empat

1.1K 146 24
                                    

Jaehyun menatap batu nisan di depannya, tangan kanannya terulur untuk mengusap batu tersebut.

"Jung Jaeyoung
Son of Jung Jaehyun"

Air mata menetes di balik kacamata hitam yang bertengger di hidung mancungnya.

Bahu Jaehyun berguncang seiring dengan memori yang terlintas di benaknya.

Memori ketika ia menyentuh surai tipis Jaeyoung, ketika tangan mungilnya tidak pernah menggenggam tangannya, ketika mulutnya tidak mengeluarkan tangis, ketika hidung mancungnya sama sekali tidak menarik udara yang berlalu lalang di dunia ini, ketika matanya hanya bisa terpejam tanpa sempat melihat dunia.

Tangis Jaehyun semakin kencang, ia selalu bertanya setiap harinya.

Mengapa harus Jaeyoung yang di ambil oleh-Mu, anak itu tidak pernah berbuat dosa, anak itu patut hidup bahagia di dunia ini, mengapa Engkau tidak mengizinkan dirinya bermain bersama Jaeyoung, mengapa Engkau tidak mengizinkannya membahagiakan Jaeyoung. Apakah diri ini tidak bisa percaya?

Dibalik tangis rindu yang menyelimuti terdapat amarah yang menjalar di hatinya.

Ia marah pada Rose yang notabene-nya ibunya Jaeyoung. Kenapa Rose bisa selalai itu menjaga Jaeyoung saat anak tidak berdosa itu hidup di dalam kandungannya.

 Kenapa Rose bisa selalai itu menjaga Jaeyoung saat anak tidak berdosa itu hidup di dalam kandungannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaehyun ingat, suatu hari ia mengunjungi apartemen Rose beberapa hari setelah perceraian terjadi. Jangan salah paham, ia hanya ingun mengunjungi Jaeyoung.

Jaehyun berdiri di depan pintu apartemen Rose, menekan bel berkali-kali, namun pintu itu sama sekali tidak terbuka.

Dulu Jaehyun cukup sering main ke sini, jadi jangan salah jika ia tahu password tempat itu. Lalu mengapa tidak meneka password dari tadi? Ia hanya merasa tidak sopan.

Padahal dulu sering datang dan menekan password sendiri.

Kaki Jaehyun terasa sedikit pegal, dari tadi ia menunggu pintu terbuka. Jaehyun akhirnya menyerah, ia menekan password pada tools yang menempel di pintu.

Pintu itu terbuka, passwordnya masih sama.

Jaehyun memasuki apartemen tersebut, mengedar ke sekeliling untuk mencari pemilik apartemen.

Jaehyun menghela napas kasar ketika mendapati Rose yang berdiri di balkon dengan rambut acak-acakan.

Rose memunggungi Jaehyun. Alis Jaehyun menyatu tatkala ia menyadari ada asap yang keluar dari mulut Rose. Sedetik kemudian Jaehyun langsung lari mendekati Rose.

Jaehyun mengguncang bahu Rose "Kamu apa-apaan?!"

Amarah Jaehyun meluap, ia menepis tangan Rose hingga sebatang rokok itu jatuh dari tangan tersebut.

"Kamu gila?!"

Rose tidak menjawab, ia hanya menatap Jaehyun dengan rahang yang mengeras.

Tampilan wanita itu sangat acak-acakan. Rambutnya tergurai kusut, wajahnya lembab, matanya membengkak karena tangisan yang terkalu lama, bibir yang mulai menghitam akibat terlalu sering menghisap rokok.

REWRITE [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang