Yeorobun, ramein lapak ini biar aku fast update. Makasi💚
Happy reading~
■■■■
Song recommendation:
🎶 Kim Na Young - Not Anyone Else 🎶Malam mendung berlangit pekat seolah menertawakanku yang sedang hancur saat ini. Air mata masih enggan minggat dari sepasang mata sembabku. Sesak jua tak menguap apalagi memberiku ruang untuk bisa sedikit bernapas lega. Yang tersisa hanyalah rasa bersalah terbungkus kesakitan. Kesakitan tak terdefenisi yang hanya bisa diuraikan lewat tangis tak bersuara.
Aku tidak tahu sekarang jam berapa tapi yang jelas, aku sudah cukup lama terduduk di koridor itu dan menangis seorang diri. Aku menangis seperti orang gila. Mengabaikan satu dua orang yang sempat lewat dan menontoniku heran. Aku tidak peduli, bahkan pada diriku sendiri pun aku tidak peduli sekarang. Kepalaku dipenuhi soal Sicheng dan semua fakta yang baru saja kuterima.
Fakta yang sukses meremuk-redam hatiku.
Menguatkan diri dan memaksa kedua kakiku untuk kembali berdiri, aku pun berusaha menderapkan kaki menuju ruangan tempat di mana Sicheng berada.
Jangan mengira bahwa aku akan menemuinya setelah apa yang kudengar tadi. Tidak, aku sudah cukup tahu diri untuk tidak bersikap tak tahu malu lagi. Kedatanganku kali ini hanya untuk mengembalikan ponselnya yang ada padaku. Lalu setelahnya, aku bersumpah akan langsung pergi tanpa mengharapkan apapun lagi dari dirinya.
Tapi paling tidak, biarkan aku memastikan satu hal.
"Apa... apakah keadaannya baik-baik saja?" Seusai meletakkan ponsel Sicheng di atas nakas dekat baringannya, kuputuskan untuk mendatangi ruang dokter yang menanganinya. Aku kini telah duduk di hadapan sang dokter muda itu dan menatapnya penuh harap.
Tapi sepertinya, melihat bagaimana kondisiku yang sudah sangat berantakan ini, aku menyadari jika dokter yang kuketahui bermarga Ong ini sempat diam sebentar. Dipandanginya aku dengan lamat, seolah ingin memastikan bahwa kondisiku baik-baik saja.
"Tolong, katakan pada saya. Bagaimana keadaannya?" tanyaku lagi. Kali ini aku menatapnya penuh keyakinan. Seolah menyiratkan bahwa apapun yang akan ia katakan adalah sesuatu yang tidak akan membuatku terpukul. Padahal jelas, aku sudah hancur bahkan semenjak melihat tubuh Sicheng ambruk di tengah jalan tadi.
"Ah baiklah..." Sang dokter tersenyum tipis. "Syukurlah, tidak ada luka dalam berarti yang membahayakan. Satu tulang rusuknya patah, cedera di kepala juga tidak terlalu berat hingga tidak akan mengganggu fungsi otak dan saraf. Hanya saja, pasien banyak kehilangan darah. Kecelakaan tersebut juga memperparah cedera yang pernah terjadi di kedua kakinya. Tapi, dia akan baik-baik saja. Terutama setelah dipindahkan ke rumah sakit lebih besar yang akan menanganinya nanti."
KAMU SEDANG MEMBACA
Teach Me, Noona! || Winwin NCT [COMPLETED]
Fanfiction[Dianjurkan untuk follow akun penulis terlebih dahulu, beberapa part diprivate] Sinopsis: Sial memang! Aku selalu merutuk kesal karena terlahir satu tahun lebih dulu darinya. Bukan, aku tidak sedang berbicara tentang adikku, si Jung Jaehyun mesum i...