chapter 9: Taruhan

38 3 0
                                    

"dari mana? " tanya ibuku

"rumah teman" jawabku

"gak malu apa, baru bangun langsung ke rumah teman, iler aja belum bersih dari bibir"

"apaan sih bu, dah ah mau belajar"

Aku langsung masuk ke kamar, tiba tiba

"billy ada temanmu datang"

"hah, siapa"

"gak tau katanya kakak kelas"

Akupun keluar dari kamar ternyata itu kak abel yang sedang duduk diruang tengah

"ada apa kak? "

"eh aku cuman mau bilang, klo yang kamu liat waktu itu"

"aku gak kasih tau siapa siapa"

"baguslah, aku gak mau vio jadi gosip lagi"

Mendengar ucapannya membuatku agak sedikit marah

"kalo kakak sayang sama vio biarin dia sama cowo yang dia suka"

"aku tau dia suka sama aku, cuman sekedar kecewa"

Aku langsung terkejut mendengarnya

"memangnya kenapa kak"

Dia hanya diam

"tapi kamu harus janji buat bantu aku baikan sama vio"

Mendengar syarat yang diberikan memang cukup berat rasanya untuk berkata iya

"aku gak bisa memaksa perasaan seseorang"

Kak abel hanya diam

"ini semua salah ku" ujarnya

"memangnya ada apa sih"

"sewaktu mos banyak banget yang naksir sama vio, bahkan sampai anggota osis, aku dan para anggota osis semua sepakat siapa yang bisa deketin vio dia bakal dapet hadiah"

Aku langsung terkejut dan hanya bisa membatu

"aku tau aku salah tapi aku jujur memang jatuh cinta padanya saat pertama kali melihatnya" sambungnya

Mendengar ucapannya membuatku langsung berdiri dari kursi

"berarti kamu jadikan vio taruhan " aku membentak

bahkan aku tidak memanggilnya kakak lagi

"itu semua hanya bercanda" dia menjelaskan sambil berusaha membuatku tidak berteriak

"kamu gak pantes buat dia"

"aku tau aku salah, aku cuman mau dia maafin aku"

"kamu kira vio mainan, jangan mentang mentang kami semua anak baru, kalian para senior senaknya menjadikan kami mainan, kami disekolah juga bayar"

"aku benar benar minta maaf, aku gak tau kalo monic bakal ngasih tau vio"

"berarti kak monic baik, dengan itu vio bisa tahu kalau dia lagi sama orang yang salah"

"billy kamu teman dekat vio, tolong bantu aku, aku janji bakal perbaikin semuanya"

"aku memang temannya, dan aku gak mau temanku sakit hati hanya karena cowo semacam kamu"

Aku sendiri benar benar terkejut bagaimana kata kata seperti itu keluar dari mulut ku
Dia hanya terdiam, kemudian pergi dari rumahku. Aku menelpon putri dan menceritakan semua yang kak abel ceritakan

"hah kamu serius?"

"iya, tadi dia ceritain semuanya"

"kenapa sih una mendem masalah ini sendirian"

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang