1. Kesal

137 25 24
                                    

Pertemuan adalah awal dari segalanya. Apalagi pertemuan tanpa disengaja. Jika pertemuan tidak sengaja yang pertama adalah kebetulan. Maka, pertemuan tidak sengaja yang kedua adalah ketentuan dan kehendak-Nya.

Jadi, kita sebagai makhluk-Nya hanya bisa berserah diri atas apa yang telah ditentukan untuk kita. Yang bisa jadi, pertemuan itulah yang membawa kita kepada kebaikan, atau mungkin sebaliknya. Wallahu Alam

☕☕☕

Hari ini, Freinz mengadakan meeting di perusahaan relasinya, membahas kerja sama mereka lebih lanjut. Sepulangnya dari meeting, ia memutuskan untuk mampir ke sebuah kafe. Kafe yang menjadi tempat pertemuannya kemarin bersama kedua sahabatnya.

Kenapa harus di sana? Entahlah, ia sendiri juga tidak tahu. Yang ia ketahui, pikirannya akan selalu mengarahkannya pada kafe itu. Kapan pun dan dimana pun. Yah, bisa dibilang jika ia sedang rindu dengan sensasi dari rasa espresso Kafe Rein.

Menurutnya, rasa espreso di sana sangatlah enak. Jika dibandingkan dengan espresso yang selama ini ia nikmati. Ada kenikmatan dan sensasi tersendiri ketika ia menyeduhnya. Ah, ia sangat rindu.

Dengan langkah santai, Freinz memasuki kafe favoritnya dan memilih meja pengunjung yang diperuntukkan untuk dua orang. Tak lama, seorang pelayan datang menghampirinya dan mulai mencatat pesanannya.

"Siang, mau pesan apa?" tanya pelayan dengan ramah.

Freinz tampak mencermati buku menu yang ada digenggamannya sesekali berpikir makanan apa yang cocok untuk ia makan di siang hari ini.

"Espresso satu, paket makan siang satu."

"Paketnya mau apa, A'? Disini ada spaghetti bolognese, nasi kebuli daging kambing, bazlama, dan burger."

"Nasi," jawab Freinz seadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Nasi," jawab Freinz seadanya.

Sang pelayan pun mengernyit heran jawaban sang pelanggan. Hingga akhirnya, mengangukkan kepala mengerti dengan apa yang dipesannya.

"Baiklah, espresso satu, dan paket makan siang nasi kebuli daging kambingnya satu. Selamat menunggu," ucap sang pelayan ramah, lantas beranjak menuju kasir. Dan berjalan menghampiri Ruang Barista.

Di sisi lain, Enza yang sedang menuliskan daftar pengeluaran dan pemasukkan kafe, dikejutkan dengan kedatangan seorang pelayan.

"Enza, bisa tolongin Abang?" tanya sosok tersebut ketika berdiri tepat di hadapannya. Enza menukikkan keningnya. Lalu, mengangguk.

"Um ... buatkan espresso satu dan antarkan juga nasi kebuli daging kambing ke meja nomor delapan. Bang Didit mau ke belakang dulu," ucap pelayan dengan name tag Didit itu.

Kemudian, ia berlari menuju ke belakang kafe. Meninggalkan Enza yang tersenyum sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia berjalan menuju tempat kerjanya. Dengan lihat, ia mulai menyeduh bubuk kopi yang ada.

Secangkir Kehangatan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang