33. MAS SUAMI NGIDAM

3.1K 190 4
                                    

Sudah berhari-hari Gania badrest ditempat tidur, setiap kali dirinya ingin beranjak dari ranjangnya kepalanya akan terasa berputar dan mau tak mau Gania memang apa-apa membutuhkan Badra atau sang Mama, dan juga Bunda mertuanya.

Bahkan di kehamilan pertama Gania ini ia bisa sekali mandi, Karena ingin beranjak atau melakukan aktivitas lainnya terasa malas dibadan, tentu saja yang melakukan Badra sang suami siaga.

Kandungan Gania kini juga sudah menginjak dua bulan dan sebentar lagi akan memasuki usia tiga bulan. Meski begitu berubah Gania Badra menjadi suami yang telaten membantu sang istri, namun Belakangan inu Gania sudah bisa beradaptasi seperti semula, menyiapkan baju kerja Badra, menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Bahkan Gania menjadi lebih mudah mengantarkan dimanapun tempatnya dimana kepalanya mendapatkan senderan pasti akan terpejam. Kadang Badra heran dibuatnya selebihnya tak apa yang terpenting kesehatan istri serta calon anaknya sehat tanpa satu kurang apapun.

"Ayy, engga masak?" Tanya Badra seusai selesai mandi

"Belum, aku mual lagi bau asep masakan—Mas udah laper? Apa mau Go-Food aja?"

"Aku kok mau nasi uduk ya Ayy, pake sambel matah disiram minyak panas gitu." Badra mengungkapkan keinginannya

"Hah?!! Mana ada jam segini yang jual nasi uduk sih, Mas." Kaget Gania "jangan aneh-aneh deh,"

"Rasanya pengen banget makan nasi uduk Ayy," Kekeuh Badra

"Mau minta tolong kesiapa coba? Udah malem lho ini Mas."

"Mbok Minah bisa kali, aku coba telpon Bunda dulu—kamu mau juga nggak?" Tawar Badra

"Aku mau martabak pelangi aja deh Mas," Pinta Gania

"Katanya mau kurangin manis-manis Kate nggak mau timbangan naik," Sindir halus Badra yang mengingat perkataan Gania beberapa hari lalu

"Ck, pake diingetin lagi namanya juga pengen, kan anaknya Mas Badra yang mau, enggak mau dituruti ya??"

"Bukan, Ayy—iya nanti aku beliin, aku telpon Bunda dulu."

"Iyaa, nanti kalo mau keluar hati-hati, jangan lupa martabak aku."

"Iya, sayang." Balas Badra dengan mencium kening Gania

🌼🌼🌼

Gania menatap penuh takjub pasalnya suaminya itu bisa menghabiskan satu rantang nasi uduk plus sambal bawang matah seperti keinginannya, rantangnya benar-benar bersih dari isi semula sedangkan Gania saja hanya menghabiskan dua potong martabak pelangi kesukaannya.

Melihat Badra melenguh kekenyangan sungguh menjadi kesenangan tersendiri untuk Gania namun kalo makan Badra lama-lama seperti kuli ia yakin tak lama lagi balok-balok ditubuh suaminya itu akan menghilang perlahan dan ia tak akan mengijinkan.

"Alhamdulillah—heeeekkkk"

"Astagaa—ini beneran nyidam yaa ampe segitunya," Gania mengernyit geli

"Iya mungkin, kan aku juga lagi ini ngerasain nyidam yang benar-benar pengin banget."

"Aku enggak mau ya Mas, kamu begini lama-lama ABSmu bisa tertimbun." Gania mulai protes

"Enggak akan nanti aku rajin gym lagi,"

"Ck ya udah aku mau cuci piringnya dulu." Gania beranjak dari duduknya dan meraih piring bekas Badra dan juga rantang

"Sebenarnya Ayy, aku enggak apa-apa yang ngidam asal kamu makan apa aja bisa masuk, tapi ternyata enggak bisa ya, nafsu makanmu tetep enggak selahap biasanya." Ujar Badra mengalungkan tangannya pada pinggang berisi Gania

"Kan aku juga makan buah kok, aku juga mulai ngemil pelan-pelan nunggu anakmu ini enggak rewel, kalo rewel enggak bisa dipaksa." Kata Gania menenangkan Badra

"Udah yuk istirahat, kamu harus dibanyakin istirahat tahu." Ajak Badra

"Bentar lagi tinggal bilas, Mas matiin lampu ruang tamu sama ruang keluarga aja dulu." Pinta Gania dan langsung dilakukan oleh Badra

Rumah tangga antara Badra dan Gania sudah mulai baik seperti semua sebelum negara api menyerang dan membuat Gania dan Badra harus berpisah dan kehilangan calon anak mereka, namun itu semua adalah campur tangan Tuhan bahkan sekarang mereka sudag kembali dianugerahi calon anak kedua mereka, yang sangat di tunggu-tunggu itu.

🌼🌼🌼

Jam sudah menunjukkan pukul satu pagi, Gania kembali membuka mata menelisik ruangan kamarnya yang tak begitu terang, tidurnya sudah tak senyaman tadi malam, anaknya mulai rewel, dijam seperti ini adalah jam dimana anaknya minta sesuatu, Gania menatap sang suami yang masih tidur dengan nyenyak.

Akhirnya Gania memilih nenyerah dan membangunkan suaminya, awalnya dengan gerakan menggoyang dengan lembut takut suaminya itu terbangun dengan ekspresi kaget. Gemas, Badra tak segera bangun dari tidurnya mau tak mau Gania memang harus sedikit keras membangunkan Badra.

"Mas Badra, bangun dong." Bisik Gania pada telinga Badra

"Hhmm—"

"Mas aku mau tiwul dong, cariin."

"Apahh—" Jawab Badra dengan suara setengah sadarnya

"Tiwul itu loh,"

"Yang cari dimana coba? Udah pagih Sayang."

"Dipasar jam sekarang kayaknya udah ada," Gania tetap tak menyerah

"Kepasar? Jam berapa memang?"  Tanya Badra masih dengan mata tertutup

"Jam satu'an."

"Ya belum bukalah Ayy, nggak bisa besok?" Tanya Badra "Besok aku cariin subuh." Tutur Badra

"Tapi maunya sekarang," cemberut Gania

"Kalo sekarang mana ada sih Ayy, mau mutar berapa pasar juga ga akan nemu, besok subuh aku cariin."

"Ck, Mas—" Rengek Gania yang mulai menggenang

"Yang lain dulu aja?"

"Yang lain itu apa? Orang maunya tiwul sekarang kok."

"Main sama Papanya lah, mau apa lagi."

"Itu mah maunya Mas aja kan, Karena enggak mau repot-repot cariin aku tiwul." Omel Gania dengan wajah semakin kesal

"Allahuakbar—kalo enggak percaya aku telponin Mama kamu nih, pasti beliau yang paling tahu jam berapa yang jual ketan-ketanan itu ada." Gania makin mencabikkan bibirnya sembari mengusap air matanya

"Ya udah, peluk aku sekarang." Akhirnya Gania memilih percaya dengan perkataan Badra

"Aku bukan nggak mau nuruti nyidammu—kalo ada sekarang pun bakal Aku cariin langsung tanpa nunggu subuh nanti." Ujar Badra sembari mengusap kepala Gania dengan sayang "Sudah ahh- yang nangis, nanti anaknya makin sedih lho, Ayy."

Gania menarik ingusnya setelah berhenti menangis. "Besok beneran dicariin ya, Mas."

"Iya, Sayang. Aku beliin—sekarang mending kita main aja ayo, biar nggak sedih lagi."

"Idihhhh—itukan maunya kamu." Sungut Gania dengan memutar tubuhnya membelakangi Badra

"Ayyy—enggak kangen yaa? Padahal aku kangen banget." Goda Badra dengan menciumi bahu terbuka Gania

"Apaan sih ihh—aaww Mas!!"

"Apa sih, biasanya juga minta kenceng kalo lagi plintir." Goda Badra lagi

"Sakit ihh, geseran Mas—jatoh nanti aku, genit banget sih," Omel Gania

Badra semakin gemas dengan dengan tingkah Gania, otaknya boleh menolak sentuhan Badra tapi badan Gania tidak bisa berhianat pada sentuhan Badra, meski berulang kali ditepis oleh Gania Badra ak ingin menyerah, sekedar olahraga singkat tak masalah, toh kandungan Gania aman dan tak ada kendala apapun.

"Masshhh—ahhh," Jerit Gania

🌼🌼🌼

Telat lagii...
Seharusnya aku updateny kemarin yaa~

Ramein yaa, siapa tahu aku mau update double 😉🖤💜

RINDU DALAM HATI (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang