04 -- Gagal

765 174 1K
                                    


Arkan masuk ke dalam kelasnya dengan muka kusut. Tangannya memegang rambutnya yang sakit karena sehabis terkena jambakan. Cowok itu langsung duduk di bangkunya dengan punggung yang bersandar di dinding.

Jangan tanya siapa. Karena yang berani melakukan ini hanyalah Jia Indira Lituhayu. Dulu saat SD pun hanya Jia saja yang berani memarahinya. Hanya Jia saja yang tidak takut dengan segala ancaman Arkan saat itu.

Arkan meringis. Jika di ingat-ingat dulu ia memang sangat menyebalkan. Dirinya sudah seperti tukang bully padahal tidak pernah membully. Maksudnya wajah Arkan sedari SD itu sudah songong. Makanya teman-temannya menjadi takut. Padahal Arkan tidak melakukan apa-apa.

Kalau begitu kan, Arkan jadi keenakan. Karena mereka diminta uang dua ribu mau, diminta pulpen mau, diminta tulisin catatan juga mau. Siapa yang nggak senang coba?

Jadi Arkan mencoba melakukan itu pada Jia saat dirinya diminta duduk satu bangku dengan cewek itu. Dan respons Jia diluar dugaannya. Jia langsung memarahinya dan tak segan-segan menjewer telinganya.

Huh, sudah jelas bagaimana garangnya Jia saat itu.

Saat bertemu tadi pun, Arkan kira Jia berubah jadi lebih lembut karena mendengar perkataan dari Ayu kemarin yang mengatakan Jia itu pendiam, ramah, dan baik hati. Tapi nyatanya salah. Jia tetaplah gadis yang galak dan cerewet. Tapi imut juga sih.

Oh, apa jangan-jangan Jia galak cuma sama dirinya saja ya?

Bisa saja cewek itu ternyata dendam dengannya. Karena sewaktu SD ia sering mengusilinya.

Arkan berdecak. Kalau memang benar begitu, nggak bisa pedekate dong? Nggak bisa jadi deket dong?

Terus ini jadinya gimana?

"WOI, ngelamun mulu. Mikirin apa lo?" Itu suara dari Dean. Cowok itu melangkah mendekati, lalu duduk di kursinya. Disusul Oka yang duduk di depan mereka.

"Mikirin yang aneh-aneh lo ya?" tuding Oka dengan pandangan penuh selidik.

Arkan berdecak. "Apa sih, kepo lo!"

Dean melirik Arkan sekilas. "Gimana sama si cewek 11 ipa 3?"

"Kacau."

Dean langsung tertawa keras. Arkan mencebikkan bibir kesal. Bukannya dibantuin cari jalan keluar malah diketawain. Sialan emang!

"Nggak ada yang suruh lo ketawa!" sungut Arkan sebal. Kakinya sengaja menendang kursi yang diduduki Dean.

"Eh, anjirr santai." Dean hampir limbung, tendangan Arkan cukup keras. Untung dirinya tidak jatuh kepentok meja.

"Ya makanya bantuin gue!"

"Santai kali, baperan amat lo," balas Dean. "Emang lo diapain?"

Arkan mendengus keras. Dirinya malas jika harus mengingat kejadian tadi. Ah, benar-benar memalukan!

"Heh, jawab!"

"Gue dijambak."

"Lah kenapa?"

"Dendam dia sama gue," kata Arkan. "Gara-gara gue nggak sengaja hilangin buku prnya waktu sd."

"Anjir cuma gara-gara itu?!" Tawa Dean jadi lebih keras dari yang sebelumnya. Arkan mendengus kesal. Bisa-bisanya manusia ini tertawa di atas penderitaannya.

Lain hal nya dengan Oka, cowok itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajahnya tampak bingung. "Lo berdua ngomongin apa sih?"

"KEPO!" Teriak Dean dan Arkan bersamaan.

Wajar jika Oka terlihat bingung. Cowok itu memang belum diberitahu mengenai segala rencana pendekatan Arkan pada gadis bernama Jia.

Oka berdecih. "Awas aja lo, kalau minta bantuan. Nggak bakal gue bantu!"

Hey Jia!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang