Weinza Oktyra Ayodhya Rein

167 27 11
                                    

Happy Reading Readers :)

Mintalah pertolongan kepada penciptamu. Niscaya kau akan dimudahkan dalam menghadapi segala hal. Sekalipun itu adalah hal yang paling terberat

☕☕☕

Weinza Oktyra Ayodhya Rein. Gadis muda yang mampu memikat hati para kaum adam. Memiliki penampilan yang sangat menarik dan juga cantik. Yah, bisa dibilang sosok perempuan sempurna yang hanya dimiliki oleh seorang Weinza saja atau biasa dipanggil dengan Enza. Sosok yang merupakan keturunan dari seorang ustaz ternama—Ustaz Hasan Rein. Sekaligus cucu dari seorang ulama besar—Muhammad Adam Rein dan cicit dari seorang Wali Songo Sunan Ampel. Luar biasa bukan? Ya, soal silsilah sih hal yang luar biasa. Namun, tidak dengan tingkahnya yang di luar silsilah. Sangat berkebalikan!

Seorang gadis kini mulai mengendarai mobil Jazz hitamnya menyusuri jalanan padat Kota Bandung menuju sebuah kafe. Ya, kafe yang didirikan oleh sang abi demi menafkahi keluarganya. Hingga lambat laun, kian terkenal dan sukses besar seantero Kota Bandung sebelum akhirnya sang abi memilih untuk mempercayai putri bungsunya—Enza dalam melanjutkan usahanya itu.

Tiba-tiba saja, suara dering telepon megalihkan fokusnya. Segera saja ia menepikan mobilnya dan memarkirkannya di pinggir jalan yang sepi. Toh, keselamatan adalah hal yang terpenting dalam hal mengemudi. Jadi, lebih baik berhenti daripada nanti celaka.

Dengan kesal, sang gadis pun mengambil ponselnya dan menjawab panggilan masuk.

"Halo, Al," sapanya ketika panggilan di antara keduanya terhubung.

"Halo, Nza, ngmal yuk," ajak seorang wanita di seberang sana. Sontak, gadis dengan panggilan Nza itu pun mengubah raut wajahnya yang tadinya kesal menjadi senang. Namun, tiba-tiba saja raut wajahnya kembali menurun. Merasa sedih setelah teringat akan tugas yang ia miliki.

"Maaf, Al. Gue gak bermaksud nolak lo. Tapi ...." Gadis dengan nama panggilan Nza atau lebih tepatnya Enza itu tampak berpikir.

"Tapi apa, Nza?" tanya Al—sahabat Enza di seberang sana.

"Gue ... Ada urusan. Jadi, maaf gak bisa nemenin lo ke mal sekarang."

"Urusan apa lagi sih? Kafe lo?" tanyanya dengan nada kesal tak terima ajakannya ditolak mentah-mentah oleh Enza.

"Yah, you know. Apa kesibukan gue sekarang," jawab Enza sembari mengelus-elus kuku tangannya yang terdapat polesan warna pink—hasil manikurnya semalam.

"Hm ... Iya, gue tahu. Kalo gitu, gue tutup dulu, ya. Sampai jumpa besok." Enza berdeham dan mengangguk yang tentu tidak bisa dilihat Al.

"Hm, iya. Bye, Al."

"Bye, Nza." Panggilan pun terputus secara sepihak.

Enza pun langsung melemparkan ponselnya ke bangku penumpang dan kembali melajukan mobilnya ke jalanan. Ya, Enza yang dimaksud di sini adalah Weinza Oktyra Ayodhya Rein—putri bungsu dari Hasan Rein sekaligus cucu serta cicit dari Adam Al Ghifari Rein dan juga Sunan Ampel.

Tak butuh waktu setengah jam, Enza pun sampai di kafe abinya. Kafe dengan berkonsepkan monokrom itu adalah hasil jerih payahnya bersama sang kakak—Quinza Oktyra Rein dalam merenovasi kafe abinya. Kakak yang kini sedang memegang jabatan sebagai manager kafe untuk sementara waktu. Menggantikan jabatan Enza yang seharusnya ia emban.

Awalnya, Hasan mewariskan kafe Rein kepada Enza. Namun, ia justru menolaknya dan meminta Quinza, untuk mengurusnya sementara waktu. Hasan pun setuju, namun dengan syarat jika dirinya juga harus ikut turun tangan untuk mengurusnya. Terlebih lagi dalam hal meracik kopi layaknya barista. Dengan berat hati, Enza menerimanya. Baginya, meracik kopi adalah hal yang tidak sulit. Atau bisa dibilang sangat mudah. Mengingat dirinya pernah diajarkan langsung oleh Hasan di masa beliau masih menjadi manager kafe.

Secangkir Kehangatan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang