tujuh belas

755 131 32
                                    

"Semua waktu kamu yang udah dilewati dengan kejombloan bakal terbayarkan kalo sama dia. Kamu bisa dapet dia plus anaknya. Mami juga bisa dapet menantu plus cucu."

"Tapi nggak dalam waktu dekat ini, Mi. Lagian Taeyong juga gak tau dia mau sama aku atau engga."Taeyong bersandar pada sofa dengan muka malas.

"Pasti mau lah. Kamu itu ganteng, mapan, kerjaan bagus. Siapa yang gak mau sama kamu coba."

"Anak temen mami banyak yang mau sama kamu. Tapi semuanya mami tolak karena mami tau kamu anaknya nggak bisa dipaksain kalo soal cewe."

"Itu mami tau kalo aku gak bisa dipaksain kalo soal cewe."

"Tapi nggak tau kenapa sekarang mami yakin kalo kamu dipaksain sama Mina juga pasti mau."

Taeyong menghela napasnya, benar kata mami. Jika ia dipaksakan dengan Mina, ia pasti tidak keberatan.

Seminggu setelah pertanyaan mami tentang segelas teh hangat yang Taeyong buatkan, setelahnya mami jadi sering bertanya tentang pemberi teh tersebut dan memaksa Taeyong untuk memperkenalkannya.

"Pokoknya mami pengen ketemu sekali aja. Setelahnya bebas kamu mau sama dia atau engga, mami cuma pengen ketemu dia."

"Iya nanti." Jawab Tayong singkat agar pembicaraan ini segera selesai.

"Kapan?"tanya mami.

"Kalo gak sengaja ketemu."jawaban Taeyong sangat singkat dan sukses membuat mami kesal.

"Kamu tuh gimana, sih."mami mencebik kesal.

"Udah ya mi, sekarang kita belanja aja. katanya mau beli daging buat teriyaki."Taeyong beranjak dan meraih jaketnya yang tadi disampirkan di sandaran sofa.

Ibu dan anak itu segera keluar dari resto dan melanjutkan tujuannya kesini. Ke mall untuk mampir ke supernmarket.

Mereka berjalan beriringan dengan Taeyong yang membawa dua shopping bag mami.

"Kalo mami beli itu bagus, gak?"

Mami menunjuk salah satu baju yang ada di etalase suatu brand store.

"Bagus. Mau?"

Mami mengangguk senang, jarang-jarang Taeyong mengajaknya belanja akibat waktu kerjanya yang menyita quality time mereka.

Saat hendak masuk ke store tersebut, suara anak kecil yang memanggil Taeyong langsung menghentikan langkah mereka. Taeyong dan mami otomatis membalikan badan.

"Dokter Tee!"

Entah harus senang atau kesal saat Taeyong menemukan Jaerin yang berlari ke arahnya dengan Mina yang menyusul di belakangnya sambil berjalan santai. Taeyong merutuk dalam hati, mengapa harus bertemu saat dirinya sedang pergi dengan mami, sih.

Taeyong berjongkok dan menyambut pelukan hangat Jaerin.

Di seberang sana Mina tersenyum ke arahnya dan mami. Sementara mami berdiri diantara mereka dengan muka setengah bingung, sebenarnya siapa dua orang ini yang kelihatannya sudah akrab sekali dengan anaknya. Dilihat dari bagaimana Jaerin berlari dan memeluk Taeyong dengan erat. Bahakn kini anak tersebut sedang berada di gendongan Taeyong.

"Selamat siang tante."Mina menyapa ramah sambil tersenyum hangat.

"Siang." Mami membalas senyumnya kemudian menoleh ke arah Taeyong dengan wajah bertanya-tanya, meminta Taeyong menjelaskan pemandangan yang kini terjaid di depannya.

Taeyong yang merasa berhutang penjelasa pada mami langsung memperkenalkan Mina. "Mi, ini Mina, dan ini Jaerin, anak Mina. Jaerin pernah jadi pasien Taeyong dulu." Ujar Taeyong saat menjelaskan semuanya dengan kaku.

REWRITE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang