Prolog

437 46 40
                                    

Sungguh, kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal

Qs. Al Hujurat Ayat 13

☕☕☕

Takdir. Yah, satu kata mengandung banyak kejadian. Namun, kali ini takdir yang dimaksud adalah takdir Allah akan jodoh para hamba-Nya. Seperti yang tertulis dalam Qs. Al Hujurat ayat 13, 'Allah telah menciptakan seorang lelaki dan seorang perempuan berpasang-pasangan. Yang nantinya, mereka akan bersatu dalam ikatan suci. Yaitu, pernikahan'.

Seorang pria kini tengah melangkahkan kakinya menuju sebuah tempat di mana ia akan bertemu dengan sosok yang berharga untuknya. Ia mengedarkan pandangannya ke sekeliling kafe. Namun, tak kunjung menemukannya.

'Di mana dia? Kenapa tak kunjung datang?' resahnya di dalam hati.

Setelah menelusuri setiap inci kafe, ia pun memilih untuk duduk di sebuah kursi dengan meja yang hanya bermuatan dua orang. Dirasa bosan, sang pria lebih memilih untuk memainkan iPhone miliknya sembari menunggu kehadiran sosok yang ia nanti. Tak lama, suara dehaman mengalihkan atensinya.

"Maaf, aku terlambat."

Sang pria tersenyum dan mengangguk.

"Gak papa, duduklah," pinta sang pria kepada sang wanita. Wanita yang sedari tadi ia tunggu.

"Ada apa? Maaf aku tidak bisa berlama-lama berduaan denganmu," ucap seorang wanita itu setelah duduk tepat di depan si pria. Sang pria mengerutkan kening. Tidak menyukai perkataannya.

"Kenapa?"

Kini, nada bicaranya sudah berubah menjadi dingin. Berubah 180° dari yang sebelumnya. Helaan napas terdengar di seberang sana. Perlahan namun pasti, ia bangkit berdiri. Hendak meninggalkan sang pria.

"Maafkan aku, kita memang tidak bisa bertemu dengan waktu lama. Karena kita bukanlah mahram. Sekali lagi maaf, aku pamit."

Sang wanita melangkahkan kakinya menuju pintu kafe. Tiba-tiba saja langkahnya terhenti tatkala namanya terpanggil.

"Tunggu!" cegah sang pria.

Wanita itu terdiam dan tak berniat berbalik. Dengan langkah cepat, sang pria berjalan ke hadapan sang wanita dengan tatapan sendu.

"Aku di sini bermaksud untuk melamarmu wahai bidadariku. Apakah kamu bersedia menjadi istriku?" ucapnya sembari berlutut di lantai kafe.

Sang wanita tampak terkejut dengan tangan yang menutup mulut. Bahkan genangan air mulai terbendung di sekitar area matanya—yang siap untuk luruh kapan saja.

"Will you marry me?" lanjutnya dengan posisi yang masih sama.

Sang wanita tersadar dan lantas menggelengkan kepala menolak.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menerimamu."

Sang pria bangkit dengan amarah mengebu-ngebu. Kenapa ia harus ditolak? Ia kan tampan, pintar, dan satu lagi, kaya! Semua wanita pasti akan menerimanya mengingat kelebihan yang ia punya. Bahkan hartanya sendiri tidak akan habis sampai tujuh keturunan lamanya. Lalu, kenapa ia ditolak?

"Tolong, katakan kenapa kamu menolakku? Apakah aku kurang tampan di matamu? Ataukah aku kurang kaya untukmu? Tolong, katakanlah alasannya," ucapnya frustasi.

Sang wanita kini mulai terisak setelah mendengar nada kekecawaan dari sang pria. Dengan sabar, ia pun menjawab pertanyaannya.

"Tidak, kamu tidak kekuarangan akan hal itu. Kamu sempurna. Kamu ... Kaya, tampan, dan pintar."

"Lalu, kenapa kamu menolakku, ayolah jawab pertanyaanku," lirih sang pria meminta penjelasan.

"Tapi, maaf, kamu masih kurang di satu bidang."

"Apa?" tanyanya tidak sabar.

"Keimanan dan ketakwaanmu kepada Allah Swt."

Deg

Bak disambar petir. Sang pria mematung dan terdiam. Berusaha mencerna maksud dari ucapan lawan bicaranya.

"Aku permisi," pamit sang wanita dan mulai melangkah menjauh. Namun, lagi-lagi langkahnya terhenti tatkala sebuah suara menginterupsi langkahnya.

"Jika aku mempunyai hal itu, apakah kamu mau menerimaku?"

Isakan sang wanita berhenti. Sang wanita tampak terdiam dengan helaan napas yang terdengar mulai teratur.

"Ya, aku akan menerimamu. Karena memang sejak pertama kali aku melihatmu, aku mulai menyukaimu," ucap sang wanita mulai melangkahkan kakinya menjauh. Namun, tiba-tiba saja ia memberhentikan langkahnya.

"Tapi ingat! Kau harus mencintai Allah terlebih dahulu sebelum akhirnya mencintaiku dan melamarku. Anna uhibbuka fillah ya zaujal mastaqbal." (Aku mencintaimu karena Allah wahai calon suamiku). Sang wanita kembali berjalan menjauh. Meninggalkan sang pria dengan kebisuannya.

☕☕☕

Hai² Cerita baru sudah siap..

Mm.. Kira² bagaimana yah kisah di antara mereka? Apakah mereka bisa bersama? Apakah sang pria bisa menyanggupi permintaan sang wanita?

Kalo gitu, next yuk..

Itung-itung buat menemani hari-hari kalian dalam rangka PSBB dan #StayAtHome.

Tungguin ya kelanjutannya, dan doakan saja semoga ceritanya sudah end pada bulan suci ini. Aamiin..

Secangkir Kehangatan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang