Janganlah kau memancing amarah saudaramu (sesama Islam). Niscaya pahalamu akan berkurang. Selain itu, kau juga akan mengundang amarah-Nya
☕☕☕
Sesampainya di kantor, Freinz segera meletakkan segelas espresso miliknya di meja dan berjalan masuk ke Ruang Rapat bersama Tey. Tak lama kemudian, rapat dimulai.Dua jam berlalu ....
Freinz berjalan memasuki ruangannya dan menemukan gelas sterofoam berisikan espresso miliknya sudah jatuh tergeletak jatuh di lantai. Ia menatap murka gelas itu. Siapa yang sudah berani-beraninya menumpahkan kopi favorit miliknya? Pandanganya pun teralihkan pada seorang office boy yang sedang mengepel bekas tumpahan kopi. Ia menatap geram sang office boy dan menarik kerahnya. Menatap tajam retina sang pria.
"Ada apa? Kenapa?" tanya Freinz sembari mencengkeram kemeja si pria.
Si pria menunduk. Takut memandang wajah iblis Freinz. Tey yang melihat amarah Freinz dengan cepat melerai keduanya.
"Pak, tolong kasihani dia. Dia hampir mati," tenang Tey sembari menghadang pergerakan Freinz. Freinz kembali murka dan hendak menghajarnya.
Namun, dua pria gagah yang diketahui adalah bodyguard itu sudah mencegah Freinz terlebih dulu dengan memegang kedua tangannya. Tey memerintahkan para bodyguard itu untuk pergi meninggalkan mereka. Pria itu menunduk dan melenggang pergi. Freinz menghempaskan tangannya. Membebaskan kedua tangan dan berjalan menuju meja besar miliknya. Tey menghela napas dan berjalan menghampirinya. Dengan langkah anggun nan seksi, ia berjalan menuju meja Freinz dengan tangan yang menggoda Freinz.
"Kenapa Bapak marah? Ada apa?" tanya Tey dengan tangan mengelus punggung Freinz yang sedang mengetik di laptop. Freinz menggeram akan kelakuan Tey. Ia menepis tangan Tey dan beralih menatapnya tajam.
"Belikan 1 espresso di Kafe Rein!" perintah Freinz sembari menunjuk pintu.
"Oke Pak, saya akan meminta A—"
"Kamu!"
"Saya? Maksudnya apa?"
"Kamu yang beli," ucap Freinz dengan nada tak terbantahkan.
Tey yang mendengarnya hendak membantah. Namun, Freinz mengangkat tangannya petanda keputusannya tidak mau diganggu gugat. Tey mendengus dan berlalu keluar Ruang CEO. Menyisakan Freinz sendiri.
Namun, Tey justru menemui Ani—bawahannya. Memintanya membelikan pesanan Freinz. Toh, ia punya bawahan. Lalu, kenapa harus ia yang keluar? Kalau menyuruh Ani saja bisa. Tey yang hendak menghampiri Ani pun tiba-tiba saja terhenti tatkala ponselnya bergetar petanda pesan masuk.
Aws jk km mnyrh Ani untk mmbli psnan sy atau km sy pct
(Awas jika kamu menguruh Ani untuk membeli pesanan saya atau kamu saya pecat).
Sebuah pesan masuk dengan nama kontak "Pak Bos Terlup💕". Tey mendesis kesal. Kenapa sih, Freinz bisa tahu rencananya? Padahal ia kan anti sekali dengan namanya terik matahari yang menyengat mengingat saat ini jam menunjukkan pukul setengah 12 siang.
"Ah, malas!" desis Tey. Ia melangkah menuju tempat mobilnya berada dan melajukannya menuju kafe. Namun, bukan Kafe Rein yang ia tuju. Melainkan kafe terdekat.
Cukup waktu 8 menit saja, Tey sudah sampai di sebuah kafe. Ia yang hendak keluar pun tiba-tiba merasakan ponselnya kembali bergetar di kemeja ketat miliknya. Karena rok span ketatnya yang tidak memiliki kantong. Buru-buru, Tey merogohnya dan kembali mendapatkan sebuah pesan.
![](https://img.wattpad.com/cover/222027166-288-k947100.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Secangkir Kehangatan (END)
JugendliteraturEND R 15+ 《PART LENGKAP》 ▪︎Genre spritual ▪︎ Cool boy series #1 ~ Cintamu ada untuk didapatkan dan juga dilepaskan ~ Takdir. Ya, takdir. Setiap orang pasti memiliki yang namanya takdir. Hal ini pun sudah tercantum dalam Al Quran yang menyatakan bahw...