26. BUKAN REJEKI KITA

3.2K 157 0
                                    

Sudah tiga hari Gania berada di rumah sakit dan hari ini sudah di perbolehkan untuk pulang. Meski begitu Gania tak menampik rasa sedih, rasa bersalah masih meliputinya ia seperti gagal menjaga buah hati yang ia tunggu-tunggu selama ini namun saat yang paling di tunggu sudah tumbuh di rahimnya Tuhan memberikan musibah padanya—ia kehilangan janin yang baru beberapa minggu tumbuh di rahimnya itu.

Meskipun sudah mencoba untuk ikhlas namun perasaan bersalah itu tetap ada dan membuat Gania menjadi sesosok yang pendiam.

Badra mendorong kursi roda Gania, kali ini mereka masih pulang kerumah orang tua Gania, Badra belum terlalu tega membiarkan Gania sendiri larut kesedihannya setidaknya bila Gania berada di rumah orang tuanya ada Naya yang akan menghiburnya.

"Kamu nggak sendirian, Ayy, ada aku yang di sisimu. Kita sama-sama kehilangan namun hidup harus terus berjalan bukan." Kata Badra sebelum membawa kuda besinya melaju

"Iya, Mas." Singkat Gania dan membuat Badra menghela nafas tipis

Badra harus melebihkan rasa sabarnya untuk Gania, istrinya itu butuh support kalo keduanya sama-sama terjatuh siapa yang akan menguatkan salah satu dari mereka, maka di posisi yang sama-sama merasakan kehilangan Badra mengalah untuk tetap berdiri kokoh.

Sesampainya di rumah orang tua Gania, semua Keluarga menyambut kepulangan Badra dan Gania tak tertinggal juga keluarga Badra yang juga ikut menyambut kepulangan sang menantu.

"Gimana keadaanmu." Sapa Shopia pertama kali

"Bunda—" luruh Gania di pelukan sang mertua

"It's oke nak, gapapa ikhlas ya, bukan rejeki kalian, sabar ya." Shopia memberikan kalimat penenang

"Maaf."

"Nggak ada yang salah disini Nia, ini musibah Nak." Balas Ellie "Sabar ya Nak, Insyaallah Allah akan menyiapkan penggantinya, kalo sudah lanjutkan hidup kalian jangan seperti ini." Ellie menasehati keduanya

"Bawa El istirahat, Bang." Ethan memerintahkan Badra untuk membawanya istirahat

"Iya, yah—yuk El kamu masih harus banyak istirahat." Gania menangguk setuju

🌼🌼🌼

Keduanya merebahkan tubuh lelah mereka tak hanya lelah fisik batin pun juga lelah, begitu besar efek kehilangan calon buah hati yang belum sempat menyapa dunia itu namun lagi-lagi mereka harus rela dan sabar dan meyakaini bahwa setelah ada badai, pelangi datang menyapa.

"Mau Mas peluk?" Tawar Badra

Gania mengangguk, keduanya menyelami keheningan yang tiba-tiba tercipta, Gania mencoba tegar dan merelakan membuka pikiran bahwa Tuhan lebih sayang dengan janin yang sebentar tumbuh dalam rahimnya itu.

"Mau makan?" Tawar Badra lagi di sela-sela keheningan mereka

"Mau peluk Mas aja," Balas Gania yang semakin meringkuk dalam pelukan suaminya

"Boleh, tapi nanti harus makan ya, ingat kamu masih harus minum obat."

"Iya Mas." Senyum tipis Gania perlihatkan

Badra mengecup kening Gania sayang dan keduanya semakin merekatkan pelukannya.

🌼🌼🌼

Dua Minggu sudah berlalu, keadaan Gania sudah lebih baik dari yang kemarin, Gania yang ceria Sudah perlahan kembali meski kadang masih terlihat menangis diam-diam tapi Badra maklumi itu kehilangan yang berharga memang tak mudah, namun bila tak mencoba untuk mengikhlaskan perasaan itu tetap akan terus membayangi. Badra bersyukur Gania mau menerima keadaan dan kembali bangkit.

RINDU DALAM HATI (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang