Gania memberanikan diri untuk mencoba mengetes dengan alat uji kehamilan, semenjak dua bulan lalu datang bulannya selalu lancar, dan bulan ini seharusnya ia sudah datang bulan namun Gania tunggu hingga dua Minggu ini ada tanda-tanda yang Gania curigai maka dari itu dengan memberanikan diri Gania mencoba tes.
Sebelum Gania melakukan ini, ia terus menguatkan diri agar dirinya tak harus kecewa dengan hasil apapun itu. Percobaan pertama Gania menunggu, waktu yang di tunggu Gania tiba waktunya, ia menarik benda pipih itu, dan hasilnya kembali negatif, Gania tahu ini belum saatnya ia kembali mengandung.
Setelah melihat alat tes kehamilan menunjukkan tanda negatif Gania kembali membuang alat itu dan keluar dari kamar mandi, setelah ini ia ingin mengistirahatkan badan dan pikirannya ia tak boleh stress masih banyak kesempatan, kesempatan lainnya.
"Tidur lagi?" Tanya Badra yang sepulang dari masjid
"Ngantuk," Singkat Gania
"Ya udah, aku mandi dulu nanti aku ada meeting pagi, Ayy." Badra memberitahu
"Iya."
Badra merasa bahwa Gania tak seperti biasanya, terasa berbeda. Badra harus memastikan nanti saat ini ia harus segera mandi karena ia ada meeting penting jadi ia tak ingin terlambat sabagai atasan.
🌼🌼🌼
Badra keluar dari kamar mandi masih dengan jubah mandi yang terikat dan melihat bekal baju yang akan ia gunakan sudah berada di atas kasur, ini yang membuat badra ingin Gania selalu ada di sepanjang hidupnya, perempuannya itu tahu apa yang selalu Badra harapkan.
Bukan segera memakai bajunya, Badra malah menghampiri Gania yang masih menenggelamkan badannya di selimut tebalnya, Badra menjatuhkan dirinya di pinggir ranjang mereka.
"Ayy, udah sholat?" Tanya Badra mengusap bahu Gania
"Udah, tadi." Singkat Gania
"Ayy, kenapa? Ada masalah?" Tanya Badra
Gania masih diam di tempatnya masih dengan selimut yang menutupi, Badra masih menunggu Gania berbicara ia yakin istrinya itu sedang tidak baik-baik saja. Bukan kembali beranjak menyiapkan diri namun Badra naik keatas ranjang dan memeluk Gania, pelan tapi pasti Badra menangkap suara isakan lirih Gania.
Akhtar semakin yakin sedang tak baik-baik saja kondisi istrinya, melupakan posisi dirinya yang masih berbalut handuk Badra tetap masuk dalam selimut tebal dan kembali memeluk istrinya.
"Ada apa?" Gania masih tetap bergeming diam
"El, katamu apapun masalahnya, sebarat apapun masalahnya kita akan selalu terbuka, jadi ada apa?" Tanya Badra lagi tak ingin menyerah
Gania membalikkan tubuhnya dan segera meringsek kedalam pelukan Badra, ia tak ingin menahannya lagi, ia tak ingin memedamnya lagi secara diam-diam, ia memiliki Badra, akhirnya Gania menumpahkan segala rasa laranya pada pelukan Badra. Badra memilih diam dan menunggu Gania untuk menceritakan segala laranya padanya.
Sebenarnya Gania sudah berjanji tak akan merasa kecewa berlebihan namun perasaan wanita seribu satu kali lebih sensitif, Gania takut bila ia tak bisa memberi Badra keturunan, darah dagingnya sendiri, Gania takut, hanya itu.
"Sudah lebih baik?" Tanya Badra dengan suara lembut
Gania mengangguk, "Mau minum dulu?" Tawar Badra masih dengan kelembutannya
Gania menggeleng sembari menatap suami sabarnya itu. "Maaf,"
"Buat?"
"Aku yang cengeng ini—hiks—" Sedu Gania
"Kenapa harus minta maaf hey, Everything gonna be okay, Sayang." Badra menenangkan Gania yang kembali terisak
"Negatif lagi, Mas—" Lirih Gania dengan suara parau
"Nggak apa-apa, nanti kita usaha lagi, ikhtiar bareng-bareng ya." Badra menyemangati "Lagian usahanya juga enak kok Ayy," Cengir Badra dengan wajah tengil
"Mass—ihh—"
"Loh aku kan nggak salah El, win-win solutions kita dapet enak bonusnya ada Badra junior sama Gania Junior dong," Lagi, Badra tak henti menggoda Gania bermaksud menghiburnya juga
"Udah ahh—katanya mau meeting pagi, jam berapa?" Tanya Gania yang sudah kembali normal
"Jam setengah delapan nanti,"
"Udah jam enam, kenapa nggak buru?"
"Istriku nangis masak iya aku biarin dia rengek-rengek di balik selimut sih—" Sindir jenaka Badra "Aawww—sakit Ayy, apaan ihh,"
"Sana pake baju, aku buatin sarapan nanti terlambat belum mac—"
Cup
Cup
Cup
Omelan Gania harus terhenti dengan kelakuan spontan yang di lakukan Badra, Gania mengerjab lucu dengan reaksinya. Badra suka dengan kebersamaannya saat bersama Gania seperti ini, melihat senyum malu-malu Gania tiap kali ia menciumnya, melihat Gania dengan wajah khas bangun tidurnya, menatap Gania yang mengomel karena jam sudah menunjukkan waktu untuknya segera bersiap meski masih sama-sama memeluk satu sama lain.
🌼🌼🌼
Usaha memang harus sabar, setelah kehilangan calon anak pertama mereka Gania dan Badra tetap saling mengautkan meski sisi paling rapuh ada pada Gania namun support dari keluarga dan keluarga suaminya Gania masih bisa bertahan.
Membiarkan omongan para orang-orang yang hanya bisa menghujat tentang hidupnya. Gania sudah kenyang dengan nyinyiran orang-orang yang seenaknya saja. Ia cukup menutup kupingnya dari segala omong kosong yang ia dengar, bila ditanya apakah Gania sedih, tentu sangat amat sedih kehamilan yang di tunggu-tunggu harus kembali dalam pangkuan sang illahi.
Semua sudah dalam takdir yang di gariskan oleh Tuhan selebihnya Gania dan Badra harus kembali sabar dan berusaha karena ini adalah sekian kalinya cobaan datang pada kehidupan rumah tangga mereka.
"Masih sedih?" Tanya Badra setelah pulang dari bekerja
"Engga kok Mas—Mas mau mandi dulu? Aku panasin sayur dulu deh terus kita makan bareng." Ujar Gania
"Boleh, aku bersih-bersih dulu," setuju Badra yang tak lupa mencium kening Gania
Malam ini mereka habiskan dengan dengan menonton tv di ruang keluarga sudah lama mereka tak menonton di ruang keluarga dan lebih nyaman menonton tayangan televisi di dalam kamar mereka namun kali ini mereka memilih berbeda.
Kali ini Gania memilih film berjudul Dear, Jhon yang menjadi pilihan Gania menikmati malam dengan sang suami, adegan per adegan di lewati oleh aksi Chaning Tatum dan Amanda Seyfried dengan apik, suka duka mereka lewati tentang drama percintaan menguras tenaga, dalam hati Gania bersyukur tidak harus mengalami kisah cinta jarak jauh, suaminya ada di sampingnya meski mereka harus melewati beberapa rintangan.
"Ayy, kayaknya kita emang perlu buat pergi ke honneymoon deh—semenjak kita menikahkan kita sama sekali belum merayakan honneymoon, siapa tahu pulang dari honneymoon ada kabar baik." Celoteh Badra mengusik Gania yang fokus menonton
"Emang mau honneymoon kemana?"
"Yang jauh apa yang deket?" Tanya Badra menawari
"Aku mau yang dalam negeri aja, Mas boleh?"
"Boleh, nanti aku atur dulu cuti ku ya, ayy."
"Oke deh, Pak boss!"
"Sekarang waktunya kita berikhtiar, Ayy oke, matiin tvnya." Ajak Badra
"Tapi belum selesai filmnya nanggung, Mas."
"Bisa besok lagi—" Badra sudah menarik remote dan mematikan tv itu kemudian Badra segera membopong sang istri
"MAASSS!" Jerit Gania
🌼🌼🌼
Happy reading ♥️🖤💜
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU DALAM HATI (SELESAI)
Romance(21+) Terjebak di usia rawan dan sudah pantas untuk segera menikah, Gania Vandella harus selalu di hadapkan dengan berbagai kosakata indah yang memohok hatinya. Namun, Gania tetaplah Gania masa bodoh adalah nama tengahnya tak perduli berapa pun oran...