07 -- Prasangka

526 117 935
                                    


Pukul 20.00

Jia masih berkutat dengan buku-bukunya. Menyelesaikan tugas fisika yang jumlahnya terdiri dari 10 soal.

Iya, soalnya memang tidak terlalu banyak, tapi ini satu nomor saja susahnya bukan main. Kepala Jia sudah dibuat pusing karena soal sialan ini.

Maunya sih, Jia membuat tugas ini besok saja saat di sekolah. Menyalin jawaban bersama teman-teman sekelasnya. Tapi, pasti nanti bakal ribet. Mana Fisika di jam pelajaran pertama lagi. Jia mana bisa datang pagi-pagi. Datang lima menit sebelum bel berbunyi saja sudah bersyukur.

Huh, oke semangat Jia!

Lebih baik susahnya sekarang dan besok dirinya bisa santai-santai.

Ting.

Bunyi notifikasi terdengar. Jia memutar bola mata malas. Tanpa perlu dilihat, dirinya sudah tahu jika pesan Wa itu dari teman-teman sekelasnya yang ingin meminta jawaban.

Jia berdecih. Giliran begini saja chatnya ramai bukan main. Coba kalau tidak ada tugas sama sekali, sepi kayak kuburan!

Sialan emang. Jia yang susah-susah berpikir mereka seenaknya langsung menyalin begitu saja. Mana lupa bilang makasih lagi.

Huh, untung Jia baik hati dan tidak sombong. Sabar-sabar.

Ting.

Bunyi notifikasi kembali terdengar. Kali ini Jia mengambil ponselnya lalu membuka aplikasi Wa.

300 chat dari grup kelas.
2 chat dari Aldo.
3 chat dari Tika.
5 chat dari Ema.
2 chat dari Ima.

Jia mengabaikan pesan yang lain, dia memilih merespon chat dari Ima saja.

Ima : Jia

Ima sent a pic

Ima : calon imam lo tuh

Ima : uuhh idaman bantuin mamanya coyy

Jia berdecak. Salah juga memilih merespon chat dari Ima. Kirain mau nanya apa, ternyata malah membahas cowok sinting itu.

Jia : terus??

Ima : sett dah gitu amat respon lo

Jia : ya teruss, gua harus gimana? salto di tengah jalan gitu?

Ima : ya gak gitu juga kaleusss

Ima : harusnya lo itu TERPESONA.

Tanpa sadar Jia memutar bola mata kesal. Terpukau? Terpesona? Buat apa?

Hal seperti itu sudah biasa kali. Kakak sepupu Jia juga mau-mau saja tuh disuruh bundanya belanja. Jadi, ya nggak usah heboh segala.

Lagian cowok itu, mana bisa menolak apa pun permintaan dari mamanya. Mungkin dari jaman sekolah dasar, cowok itu terkenal bandel, sombong, angkuh, dan tukang perintah. Tapi sebenarnya dia tidak seburuk itu.

Walau nakal dia masih tahu batas. Buktinya ketika SD tidak pernah ada laporan jika Arkan membuat ulah.

Eh, tunggu dulu...

Kenapa dirinya jadi memikirkan manusia sinting itu?!

Manusia sinting is calling...

Jia tanpa sadar hampir memekik karena kaget. Arkan menelponnya secara tiba-tiba. Padahal, baru saja dirinya dan Ima membicarakannya. Ralat. Bukan Jia. Tapi hanya Ima saja yang dengan semangatnya membahas cowok itu.

"Dasar setan, ngagetin aja!" Jia mendengus kesal. Tangannya bergerak menekan tombol merah pada layar.

Beberapa detik kemudian muncul notifikasi pada layar ponselnya.

Hey Jia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang