Don't baper
Jangan sedih jika kamu patah hati. Tapi jadikanlah rasa sesak yang menyeruak di hatimu sebagai motivasi. Mungkin kegagalan ini adalah tanda bahwa kita telah lalai dalam menjaga pandangannya.**
"
Jangan terlalu berharap sama manusia teh, enggak baik. Berharap lebih kepada manusia hanya akan membuat kita kecewa dan harapan itu hanya ke-sia-siaan belaka. "
"Jaga pandangan, setidaknya itu yang bisa mencegah perasaan suka atau cinta dari kita. Inget teh kata orang 'dari mata turun kehati'. "
Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya" (QS. An-Nur : 30-31)"Rahma udah ingetin teteh, selebihnya teteh pikirin sendiri. "
Kata-kata sang adik yang selalu mengingatkannya itu tergiang kembali dalam ingatan. Bagaimana dulu iya selalu menganggap angin lalu dari perkataan sang adik, kini telah terbukti dan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.
Riani menyesal, iya kini merasakan betapa sakitnya hati yang patah, hati yang terluka karena sang pujaan hatinya memilih gadis lain.
"Tuh kan nangis lagi, baru di tinggal sebentar. " Novy mendumel. Iya meraih tissu lalu menghapus air mata yang luruh dari mata sahabatnya.
"Ya Allah Riani, efek patah hati gini amat ya. " Tari yang baru datang menyahut. Iya menaruh bingkisan di atas nakas lalu duduk di dekat Riani, pinggir kasur.
"Iya nih, parah. Sampe jatuh sakit seminggu. " timpal Wati yang ikut mendekat setelah mengucap salam.
"Ih, ini bukan karena aku lagi patah hati. Cuman akunya aja yang ceroboh, minum teh manis kemasan botol tanpa liat tanggal kadaluarsanya. " Ujar Riani membela.
Memang sudah seminggu iya hanya bisa berbaring di kasur. Akibat kecerobohannya minum minuman yang sudah kadaluarsa, Riani kena imbasnya. Demam dan diare.
"Alah kalo bukan karena patah hati, siapa pula yang minum sambil nangis. " Novy menyaut.
Riani nyengir kuda. "Kan, enggak sengaja. "
Novy mengeleng kepala. "Aduh gimana ini nak, si Riani sering nangis tiap malem, padahal dia lagi tidur, enggak sadar lagi. " Ujar Novy mengulang curhatan Rum tempo hari.
"Iya sih, kebiasaan buruk tuh. Kalo tidur pasti kadang sering ngigo atau nangis tengah malem. " Kata Riani, memaklumi diri sendiri."Mangkanya kalo mau tidur baca doa. " Tari memberi saran.
"Udah, selalu malah. "
"Jangan sedih mangkannya. Sesakit apapun hati kamu karena enggak bisa dapetin cowok yang kamu suka, jangan nyakitin diri sendiri. " Bijak Wati.
Novy mangut-mangut, "Betul tuh, seenggaknya kita petik hikmah dari rasa sakit yang kita alamin. Ambil pelajaran, jadiin pedoman dimasa depan biar enggak jatuh lagi kelubang yang sama. "
"Iya, asal kita sabar dan iklas menjalaninya. " Tambah Tari menyahut.
Riani mangut-mangut. "Siap, lagian aku sekarang sadar kok, jangan terlalu berharap kepada manusia melebihi sang pencifta. " Ujar Riani bijak.
"Eh, kalian makan dulu yah. Kebetulan nih mama sama Rahma lagi beli obat jadi enggak ada di rumah. "
"Enggak usah Ri, kita kesini tadi udah makan kok. " Tolak Tari halus. "Iyakan Ti? "
Wati mengangguk mengiyakan.
"Tenang aja Ri, kalo Tari sama Wati butuh sesuatu kan ada aku. Kayak sama siapa aja deh. " sahut Novy.
Riani mengangguk, tapi belum membuka suara dia mengeluh sakit perut.
"Duh kayaknya mau buang air besar lagi deh. Kalian tunggu dulu ya. " Riani bangkit dari tidurannya. Karena seharian tiduran, saat iya terbangun kepalanya serasa berdenyut sakit.
Riani memegang kepalanya sambil meringis. Tanpa sadar membuat ketiga sahabatnya khawatir.
"Biar aku bantu. " Novy memegang pundak Riani. Membantu memapah Riani yang kondisinya belum setabil.
Sebenarnya bukan hanya karena kecerobohan Riani minum-minuman kadaluarsa, namun kata dokter sakit Riani terpengaruhi juga karena stres dan kelelahan.
Riani mengalami luka di hatinya, meski pun tak berdarah. Namun itu juga yang mempengaruhi pikiran Riani. Iya terlalu sering menangis, matanya bengkak, matanya sering terlihat kosong.
Namun kali ini Riani tak merasa putus harapan. Iya tak lagi meminta Tuhan untuk mencabut nyawanya. Mengeluh karena rasa sakit yang mendera relung hatinya.
Lebay memang, namun kalian juga pasti akan merasakan jika kalian mengalaminya sendiri.
Saat hati yang tengah mekar harus layu karena tikungan tajam sahabatnya sendiri.
Kini Riani menyadari, jika kematian bukan jalan akhir dari sebuah penderitaan. Tapi awal baru ketika kita telah berpindah kedunia yang berbeda dan sendirian menunggu balasan atas apa yang telah kita kerjakan saat hidup di dunia.
Boleh nangis karena patah hati, namun jangan pula kita salah melangkah karena kecewa.
Karena apa yang kita harapkan belum tentu akan menjadi kenyataan.
Karena Tuhan tau, apa yang terbaik untuk kita.
Dan Riani bersyukur masih banyak orang yang menyayanginya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Dla nastolatkówBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.