dua puluh satu

676 108 19
                                    

"Mina? What are you doin' here. You don't have to come, I'll be okay,"ucap Jaehyun dengan raut muka yang masih terkejut.

Mina bingung harus bagaimana, karena sebenarnya tujuannya datang ke sini hanya untuk menemui lelaki di samping Jaehyun dan memastikan keadaannya baik-baik saja.

Dengan wajah tak enak Mina menoleh ke arah Taeyong. Namun Taeyong malah memalingkan wajahnya—agar Jaehyun tidak curiga, tujuannya.

"Siapa yang ngasih tahu kamu aku ada disini?"

Mina memaksakan seulas senyum, padahal dibalik itu ia bingung harus bagaimana. Sementara Taeyong hanya menunduk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kamu gimana? Uhm maksud aku ... udah ada hasilnya?"

Jarak mereka yang dibatasi oleh kaca bening tebal membuat Mina meringis seketika, ia sebenarnya ingin langsung memeluk lelaki di hadapannya sejak sedari tadi datang kesini. Sebentar, lelaki yang mana?

"Belum ada... kayaknya bentar lagi. Iya, kan, dok?"

Tanpa mengeluarkan sepatah kata pun Taeyong terperanjat, ia mengangguk kikuk.

***

"Kak Mina hari ini nggak sibuk, kan?"

Mina yang sedang menyiram tanaman di dekat jendela menoleh ke arah perempuan yang sedang duduk di sofa sambil memakan kue yang tadi Mina buat.

"Engga, emang kenapa, Ryu?"

Ryujin hanya meringis pelan, "Aku mau lama disini soalnya, udah kangen sama Jaerin,"ujarnya.

Mina menatap arlojinya sebentar, "Kayaknya bentar lagi Jaerin pulang."

Anak itu kini sedang bermain dengan Taeyong, entah kemana yang jelas tadi pagi Jaerin meminta Taeyong untuk bermain bersamanya, kebetulan Taeyong memang hendak berolahraga dan ini hari minggu, jadilah ia membawa anak itu ikut bersamanya sembari mencari sarapan.

Dua jam setelahnya Ryujin datang dengan membawa mainan baru yang khusus ia beli untuk Jaerin, namun sayang anak itu tidak ada di rumah, tapi ia bersedia menungggu anak itu pulang.

Oh iya, Jaehyun dan Taeyong resmi dinyatakan negatif HIV. Iya, mereka tidak tertular virus tersebut. Mina menghela napas lega saat mendengar kabar tersebut satu bulan yang lalu.

Setelah selesai dengan kegiatan menyiram tanaman, Mina duduk di samping Ryujin yang kini fokus menatap televisi di depannya yang sedang menampilkan serial drama favorite-nya.

"Kangen Jerman, gak?"

"Hmm lumayan," jawabnya yang masih terfokus pada televisi di hadapannya.

"Ehn kak?"

Mina menoleh menatap Ryujin yang duduk di sampingnya, "Kenapa?"

"Kalo misalkan ada cewek yang suka sama cowok terus beda umurnya sepuluh tahun wajar, kan?"

Mina langsung tersenyum lebar, "Ya wajar dong, kenapa, Ryu? Kamu lagi suka sama seseorang ya?"

Ryujin langsung cemberut, "Ya enggak lah, aku cuman nanya aja."

Suara ketukan pintu disusul dengan pintu yang terbuka dan suara Jaerin yang menggelegar ke seisi rumah tersebut langsung membuat Mina dan Ryujin kaget sekaligus gemas melihat Jaerin yang berlari menghampiri Mina kemudian memeluknya erat.

"MAMAAA!!!"

Di belakangnya Taeyong menyusul dengan membawa satu kantong berisi roti panggang dengan berbagai macam rasa.

Tidak seperti Kina dan Jaerin yang kelihatan sedang sembari mendengarkan cerita kegiatan Jaerin pagi tadi, dua insan lainnya sama-sama terdiam beku. Taeyong yang berdiri dengan jantung yang berdegup kencang dan juga Ryujin yang menatapnya kaget sekaligus tajam dengan degup jantung yang sama kencangnya.

***

Taeyong menatap mata Ryujin yang juga balik menatapnya tajam.

"Ngapain kamu disini?"

"Harusnya aku yang nanya kenapa kamu ada disini?"

Ruangan itu tiba-tiba menjadi dingin dengan kehadiran mereka berdua. Sementara Mina dan Jaerin sedang berada di kamar Jaerin untuk mandi sehabis olahraga tadi.

"Sudah jelas, kan?"jawab Taeyong masih dengan tatapannya yang dingin.

Ryujin memajukan tubuhnya. "Kamu sengaja atau gimana?"

"Saya gak ngerti maksud kamu."taeyong masih duduk santai, tubuhnya tidak terlihat tegang sama sekali, tidak seperti saat ia baru saja sampai di rumah ini.

"Kamu boleh nyakitin saya, tapi bukan dengan cara seperti ini, Kak."

Taeyong mengernyitkan matanya, "I don't mean to."

"But you did it!" Ryujin menekan setiap katanya.

Ia kemudian beranjak dan mengambil tasnya, ia pergi tanpa berpamitan pada pemilik rumah terlebih dahulu.

taeyong menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa, mencoba merelaksasikan tubuhnya yang cukup lelah itu. ia sekaranga bingung harus bagaimana, ia hanya bisa menghembuskan napas kasar.




TBC.

maaf ya pendek banget, semoga chapter ini bisa membayar kangen kalian pada rewrite (walaupun pendek huhu)

awalnya mau update kemarin malem, cuman lupa, udah tua memang😆

REWRITE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang