tiga

1.2K 173 102
                                    

Laju mobil memotong sepinya jalan kota malam ini, diselingi hujan dan suara gemuruh, bahkan kilat ikut hadir disana layaknya flash kamera yang sedang memotret indahnya city sky light.

Pengharum mobil yang biasanya jadi wangi favorit Taeyong untuk mensterilkan bau antiseptik yang mengguar di hidungnya kini sudah tidak di anggap lagi keberadaan nya. Hujang turun deras, pewangi mobil mengguar, suara gemuruh berkeliling, namun itu semua tak Taeyong pedulikan. Yang ada di pikirannya hanya satu kalimat, Dimana ayah Jaerin yang tega membiarkan istrinya mengurus Jaerin sendirian.

Sebelah hatinya menjawab, mungkin sedang sibuk kerja.

Setelah pertemuan terakhir dengan Dokter Kun kemarin, ia tidak menanyakan soal latar belakang pasien, karena hal itu memang tidak penting. Namun bagaimana sekarang ia bisa se-pusing ini memikirkan pasien barunya.

Entahlah, ia merasa harus tahu lebih tentang ibunya Jaerin. Bagaimana pun caranya, ia harus tahu tentang wanita itu.

Suara telepon menghancurkan pikirannya, ia menekan salah satu tombol yang terpajang di stir mobil mengangkat telepon.

"Dokter Tee, bagaimana pasien hari ini? Apakah cukup melelahkan?"

Itu suara Dokter Kun. Taeyong tertawa samar, "Cukup banyak."

"Apa sudah ada pasien yang menghubungimu setelah imunisasi?"

Pikian Taeyong langsung tertuju pada Mina. "Ada beberapa.". Memang hari ini ia mendapat sekitar tiga telepon dari pasien yang bertanya soal keadaan anak mereka. Namun hanya satu telepon yang membuat Taeyong sampai se-pusing ini.

Benar, itu telepon dari Mina. Betapa tertegunnya ia ketika mengangkat telepon dari Mina dan mendengar wanita itu terisak. Taeyong merasa hatinya tiba-tiba terenyuh, ia merasa tidak rela wanita yang sedang menghubunginya sampai menangis seperti ini. Padahal ia tidak tahu siapa sebenarnya perempuan yang menghubunginya-selain sebatas pasien-hampir di jam terakhir ia kerja.

"Mereka selalu menghubungi saya sehabis imunisasi, saya sudah berkata pada mereka bahwa itu hal wajar-demam-tapi mereka tetap saja khawatir, namanya juga seorang ibu."

Taeyong jadi berpikir, Apakah setiap Tee, apa sudah ada dokter atau perawat lain yang menarik perhatianmu?" ujar Dokter Kun diselingi tawa.

Taeyong tertawa samar, "Saya menggantikan Anda disini untuk bekerja, Dokter Kun.

"Tapi kau harus segera punya pasangan, bagaimana jika nanti ada pasien yang menyukai Anda!"

Taeyong tertawa renyah, "Tidak Mungkin!"

"Awas nanti malah kejadian sebaliknya."

Taeyong hanya bisa berdoa agar hal itu tidak terjadi, ia hanya ingin fokus bekerja saat ini, dia sangat menyukai pekerjaannya. Berinteraksi dengan anak kecil memang hobinya sedari dulu, tidak heran banyak sepupu dan keponakan yang sering main ke rumahnya.

Setelah itu telepon tertutup dan kembali menyiptakan keheningan. Terkadang ia ingin merasakan apa yang orang lain rasakan setelah lelah bekerja. Kata sepupunya lelah karena bekerja akan tergantikan ketika melihat istri di rumah, apalagi bila sudah di karuniai anak, lelah akan hilang seketika saat melihat mereka menunggu di rumah.

💫💫💫

💫💫💫

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REWRITE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang