16 -- Pacar?

372 53 686
                                    

Jia kira acara labrak-melabrak itu hanya ada di sinetron atau di ftv-ftv saja.

Tapi ternyata setelah ia mengalaminya secara langsung, seluruh perkiraan Jia sebelumnya terpatahkan.

Baru sekitar tiga menit yang lalu Jia tiba di sekolah, tiba-tiba ada dua kakak kelas yang menghadang langkah kakinya dengan tatapan seakan ingin membunuh.

"Lo yang namanya Jia?" tanya kakak kelas berambut panjang sepinggang dengan nada galak. Dia bersedekap dada, sembari menatap Jia dengan tatapan sok sinis.

Jia balas dengan tatapan tidak suka. Buat apa sih, ekspresinya dibikin sok galak gitu? Mereka pikir Jia takut hah?! Asal mereka tahu aja ya, Jia itu nggak pernah dimarahin orang. Yang ada dia yang marahin orang.

"Ya kalau bukan, ngapain lo ngehadang jalan gue?!" balas Jia ngegas. Gadis itu juga ikut bersedekap dada seperti kedua kakak kelasnya.

Netra coklatnya melirik name tag kedua kakak kelas itu. Oh, namanya Riri sama Lili.

Kembar apa gimana?

"Heh, nggak sopan banget lo sama kakak kelas!" sentak Riri tidak terima.

Jia mengernyit. "Elo aja nggak sopan sama gue, masa lo minta gue buat sopan sama lo?!"

"Gue itu awalnya nanya baik-baik ya, Lo nya aja yang langsung ngegas." Riri membela diri.

Baik-baik katanya?

Kalau baik-baik itu, harusnya mereka mengucapkan salam dulu sebagai salam pembuka. Ini malah langsung nanya aja. Mana nggak tahu waktu lagi. Tahu nggak sih, Jia itu lagi buru-buru ingin ke kelas untuk menyalin tugas. Kalau sampai nggak buat, kan, dirinya bisa dihukum.

Kalau sudah begitu, memangnya mereka mau disalahin?!

"Lah, gue aja ngiranya lo beneran ngegas." Ini bukan Jia. Melainkan teman si cewek rambut panjang itu sendiri. Iya ini Lili.

Riri langsung menoleh ke arah Lili dengan raut kesal. "Diem deh, lo bikin malu aja!"

Seakan tidak terjadi apa-apa setelah celetukan memalukan barusan, Riri kembali menatap Jia sinis.

"Gue mau nanya," katanya. "Kenapa lo bisa diantar sama Arga?"

Oh, jadi ini tentang Arga. Yailah, emang si Arga kenapa sih, kok bisa-bisanya pada nggak terima dia jalan sama cewek lain? Memang mereka semua itu pacarnya?

Jia memasang senyum jumawa. "Ya bisa lah, apa sih yang nggak gue bisa?"

Tentu saja kedua kakak kelas itu semakin kesal. Seumur hidup, mereka tidak pernah menemui adik kelas songong seperti Jia. Karena biasanya, sekali mereka menunjukkan wajah garang, maka para adik kelas langsung takut duluan.

"Lo maksa-maksa dia ya?" tuduh Riri. Karena baginya mustahil jika Arga yang menawari duluan. Memangnya Arga kenal sama cewek songong begini? Ah, ia yakin Arga pasti dipaksa-paksa.

"Heh, jangan asal nuduh dong!" Jia tentu tidak terima. "Orang dia yang nawarin sendiri kok. Ya masa, dapat rejeki gue tolak?"

"Lah, masa sih?" Lili memasang wajah heran.

Ya gimana nggak heran? Arga itu, selama dia bersekolah di sini dan menjabat sebagai Ketua OSIS, tidak pernah dekat dengan cewek mana pun, apalagi ngajak pulang bareng. Lah, ini kok bisa?

"Lo yang serius." Mereka tidak ingin mempercayainya begitu saja.

"Ya masa gue boong? Nggak ada kerjaan amat!" cibir Jia dengan kesal. "Amat aja, kerjaannya banyak." lanjutnya sedikit melantur.

Hey Jia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang