(note : please be more consentrate, this chapter would be so much flashback *but without italic mode)
"Kak Winwin!"
Winwin yang merasa namanya dipanggil pun menoleh dan menemukan seorang perempuan yang merupakan adik kelasnya di tempat les piano delapan tahun silam. "Eh, ada apa, Ryu? Do you need something?"
Ryujin mencoba mengatur napasnya yang sejak tadi cukup sesak karena mencari Winwin ke setiap sudut fakultas kedokteran Gesundheitswesen Universitätsmedizin Berlin. Ryujin menatap lelaki—yang sedang menggunakan toga—tersebut dengan pasrah. "Kak Winwin lihat Kak Taeyong nggak?"
Winwin yang tahu maksud dari pertanyaan Ryujin hanya mengulas senyum tipis namun masih tetap memancarkan aura ketampanannya. "I met him few hours ago, but I don't know where is he now. But wait—" Lelaki itu membuka lockscreen ponselnya dan mencoba menelepon seseorang "Let me ask someone."
"Brien, did you see Taeyong there. You must be at the garden now. Perharps you can see him at there right now"
Dengan tatapan yang—masih—pasrah Ryujin berdoa dalam hati agar orang yang berada di sebran telepon Winwin mengetahui dimana posisi lelaki yang dari tadi ia cari hingga membuatnya lelah, bahkan ia rela men-cancel kelasnya hari ini.
"Actually he's at this buliding, Ryu. I think in front of his class. I thought he's just arrived here few minutes ago when you already ran to all the rooms here." Winwin tersenyum simpul kemudian menepuk bahu Ryujin "Go find him, hope good news comes to you. Good luck!"
"Thanks to you Kak Winwin and congratulations with your degree... and congratulations for getting her at the end. You're so lucky! I'm so envy."Ryujin tersenyum ke arah Beatrice yang ada di samping Winwin sedari tadi.
"You can get him as soon as possible, Ryu."
Ryujin memicingkan matanya sebelum menanggapi kalimat Winwin "Ngeledek ya? It's such an impossible thing... but thanks. I hope to. You already know how I really love him, right."jawab Ryujin kemudian tersenyum lebar dan pamit meninggalkan Winwin dan Beatrice.
Setelah itu Ryujin berlari menuju kelas Taeyong dan mencari lelaki yang sedari tadi ia cari hingga membuatnya lengah.
Ryujin mendapatkannya.
"Kak Taeyong!"
Lelaki itu akhirnya menoleh, wajahnya yang tadi tersenyum kini mulai memudarkan senyum indahnya, padahal itu yang dia inginkan. It's little bit hurt. For Ryujin.
Ryujin menyodorkan bucket bunga ketika lelaki itu mendekat padanya. Tak disangka-sangka ternyata lelaki itu menerima bucket bunganya. Tanpa sadar senyum Ryujin melebar.
"It's for the last ya, Ryu. Saya mohon."
Tatapan lelaki itu terlihat lelah dengan tingkahnya dan hal ini membuat hati Ryujin sakit—lagi.
"You've already now that it's the last time... we meet. You don't have to be worry, Kak. Sorry for my acted to you all these times—"
"Harusnya dari dulu kamu bilang kayak gini. I've been waited so long."
Taeyong tersenyum, namun senyuman itu tidak sampai ke matanya.
Selalu seperti ini. Batin Ryujin dalam hati.
Ingatan itu membuat Ryujin semakin menundukkan kepalanya, ia menutup wajahnya yang sudah basah sedari tadi. Rambutnya yang sudah tidak karuan ikut menutupi sisi wajahnya yang juga basah.
Ia memilih memesan hotel dan menyendiri disana ketimbang pulang ke rumah dan menimbulkan pertanyaan dari orang tuanya. Ia memilih berbohon dengan siasat pergi ke rumah temannya. Tidak lupa ia jugamenelepon Mina dan meminta maaf karena pulang dari rumahnya tanpa pengetahuan sang pemilik rumah, ia—lagi-lagi—berbohong akan pergi mengunjungi temannya yang tiba-tiba sakit.
Ini sudah ber-jam-jam, namun tangis Ryujin masih belum berhenti sejak pertemuannya dengan lelaki itu.
Kenapa harus sekarang.
Kenapa harus ke orang terdekatnya.
***
Taeyong mengehmbuskan napas kasar.
Udara jakarta di malam hari memang tidak terlalu dingin. Makannya ia memutuskan untuk duduk di balkon lantai dua rumahnya dengan sekaleng soda di tangannya.
Kejadian yang bahkan tidak pernah bayangkan olehnya sekaligus tidak pernah ia inginkan ternyata terjadi tadi pagi.
Lagi-lagi ia menghembuskan napas kasar.
Sekaleng soda tak terasa sudah ia habiskan, kemudian ia menoleh ke meja disampingnya. Ternyata ia sudah menghabiskan empat kaleng soda—lima dengan sekaleng yang sedari tadi ia genggam.
Entah sudah berapa kali ia menghembuskan napas kasar.
"Kenapa Kak Teyong sebenci itu sama aku?"
Pertanyaan itu tiba-tiba muncul di kepala Taeyong. Tanpa sadar sebaris kalimat itu membawanya ke kehidupan di masa lampau.
"Kan saya udah bilang alasannya, Ryu."
"I said the reason is nonsense."
"Udah ya, Ryu. Saya mohon jangan ganggu suasana dulu. Ini hari kelulusan saya. Saya harap kamu mengerti...dan saya harap kita gak akan ketemu lagi."
Tanpa mengindahkan tetesan air mata yang keluar dari mata Ryujin, Taeyong berbalik dan meninggalkan perempuan itu dengan perasaan enteng. Sungguh, ia benar-benar tidak peduli dengan eksistensi gadis tersebut di dunia ini.
Taeyong tidak pernah mengerti mengapa gadis itu bena-benar ,encintainya sedalam ini, padahal sudah dari dulu ia katakan ia tidak bisa menerima perasaan gadis tersebut, apalagi membalasnya. Namun tetap saja gadis itu bersikukuh akan mencintainya meskipun tanpa ada balasan darinya.
"Please give me the reason kenapa Kak Taeyong nggak bisa bales peerasaan aku. Apa yang kurang dari aku, Kak? Am I not beauiful? Am I not good enough? Am I—"
"Okay, stop, Ryu. Don't you think it's over?"
"Apanya?"
Gadis di hadapan Taeyong semakin menunjukkan emosinya.
"Rasa kamu, Ryu. Rasa kamu ke saya...it's over."
"Kak, I said that wasn't. I said that's just the way I loved you."
Taeyong menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikiran serta hatinya.
"Tapi saya gak suka cara seperti ini, Ryu. Mungkin ini memang personality kamu how you face the love. Tapi saya gak suka. Saya punya kriteria tersendiri dalam dicintai dan mencintai, Ryu. Dan cara kamu mencintai saya..."
Taeyong kembali menenangkan pikirannya agar otaknya mencari susunan kalimat yang tepat dan tidak terlalu menyakiti gadis di hadapannya ini.
"Itu benar-benar hal yang gak aku sukai, Ryu. Lagian saya udah bilang alasan lain yang lebih make sense kenapa saya gak bisa sama kamu. You're very kind, Ryu. You can find someone better than me. I swear."
Kemudian ia beranjak dan memutuskan pergi meninggalkan gadis di hadapannya yang kini termenung mendengar ucapannya.
Tbc.
hayolooo udah ketebak belum kenapa taeyong selalu nolak ryujin? padahal ryujin apa kurangnya coba ya.
HAPPY NEW YEAR GUYSSS. HOPE 2021 WOULD BE SO MUCH BETTER🎉
gimana nih taun baruannya? udah ada resolusi buat tahun ini belum?
jujur aku gak merasa 2020 se-dark itu I'm still happy in 2020, until now. hope you guys feel the same❤
KAMU SEDANG MEMBACA
REWRITE [✔]
Fiksi PenggemarSequel of 'WILL WE DIVORCE' . . . . . . Mengulang dengan orang yang baru atau mengulang dengan orang yang sama? ON-GOING #8-twice (30/06/2020) #1 mouimina (22/12/2020) # 3 jaemina (22/12/2020)