Sepertinya, hari ini Jia tidak bisa keluar kelas dengan begitu leluasa seperti biasanya. Bahkan, gadis itu harus rela berangkat ke sekolah pagi-pagi sekali hanya untuk menghindari satu manusia dari ratusan siswa di sekolah ini.Karena Arkan sama seperti dirinya, yang selalu tiba di sekolah tepat lima menit sebelum bel berbunyi. Jia tidak ingin jika tanpa sengaja ia harus berpapasan dengan pemuda itu.
Wajah Jia mau taruh di mana coba?
Jia merutuk, lalu menenggelamkan wajah di atas meja. Masih tidak menyangka mengapa kemarin ia bisa-bisanya mengikuti saran sesat dari Ayu untuk mengirimi chat pada pemuda itu.
Udah gitu, Jia ngasih alasannya nggak masuk akal lagi!
Nanti kalau dia geer gimana?!
Yaampun, Jia rasanya mau pindah planet saat ini juga.
"Kenapa lo?" tanya Aldo yang baru duduk di bangkunya. Kemarin ia memang disuruh pindah bangku oleh wali kelas menjadi di samping Jia. Alasannya karena Aldo sering tubir sama teman sebangkunya dulu.
Tidak ada jawaban apa pun dari Jia. Gadis itu sibuk dengan benaknya yang terus menerus memikirkan aksi nekat dan bodohnya kemarin. Bahkan tanpa sadar wajahnya jadi memerah karena malu sendiri.
"Lo jadi nge chat cowok lo?" tanya Aldo sembari merapikan mejanya yang entah kenapa dipenuhi irisan penghapus.
"Apa sih, dia bukan cowok gue!"
"Kalau dia jadi cowoknya cewek lain, lo mau?"
Sialan.
Kenapa pertanyaan Aldo yang satu ini tiba-tiba tidak bisa Jia jawab? Gadis itu seperti kebingungan hanya untuk mencari-cari jawaban yang pas. Padahal, ya suka-suka dia lah, mau gimana. Ngapain juga Jia ngurusin? Nggak penting banget.
Mungkin.
"Diem kan lo?" Aldo memasang tampang meledek. Cowok itu dengan seenaknya mengambil ponsel Jia yang diletakkan di atas meja. Ingin tahu apa saja chat yang diketik gadis di sampingnya ini.
Tidak sopan emang. Tapi, toh, gadis itu juga selalu melakukan hal ini padanya. Jadi yaudah, bawa santai saja. Lagian, Aldo bingung, memang Jia itu nge chat apa sih? Sampai kelihatan rada aneh gitu.
Mau bilang sinting, tapi entar malah kena amuk.
Jia tidak mencegah pergerakan Aldo. Hingga sedetik kemudian, pemuda itu kembali bersuara. "Lo bego apa gimana sih?"
Jia berdecak pelan. "Lo kalau cuma mau ngatain doang, mending diem!"
Aldo mendengus. "Gue cuma ngasih tau."
"Nggak guna Do, udah telat!"
Aldo ingin kembali membalas, namun terurung ketika Ima datang menghampiri. Gadis itu baru saja selesai membersihkan lantai kelas yang terkena tumpahan air minumnya sendiri.
"Apa ini, kenapa?" tanya Ima bingung.
Kedua manusia di depannya tidak menyahut apa pun. Hingga tangan Aldo terjulur menunjukkan sesuatu. "Baca."
"Ya, terus?" Ima masih memasang ekspresi bingung. Perasaan chatnya biasa saja.
"Lo baca yang bener."
"Gue bacanya juga udah bener kali, ya emang kenapa?" tanya Ima sedikit ngegas. Aldo tuh aneh, tinggal kasih tahu doang apa maksudnya, susah amat.
Hembusan napas kasar keluar. "Gue lupa, otak lo kan, nggak nyampe."
"HEH, LO MAU NGAJAK BERANTEM?!"
"Siapa yang ng—"
"DIEM LO BERDUA!" sentak Jia membuat kedua orang itu seketika menghentikan perdebatannya. Kalau nggak bisa ngasih solusi, lebih baik diam saja. Ngapain harus debat segala?

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Jia!
Teen FictionBerawal dari Chat mereka kembali bertemu. Jia Indira Lituhayu. Cewek yang dikenalkan seseorang lewat chat pada Arkan. Katanya Jia itu pendiam, kalem, dan baik hati. Namun begitu mengetahui kalau ternyata Jia ini adalah temannya saat ia masih mendudu...