PROLOG

33.1K 1.3K 25
                                    


Suasana restoran tempat dimana ia dan sahabatnya berjanji untuk bertemu malam itu terlihat begitu ramai. Dari banyaknya restoran mahal yang pernah ia kunjungi untuk bertemu dengan kliennya, ia tidak pernah mendatangi tempat ini. Ia enggan untuk menginjakkan kaki di restoran ini karena seseorang yang ia hindari bekerja sebagai salah satu koki di tempat ini. Tidak biasanya sahabatnya Anna memintanya untuk bertemu di tempat ini, ia begitu tahu fakta bahwa dirinya tidak begitu suka jika harus berpapasan muka dengan pria itu.

Nadia kembali mengecek jam tangannya, sudah lewat 20 menit dari waktu yang dijanjikan oleh sahabatnya itu, namun ia belum juga datang. Nadia Sonya adalah seorang yang selalu tepat waktu, ia selalu sebal jika harus menunggu orang yang mengajaknya bertemu. Jika saja Anna bukan sahabatnya sejak kecil, tidak mungkin ia masih terduduk sabar di kursi restoran ini sekarang.

"Sudah siap untuk memesan?" Tanya seorang pramusaji yang sudah dua kali menanyakan hal itu padanya. Ia akhirnya menyerah dan memesan satu minuman sembari menunggu. Ia lapar, namun ia enggan jika harus makan sendirian.

"Orange juice aja mbak, gulanya dipisah ya.." Katanya.

"Oh baik.." Balasnya mencatat permintaannya.

"Dan es-nya.. sedikit aja." Katanya. "Dan jangan dikasih sedotan, gak baik buat lingkungan." Tambahnya.

"Ada lagi kak?"

"Jeruknya jangan lupa pilih yang paling manis.. sudah itu saja." Katanya tersenyum. Tak lama pesanannya akhirnya datang, ia berterima kasih sebelum kemudian sang pramusaji meninggalkannya lagi sendiri.

Nadia kembali mengecek telepon genggamnya dan mengirimi sahabatnya pesan singkat untuk menanyakan keberadaannya sekarang. Setelah itu ia kembali beralih pada beberapa chat kliennya yang kemudian seluruhnya harus ia balas dengan sabar. Sebagai bankir yang memegang banyak klien besar prioritas dengan akun mencapai ratusan milyar, ia harus selalu stand by menjawab pertanyaan dan kebutuhan mereka.

Sebuah pesan singkat kemudian muncul di layar telepon genggamnya. Anna akhirnya membalas pesannya.

Anna:

Behind you.

Nadia kemudian menoleh ke belakang dan melihat Anna berjalan menghampirinya sambil tersenyum ceria. Namun kali itu sahabatnya tidak datang seorang diri. Kekasihnya yang bernama Regas berjalan mengikutinya dari belakangnya.

"Sorry.." Katanya. Hal yang ia katakan pertama kali padanya adalah permintaan maaf. Anna begitu tahu jika ia tidak suka dengan kata terlambat.

"Telat lo Na.. 35 menit 30 detik.." Timpal Nadia.

"Yaelah diitung sampe detiknya." Kata Anna. "Sori-sori.. meeting kita sama yang lain agak molor dan jalan tadi macet banget." Katanya.

"Meeting?" Tanya Nadia bingung.

"Hai Nad." Sapa Regas padanya sambil tersenyum.

"Hai Gas.." Balasnya juga tersenyum. Pria itu begitu beruntung bisa mendapatkan sahabatnya Anna. Jika bukan karenanya mereka pasti tidak akan bertemu dan menjadi sepasang kekasih. "Gue gak tahu bakal ketemu lo, gue kira Anna bakal sendiri, jadi ngapain kita bertiga ketemu di tempat ini?" Tanya Nadia ketika mereka kemudian saling memandang satu sama lain, hal yang membuatnya curiga.

"Hmmmm.. sebenernya berempat sih Nad." Kata Anna sedikit terbata. Ia tidak mengerti maksud sahabatnya itu sebelum kemudian sebuah langkah kaki yang terburu mendekat dari belakangnya.

"Sori-sori.. shift gue baru selesai jam segini.. so what's up you peop.." Katanya lalu berhenti ketika mereka kemudian saling bertatapan. Senyum di wajah pria itu pun seketika menghilang.

IMPOSSIBLE ATTRACTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang