empat belas

1K 130 16
                                    

"Halo Jaerin!"

"Dokter!"

Jaerin berseru girang dan langsung memeluk dokter kesayangannya, siapa lagi kalau bukan Dokter Tee.

"Gimana, masih suka sakit nggak dadanya?"

"Sedikit."

Taeyong tersenyum melihat Jaerin yang ada di pangkuannya. Tatapannya beralih pada sang ibu.

"Hari ini nggak dianter Jaehyun?"

Mina menggeleng, "Dia ada jadwal sidang."

"Gimana ya tadi diperiksa sama Dokter Yuta?"

"Nggak sakit, terus dokternya baik."

Jaerin tersenyum gemas, membuat Taeyong mencubit pipi chubby-nya pelan.

Taeyong memang tidak meneriksa jantung Jaerin, karena ia bukan ahlinya. Ia hanya memeriksa saat Jaerin pingsan pertama kali, karena kebetulan saat itu ia sedang jaga UGD.

Kini mereka bertiga sedang duduk di taman rumah sakit. Kebetulan Taeyong sedang dalam waktu istirahat. Jadi ia mengikuti ibu dan anak ini untuk menghirup udara segar, terlebih karena Jaerin memintanya untuk menemaninya bermain.

Sementara Jaerin bermain, Mina dan Taeyong duduk di salah satu kursi taman. Mereka berdua berbincang ringan sambil menyesap kopi hangat.

"Ngomong-ngomong Jaehyun kelihatan sayang banget ya sama kamu dan Jaerin."

Mina menoleh, "Ya gitu..."

"...walau terkadang caranya salah." Mina menghela napas.

"Saya sakit banget waktu itu."

"Waktu kapan?" tanya Mina.

"Waktu Jaerin pingsan..."

"...juga saat saya lihat Jaehyun rangkul kamu buat nenangin kamu." tanpa rasa kesadaran penuh Taeyong mengatakan hal ini.

Dengan bingung Mina menatap Taeyong. "Maksud kamu?"

Lelaki di depannya menarik napas panjang. "Jaehyun kelihatan sabar nenangin kamu. Kamu juga kelihatan nyaman di pelukannya."

"Saya senang ada yang tenangin kamu, saat saya gabisa tenangin kamu karena harus periksa Jaerin. Tapi saya juga sakit Mina."

Sorot nanar tercetak jelas di mata Taeyong.

"Apa yang bikin kamu sakit?"

Mina menyentuh tangan Taeyong.

"Jaehyun."

"Jaehyun?"

Taeyong mengangguk pelan, dengan tatapan yang masih nanar dan sulit di tebak.

"Dia yang selama ini bikin kamu sakit, bikin kamu nangis, bikin Jaerin sakit hati..." ia menoleh ke arah Jaerin yang sedang menyentuh putri malu dihadapannya sambil tersenyum.

"Saya pengen pukul dia sekali aja. Tapi saya gabisa..."

"Kenapa gabisa?"

Taeyong terkekeh. "Gini-gini saya juga sadar posisi saya, Mina. Saya nggak berhak melakukan hal itu."

Ia melihat sekilas arlojinya. "Sudah jam satu, saya harus kembali bekerja."

"Hm...terimakasih, Tee."

Taeyong beranjak kemudian jalan beberapa langkah.

Namun derap langkahnya terhenti saat dirasa ada sesuatu yang belum tersampaikan.

"Maaf, saya sedih lihat Jaerin sakit, tapi di satu sisi saya juga senang."

Mina hampir tersedak mendengar ucapan yang dikatakan Dokter Tee. "What?!"

REWRITE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang