Tanteee Ell-apaiiin om Adra—Huaaaa—"
Tangis Putra pecah, saat melihat sang Om kesayangannya yang badannya sedang di naiki oleh Gania.
"Mamaa—huaaa—Om Adra badannya di naikin tante El—huaa Mama—" Adu Putra sesaat setelah berlari dari kamar Badra
"Ya ampun aku malu bangett mas—" Rengek Gania yang sudah menyembunyikan diri di pelukan Badra
Badra tampak bingung, pasalnya ia harus menenangkan yang mana dulu, Gania memeluk erat dirinya sedangkan keponakannya sudah berlari pergi sembari menangis.
"Udah dong El—Putra ngga tahu dan ngga sengaja." Badra menanangkan Gania
"Kamu lupa kunci pintu ya Mas?" Badra menggaruk kepalanya salah tingkah
"Tuhkan! Kebiasaan banget sih. Aku nggak mau tahu ya kalo sampe aku dapet ocehan Mbak Nadia Mas yang ngadepin yang salah Mas Badra!" Marah Gania yang kemudian meninggalkan Badra yang masih terbengong
"El—"
"Apa!" Bentak kesal Gania yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi
Akhirnya, Badra bangun dari ranjangnya, menyambar kaos dengan asal dan celana jeans pendek. Sebelum Gania kembali ngomel Badra lebih baik keluar dan menjelaskan tentang rengekan Putra yang menganggu aktivitas Badra dan Gania. Tolong setelah ini ingatkan Badra agar tak selalu lupa dengan mengunci pintu kamarnya.
"Badra, kamu kasih pemandangan apa sama anak Mbak?" Todong Nadia pada kakak pertamanya itu
"Kamu lupa kunci pintu, Bang?" Tanya sang Bunda
Badra menganggaruk kepala bingungnya. "Badra tadi pagi lupa Bun, kak. Keburu capek, kangen istri—ya jadi lupa kunci pintu." Sang Bunda menggeleng kepala tak habis fikir
"Untung Putra ngga lihat yang lebih aneh-aneh, bisa-bisa anakku dewasa belum waktunya." Sungut Nadia kesal
"Putra—lain kali ngga boleh buka-buka pintu seenak sendiri ya. Om udah nggak sendiri lagi, ada tante El yang sekarang nemenin Om Badra di kamar, harus ketuk pintu dulu ya, Nak." Bunda Badra memberi pesan pada cucunya itu
"Tapi Ibu Oma, tante El jahat Ibu Oma, naikin badannya om Adra." Putra tetap kekeh
"Tante El engga lagi jahat sayang, tante El lagi bantu om pencet-pencet jerawat sayang, kaya Mama sama Papa." Jelas Nadia juga
"No, Mama! Tante El makan-makan bibil Om Adra, Mama!" Putra mulai kesal
"Astagfirullah, Badra—" Sang Bunda mulai kesal dan memukul lengan Badra
"Mampos—mampos dah gue, hhh," Batin Badra menyeletuk kesal
"Badraaa—Ya Allahhhh, gawat nih, lu kalo mau indehoy jangan lupa kunci-ihh." Kesal Nadia "Ayo, Put kita beli es krim aja yuk."
"Ngga mau, nanti Om Adra di makan tante El lagi."
"Om ngga di makan tante El—put, tadi Putra salah liat kok."
"Tuhkan, ngga di makan tante El—jadi yukk kita beli es krim yuk." Akhirnya Putra luluh dengan ajakan sang Mama "Heh—tanggung jawab, bayarin beli es krimnya." Palak Nadia
"Ck, Ck kalian ini selalu aja."
"Ngga bawa dompet Mbak, pake uang lo dulu ntar gue tf."
"Ck, ayo Put kita beli es krim banyak."
"Ayo Ma,"
"Bun, laperr-"
"Kebiasaan banget manjanya kumat." Ujar sang Bunda yang tetap berjalan mengambilkan makan untuk Badra
KAMU SEDANG MEMBACA
RINDU DALAM HATI (SELESAI)
Romance(21+) Terjebak di usia rawan dan sudah pantas untuk segera menikah, Gania Vandella harus selalu di hadapkan dengan berbagai kosakata indah yang memohok hatinya. Namun, Gania tetaplah Gania masa bodoh adalah nama tengahnya tak perduli berapa pun oran...