-tiba hati Riani berdesir desir tak jelas. Gugup, Riani mencoba menunduk kembali.
Seperti biasa Hasan dan Ilham yang sudah duduk manis di sisi kanan. Dengan pelan Riani dan Rahma duduk di sisi kiri. Agak mundur kebelakang Riani masih menunduk, takut bersitatap dengan pria muda di hadapannya.
"Silahkan buka Qur'annya!" perintah pria muda itu. "Riani surat berapa dan ayat apa kita mengaji hari ini? "
"Eh, eeuu.. Itu.."Riani gugup setengah mati, belum siap di tanya ini itu dia malah bersikap gaje. "eu... Surah al-baqarah, ayat lima puluh satu, " jawabnya dengan satu tarikan nafas.
Ustadz Fauzan--Anak sulung ustadz Ali mengangguk sambil tersenyum kecil.
Mengaji pun di mulai. Setelah membaca doa sebelum belajar, Ustadz Fauzan memulai dengan membaca sambil menunjukan tata cara membaca Al-qur'an dengan benar.
Pelajaran selanjutnya tentang pelafalan tajwid. Ustadz Fauzan dengan adil mengetes satu persatu murid-muridnya.
"Sudah paham kan Riani? Kalo Tafhim itu di baca tebal, sedangkan Tarkik di baca tipis." Ujar Ustadz Fauzan sambil tersenyum simpul.
Riani membalas senyuman dan hanya mengangguk pelan. Lalu Ustadz Fauzan menjelaskan lebih lanjut tentang hukum-hukum tajwidnya.
Dan setiap kali bertanya pasti selalu condong ke arah Riani.
Rahma hanya bisa menunduk, takut tidak bisa jaga pandangan.
Sedangkan Riani sih, Cuek-cuek aja. Selagi tidak ada perasaan cinta di hatinya. Menanggapi senyum guru sendiri tidak salah bukan? Lagian dulu juga mereka sering bermain bersama.
Ya, bermain. Mengukir masa kecil mereka dengan senyuman dan tanpa ada rasa takut hadirnya rasa suka.
Dan Riani akan berfikir positif saja. Meski pun entah kenapa, jantungnya berdebar-debar sekarang.
***
Cerita cinta-cintaan di mulai😅😂
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Ficțiune adolescențiBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.