Yooooo i'm back!
Vote and give comments juseyo for the better future of Jaena Sicheng wkwkwk.
Happy reading~
💚💚💚■■■■
Satu jam lebih sudah aku dan Sicheng berada di kantin. Tadinya, kami sama-sama telah menghabiskan satu con es krim masing-masing. Lalu, Sicheng menawariku waffle cokelat yang ia beli dan begitulah akhirnya kami duduk berhadapan di salah satu meja persegi seraya berbincang ringan.
Sebenarnya tak ada yang begitu menarik. Sicheng hanya menjawab beberapa pertanyaan biasa yang kuutarakan. Seperti menanyainya tentang bagaimana perkuliahannya? Apakah sulit menjadi mahasiswa Teknik Kimia? Kenapa ia memilih jurusan itu? dan juga mengapa dirinya harus memilih kampus swasta padahal kuyakin dengan kemampuannya itu, Sicheng pasti akan diterima di tiga kampus teratas negeri ini.
Well, aku menanyakan beberapa pertanyaan tersebut saja, tapi rupanya Sicheng begitu antusias menceritakan banyak hal. Tentu, kalian pasti sudah tahu ia akan menceritakan semuanya dengan gaya bicaranya yang tenang dan pelan. Tidak benar-benar antusias seperti yang orang lain lakukan. Antusiasme versi Sicheng adalah ucapannya yang tertata, sorot mata menenangkan dan jumlah kata yang tidak sedikit.
"Sebentar lagi kelas pertamaku selesai, mungkin aku akan tetap di sini karena teman-temanku pasti akan kemari. Kalau kau? Apa sehabis ini ada kelas?" tanyaku pada Sicheng yang terlihat mengaduk-aduk ice americano di hadapannya. Kami baru saja memesan minuman masing-masing sekitar lima menit yang lalu.
"Aku mungkin akan ke kelas untuk menunggu di sana, sejam lagi kelasku dimulai."
Aku ber-oh pelan lalu mengangguk-angguk sendiri.
"Apa waffle itu tidak enak?"
Pertanyaan Sicheng membuatku mengangkat wajah ke arahnya. "Ah, tidak..." Aku memandang bersalah pada potongan waffle yang kudiamkan saja di atas porselen putih. "Ini... sedikit terlalu besar untuk kumakan sendiri," jujurku lalu tersenyum tidak enak.
"Ah, begitu. Kalau begitu sini."
Aku menatap pada tangan Sicheng yang terulur ke depanku.
"Bukankah kau tak bisa menghabiskannya sendiri. Biar aku bantu."
"Ta-tapi, aku sudah memakannya..."
"Tidak apa-apa, ini masih bersih bukan?"
Aku mengangguk lemah lalu mulutku tak lagi mengatakan apapun dan hanya bisa menontoni Sicheng yang telah melahap makanan di depannya tersebut tanpa berkata. Melihat bagaimana ia menghabiskan semua waffle tersebut dalam sekali suap dan masih terlihat begitu rapi, entah mengapa aku merasa Sicheng sangat-
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me, Noona! || Winwin NCT [COMPLETED]
Fanfiction[Dianjurkan untuk follow akun penulis terlebih dahulu, beberapa part diprivate] Sinopsis: Sial memang! Aku selalu merutuk kesal karena terlahir satu tahun lebih dulu darinya. Bukan, aku tidak sedang berbicara tentang adikku, si Jung Jaehyun mesum i...