Berawal dari Chat mereka kembali bertemu.
Jia Indira Lituhayu. Cewek yang dikenalkan seseorang lewat chat pada Arkan. Katanya Jia itu pendiam, kalem, dan baik hati. Namun begitu mengetahui kalau ternyata Jia ini adalah temannya saat ia masih mendudu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Halo hehe, maap ilang selama tiga bulan lebih. Iya, sok sibuk emang. Tapi gimana yaa, mood nulisku juga mendadak ilang-ilangan.
Btw, ini panjang banget, lebih dari 3000 kata....
[][][][]
Seperti apa yang sudah Jia putuskan, hari ini tepatnya pukul 19.00 WIB, Jia, Nia serta Mamanya tengah berada di mobil jemputan milik Ranu menuju sebuah restoran yang katanya sudah dibooking.
Mereka akan bertemu. Setidaknya, setelah Jia berkunjung ke makam Papa dua hari yang lalu, ia menjadi sedikit lebih yakin. Keraguan tidak terlalu besar, dan yang paling terpenting, tidak ada lagi rasa bersalah yang melingkupi hatinya.
"Kak, kita semua nggak pernah nyalahin Kakak. Kakak nggak salah."
Ucapan Nia kala itu. Dia benar. Dirinya tidak bersalah. Itu semua terjadi karena kecelakaan. Ayahnya bahkan sudah mengatakannya lebih awal. Seolah ia telah mendapatkan firasat.
Lagi pula, jika Ranu telah menjadi ayahnya, posisi ayah Harun tetap tidak akan tergantikan. Baik Ranu atau pun Harun ada ruang tersendiri bagi dirinya, Nia dan mama.
Setelah beberapa menit perjalan, mobil yang ditumpanginya kini telah terparkir rapi di parkiran restoran. Mama dan Nia keluar dari mobil disusul Jia. Gadis itu melihat penampakan restoran di hadapannya.
Kalau boleh jujur, bagi Jia sebetulnya agak berlebihan. Maksudnya, tidak perlu untuk booking seluruhnya. Bukankah, bisa memakai ruang VIP saja? Ah, mungkin, pria itu ada pemikiran lain. Yang penting di sini Jia bisa makan dengan nyaman. Ia pun juga bisa melihat bagaimana tulusnya Ranu pada keluarnya nanti.
Jia melangkah menyusul mama masuk ke dalam restoran. Mereka sempat disambut beberapa pegawai di sana. Jia takjub sendiri. Jadi berasa orang penting. Ah, bukannya memang penting?
Mereka diarahkan seorang pegawai untuk masuk dan duduk di depan meja panjang. Di atasnya sudah tersedia banyaknya makanan-makanan andalan restoran ini yang begitu lezat.
O-ke.
Yaa, calon ayah tirinya memang sesultan itu.
Beberapa menit setelahnya, Ranu muncul begitu pula dengan Arga. Mama menyambut kemunculan Ranu dengan binar mata yang sempat hilang beberapa tahun lalu. Jia bisa lihat bagaimana mamanya sangat mencintai Ranu, begitu pula sebaliknya. Akan sangat jahat jika Jia ternyata tetap teguh untuk tidak merestui.
Ranu mengambil duduk di dekat mama. Sedangkan Arga mengambil duduk tepat di depan Jia. Pemuda itu tersenyum menyapanya. Namun, seandainya Jia lebih peka, ada hal tersembunyi dibalik senyuman pemuda itu.