22. Surprise

32 4 0
                                    

Freinz terus mengukir senyum. Seiring pandangannya yang tak luput dari sebuah foto di iPhonenya. Menampilkan seorang gadis bersurai hitam panjang tengah tersenyum bahagia tatkala ia diam-diam mengambil foto tersebut. Sengaja tak memberitahukannya kepada sang empu dan menyimpannya di album khusus bertuliskan 'My Love'.

Hari ini, tepat setengah tahun hubungannya dengan Enza. Tidak ada pertikaian yang mereka hadapi. Hanya ada senyuman dan tawa kebahagian di antara mereka. Selalu akur dan lekat di manapun mereka berada. Dalam kungkungan perasaan bahagia dari hari ke hari. Membuat hubungan mereka kian langgeng hingga sekarang. Ia sendiri sudah memiliki sebuah rencana untuk merayakan hubungannya. Sebuah kejutan yang ia yakini mampu membuat Enza sangat bahagia dan terharu. Kejutan yang akan selalu terkenang hingga mereka tua nanti.

Tok tok tok

Pintu diketuk. Freinz berdeham. Segera mematikan iPhone-nya dan menyuruhnya masuk.

"Tuan, tolong tanda tangani dokumen ini," ucap Tey, sekretaris Freinz sembari membawa beberapa berkas. Freinz mengambil berkas tersebut. Menggerakkan jari jemarinya dan mulai membubuhi setiap berkas dengan tanda tangannya. Kembali memberikan berkas tersebut kepada Tey.

Belum sela beberapa detik, tubuh Freinz tiba-tiba mematung. Tatkala Tey dengan lancangnya memeluk tubuhnya dengan sangat erat. Membuat emosinya memanas dan meletup-letup dalam detik itu juga. Bisa dirasakannya payudara Tey yang sangat menempel pada dada miliknya. Seakan-akan ingin menggoda dan meyulut gairahnya.

"Freinz, aku mencintaimu. Kenapa kamu tak mencintaiku, Sayang?" bisik Tey menggoda di telinga kanannya. Membuat Freinz merasa jijik dan ingin mengusirnya. Belum sempat Freinz melepaskan pelukan Tey, suara barang jatuh terdengar dari arah pintu ruangannya. Membuat Freinz melebarkan kedua mata terkejut tatkala menemukan Enza tengah berdiri sembari menatapnya terluka.

"Enza!" panggil Freinz cepat setelah berhasil menjauhkan tubuh menggoda Tey dari tubuhnya. Namun, seakan tuli, Enza justru pergi meninggalkan ruangannya dengan air mata menetes. Membuat Freinz kalang kabut dalam emosinya hingga amarahnya pun mengebu-ngebu.

"Saya tidak mau lihat kamu lagi di perusahaan saya! Kamu dipecat! Dan saya jamin kamu tidak akan mendapatkan pekerjaan apapun di dunia ini. Ingat! Koneksi Orlandz sangat luas. Jadi, kamu tidak akan bisa hidup, Tey! Tidak akan! Camkan itu!" ucap Freinz mengebu-ngebu sembari menunjuk wajah Tey tajam. Menekankan setiap kalimatnya.

Tak mau berlama-lama lagi, Freinz bergegas meninggalkan Tey. Namun, Tey tampak tak mau membiarkannya pergi dan mencekal tangannya. Tersirat amarah dan kesedihan di kedua iris matanya. Menandakan betapa besar rasa sakit yang ditorehkan Freinz di lubuk hatinya.

"Kenapa sih kamu lebih milih dia dari pada aku? Kalo soal tubuh, lebih juga menggoda tubuhku dari pada dia. Lalu, aku kurang apa Freinz? Kurang apa?" tanya Tey dengan nada membentak. Freinz semakin mengetatkan rahangnya. Merasa kesal sekaligus ingin memukul Tey jika saja ia tak ingat akan jenis kelaminnya.

"Bitch! Kamu masih bertanya kenapa, hah? Kamu seharusnya sadar diri! Wanita rendahan sepertimu mana ada yang mau jadi pasanganmu!" hardik Freinz pedas.

"T—Tapi, karyawan di sini ...."

"Saya tidak peduli sama penilaian karyawan saya ke kamu. Tapi, bagi saya, kamu adalah wanita rendahan! Bitch! Dan kamu tidak pantas untuk menjadi bagian dari Perusahaan Orlandz lagi. Atau bahkan perkantoran manapun! Ingat itu!" Freinz yang tak kuasa menahan diri pun memilih untuk meninggalkan Tey. Dan ....

Brak

Pintu terbanting. Dan Tey pun jatuh tersimpuh di lantai. Meratapi perbuatannya yang sudah terobsesikan akan cintanya kepada Freinz. Merutuki dirinya yang sudah melakukan hal konyol yang justru membawanya kepada sebuah penyesalan hidup. Hidup megah yang selama ini ia nikmati kini telah hancur lebur. Seiring dengan dipecatnya dirinya dari perusahaan bisnis ternama dan parahnya lagi ia tak bisa mendaftarkan dirinya di perusahaan manapun. Hidup sebagai orang melarat tanpa ada tujuan hidup.

Secangkir Kehangatan (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang