22 -- Undangan

299 39 646
                                    


5 tahun yang lalu...

Acara perpisahan sekolah.

Seharusnya hari ini menjadi hari yang paling berkesan bagi gadis itu. Namun sayang sekali, Jia malah terkena demam tinggi. Mamanya yang baru ingin membangunkan, langsung berubah menjadi khawatir.

Wanita itu melapor pada sang suami. Harun yang saat itu sudah menunggu di meja makan, langsung bergegas menuju kamar putrinya begitu mendengar ucapan sang istri.

Jia langsung dibawa oleh harun ke rumah sakit. Kirana tidak diperbolehkan ikut, karena bagaimana pun, saat itu ada Nia yang masih tertidur pulas. Tentu saja ia tidak boleh ditinggal sendirian.

Mobil sudah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata. Sayangnya, karena terlanjur panik, Kirana melupakan sesuatu. Harun mempunyai riwayat generalized anxiety disorder. Artinya pria itu akan mengalami kecemasan luar biasa---hingga sangat sulit baginya untuk mengontrol segala rasa takut yang berlebihan.

Mobil Harun sudah keluar dari area perumahan dan membelah jalanan raya. Lalu lintas di pagi hari tidak begitu sepi tidak juga begitu ramai. Jarak antara perumahan dengan rumah sakit lumayan jauh.

Harun melirik putrinya. Berbagai pikiran negatif telah memenuhi ke dalam benaknya. Bagaimana jika...

Harun menggeleng, hampir mengerang. Salah satu tangannya mencengkram dadanya kuat-kuat. Sakit. Ini sakit sekali. Jantungnya terasa seperti ditusuk-tusuk. Sudah berkali-kali ia mengalami ini, namun tetap saja pria itu sangat kesusahan untuk mengatasinya. Ditambah lagi berbagai pikiran yang begitu menggangu terus terbayang tanpa henti, membuatnya benar-benar selalu dirundung rasa takut.

Harun tidak ingin segala yang ia takutkan menjadi kenyataan. Biar lah, ia tahan segala rasa sakit ini. Pasti bisa, ia yakin.

Harun sekuat mungkin untuk tetap terlihat tenang, agar putrinya tidak curiga. Ia tidak ingin membuat Jia khawatir. Lalu anak itu akan memaksanya menghentikan laju mobil.

Tapi demi tuhan, dadanya terus berdebar hebat, hingga membuatnya kesulitan bernapas. Kepalanya pun terasa sakit. Mobil hampir kehilangan kendali. Tidak! Jika ini hari kematiannya, Harun memohon biar lah tunggu sebentar hingga putrinya mendapatkan penanganan.

"A-ayah, awas," Jia yang setengah sadar, berusaha memberi tahu Ayahnya jika ada kendaraannya yang datang dari arah berlawanan.

Harun tersentak. Pria itu berusaha menghindar, namun terlambat. Kecelakaan itu telah terjadi.

Jia koma selama seminggu. Sedangkan Harun dinyatakan meninggal dunia.

[][][][]

Arkan baru keluar dari mini market. Pemuda itu melangkah mendekati kursi yang telah disediakan, lalu duduk di sana.

Sebelumnya, ia baru saja selesai mengerjakan tugas kelompok di rumah Dean. Ralat, Arkan hanya duduk anteng bersama dua temannya. Sedangkan sang juara kelas dan Veni yang mengerjakan dengan serius.

Arkan membuka bungkusan snack yang dibelinya. Maunya selepas membeli camilan ini, ia langsung pulang. Namun, setelah tahu tempat ini menyediakan wifi gratis, lebih baik pemuda itu duduk di sini dulu sebentar saja.

Aslinya Arkan tidak miskin kuota, cuma kalau ada yang gratis, tentu saja ia tertarik. Lumayan, hitung-hitung bisa menghemat kuota internetnya.

"Kak, masih inget aku nggak?" Seorang anak kecil datang menghampiri.

Arkan melirik sekilas. Cowok itu tentu tidak lupa jika dia anak kecil yang pernah ia temui sekiranya dua minggu yang lalu di parkiran sekolah. Lalu sekarang, jangan bilang kalau anak ini tersesat lagi?!

Hey Jia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang