19. Ketemu mantan gbtan

8 1 0
                                    

Riani berlari agak kencang,  iya menjungjung agak tinggi mukena yang iya pakai.  Nafasnya memburu, Riani berhenti saat iya ragu untuk menyelip dua cowok yang ada di depannya.

Menimbang,  Riani pun berlari kecil sambil mengucap "Permisi, " lalu berhenti lagi karena iya baru sadar.  Jika tubuhnya itu montok dan bisa saja kedua cowok di belakangnya melihat badan bongsor Riani yang bergoyang-goyang di kala berlari.

Solat Idul fitri masih beberapa menit lagi.  Iya memilih melangkah sambil mengatur nafasnya yang memburu.

"Jalan bareng yuk sini," Tak bisa di percaya.  Ternyata yang mengajak Riani adalah si duda beranak dua,  tanpa basa-basi membuat Riani agak terkejut apalagi saat menyadari mantan gbtan Riani yang sudah dianggapnya play boy cap buaya darat.

"Tadi sih udah, " Ujar si mantan gbtan. Magsud 'tadi' adalah ketika Riani berjalan pelan mengintili mereka di belakang.

Riani hanya tersenyum kecil lalu menjawab: " Udah telat nih duluan ya, " Tanpa menunggu jawaban Riani segera berlari kembali.  Bodo amat dengan tubuh montoknya,  iya tak peduli.

Memelankan langkah kaki,  Riani tersenyum simpul.  Segera masuk ke tempat wudhu. Salahnya juga terlalu santai dan malah keasikan makan rendang dan sop sapi di tambah ketupat buatan sang ibu yang enak dan nikmat.

Ngomong-ngomong berbicara tentang mantan gbtan,  Riani agak kesal sih.  Gimana gak kesal,  saat dia seperti tergila-gila oleh pesona Riani.  Atau jika Riani geer bisa saja iya menyebut cowok itu menyukainya.

Setiap hari iya selalu menggoda,  menebar senyum ramah dengan wajah tampannya.  Berhubung saat itu iman Riani lemah,  apalagi dia belum bisa menjaga pandangannya.  Akhirnya iya pun jatuh hati juga.

Tapi sayang,  karena Riani tak bisa berpacaran, si cowok yang tak mau Riani sebut namanya itu, ternyata bukan hanya mendekati dirinya saja.  Tapi cewek sekampung yang terkenal cantik.

Saat beredar kabar si cowok telah berpacaran,  Riani patah hati.  Terlebih sikap si cowok itu berubah dingin dan terkesan cuek.

Ah,  dari pada bahas mantan gbtan yang sudah mengisi hati namun malah mengkhianati.  Riani bergegas menggelar sajadahnya dekat Novy yang sudah sahabatnya itu pilih.

"Kirain aku,kamu enggak solat," Novy berujar.Ustadzah--ibunya Ustadz Fauzan tengah menerangkan niat dan tata cara solat idul fitri.

"Hehe tadi ke asikan makan," Jawab Riani sembari cengengesan.

Novy hanya geleng-geleng kepala lalu terdiam,  menyimak apa yang di terangkan Ustadzah.

Riani melambai Ke arah Lily yang duduk di dekat Novy.  Lalu beralih ke arah Tity yang berada di pojokan.

"Minggir-minggir!  Kasih jalan Ustadz Fauzan."

Riani menoleh.  Tampak Ustadz Fauzan berdiri gagah dengan baju koko berwarna putih di padu padankan sarung dan peci berwarna hitam,  tak lupa tersampir sorban warna biru muda di pundaknya.

Ibu-ibu bersorak, mereka berbisik-bisik.  Masalahnya di desa Riani pria dan wanita solat idul fitri di tempat yang berbeda.  Namun karena penuturan sang ibu yang sudah melahirkan Ustadz Fauzan dua puluh tiga tahun lalu.  Membuat tatapan bangga ibu-ibu terpancar.

Ustadz Fauzan ingin belajar,  itu katanya.  Ibu-ibu memberi jalan,  Riani hanya menatap Ustadz nya itu sendari tadi dengan tatapan bangga dan terkagum-kagum.

Baru kali ini ada cowok yang menyampingkan gengsi nya karena ingin belajar agar bisa memperdalam wawasan tentang agama.

Mantan gbtan ganteng Riani,  pokoknya lewat.  Segala gombalan serta senyuman ramah penuh modal dusta itu kalah oleh senyum tulus Ustadz Fauzan yang melangkah sambil mengucapkan kata "Permisi, " saat melewati wanita yang lebih tua darinya.

Jantung Riani berdebar,  Novy di sampingnya berbisik, tak menyangka Ustadz Fauzan akan menjadi imamnya.

Sempat terlintas di ingatan,  jika tidak salah Riani sempat bersitatap dengan Ustadz gantengnya itu.

Riani tersenyum manis, iya solat dengan semangat. Namun iya juga harus menahan agar tidak terus melihat punggung tegap sang ustadz yang tengah menjadi imam solat.

Dada Riani berdesir,  bahkan iya ingat penuturan Rahma yang menyuruhnya mundur seperti ini kata-katanya:" Ustadz Fauzan itu,  ibarat tokoh dalam cerita novel.  Banyak yang suka apalagi dengan bibit,  bebet,  bobotnya yang baik.  Sikapnya yang lembut dan ramah siapa juga yang tak jatuh hati sama dia.  Mendingan teteh lupain aja dari pada akhir dari perjuangan teteh sia-sia.  Jangan sampe ya nanti nangis bombay ke Rahma kalo Ustadz Fauzan milih cewek lain. "

Riani memang sudah mengetahui banyak gadis di desanya yang menyukai bahkan tergila-gila akan pesona Ustadz Fauzan.

Namun, Ada yang salah dengan penuturan adiknya itu. Riani tak pernah berjuang,  iya hanya memendam rasa yang memang seharusnya tidak ada.  Tapi mau bagaimana lagi. Cinta itu fitrah,  dan Riani tidak bisa menghentikan perasaannya.

Mendengar suaranya saja sudah menggetarkan hati. Jadi Riani bisa apa jika perasaannya semakin berkembang setiap hari.

***

Eum... Weureu boled

Bodo Amat!! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang