chapter 14: Akhir

28 3 0
                                    

Pagi hari tiba. Badanku rasanya sudah segar. Sepertinya memang obat dari orang tersayang memang paling manjur setelah melakukan beberapa perenganan.
Aku langsung bersiap untuk berangkat ke sekolah.

"bu aku berangkat"

"ehh gak usah sekolah dulu, kemarin badan kamu panas"

"engga  bu sekarang udah baikan"

Ibu menghampiri dan mengecek suhu tubuhku

"wah sepertinya obat kemarin manjur ya" ucapnya sambil mengelus kepalaku

"obat dari bidadari emang manjur bu"

Tak sengaja itu keluar dari mulutku, ibu menatapku  penuh curiga dengan senyuman liciknya

"siapakah bidadari yang beruntung itu" tanya ibuku

"bu berangkat ya, hari ini upacara"

Aku langsung mencium tangannya dan langsung pergi, untungnya aku berhasil terhindar dari pertanyaan itu.

Setelah sampai disekolah kami melaksanakan upacara senin pagi seperti biasa

"baik anak anak ada satu pengumuman yang akan bapak sampaikan hari ini" ucap kepala sekolah kami selaku pembina upacara hari itu

"selamat kepada billy alhafiz siswa kelas x a telah memenangkan olimpiade sains tingkat nasional untuk mata pelajaran matematika "

Semua orang bertepuk tangan riuh dan melihat ke arahku, aku benar benar terkejut dan seperti menjadi satu satunya orang yang di pandang disini
Semua orang dibarisan memujiku dan bahkan yang awalnya tidak dekat denganku malah jadi sok kenal sok dekat

"baik billy silahkan ke depan untuk menerima penghargaan dan juga simbolis"

Aku langsung maju ke depan dengan penuh bangga dan menerima penghargaan aku memandang kedepan menghadap seluruh siswa, mataku ke sana kemari mencari una aku ingin melihat ekspresi nya melihatku memenangkan penghargaan ini.
Penghargaan ini kupersembahkan untuknya.

Setelah selesai upacara

"wihhh selamat bill" ucap raka

"makasih ka"

"lain kali jangan pelit sama tugas ya, mungkin kita bisa jadi teman kalo kamu gak pelit hahahah"

"berteman jangan mengharap buat dapet tempat nyontek"

"becanda bill hahhh, yaudah sekali lagi selamat ya"

Rakapun pergi dari mejaku dan tak lama putri datang

"selamat woy" ucapnya sambil menepuk bahu ku dengan sangat keras

"sakit woy"

"hahah aing bangga sama maneh" ujar putri

"makasih ini berkat kamu dan una" aku menjawab

"pasti lah, btw ini harus di rayakan"

"oh iya ntar kalian kerumah aku aja"

"emang boleh? "

"iya boleh"

"oke aku chat una sekarang"

Tek tek tekk......

Bell pulang sekolahpun berbunyi dan aku membawa una dan putri kerumah, saat itu hanya ada ayahku, mereka bersalaman dengan ayahku, kami makan di ruang tengah, makanan dan jajanan  kami beli sebelum ke rumahku

"ehh kamu anak tunggal ya bill" tanya putri

"engga, aku punya kakak tapi udah nikah" jawabku

"oh iya yang kamu gak sengaja ngintip itu ya" ucap putri

Aku langsung menatap tajam padanya sebagai isyarat kalau dia harusnya tutup mulut, dia hanya senyum senyum sambil menguyah keripik

"ngintip apa" sahut una

"gpp na masalah pribadi, kamu ngertilah urusan orang dewasa" jawab putri dengan wajah santainya

"ohh hahhh"

"ngomong ngomong, enak gak sih punya kakak kayak gitu, aku gak ngerasain soalnya aku anak tunggal" ucap putri

"kalo aku gak enak sih" jawab una

"hah sama dong na" sahut ku

"kakak mu bagaimana?, kalo kakakku cenderung orangnya suka mengatur dan suka marah marah gak jelas"

"kakak ku juga gitu, tapi kamu masih wajar soalnya kakakmu perempuan, kakak ku ini laki laki tapi cerewet nya minta ampun"

"huhh untung gak punya kakak" jawab putri

Kami tertawa

"aku bahkan jarang sekali bicaranya dengannya" kataku

"apa gak berbaikan dengannya" tanya una lagi

"sebenarnya saat dia belum nikah, aku sering bertengkar baik fisik atau omongan"

Mereka bedua hanya diam

"kenapa kalian diam"

"ehh gpp bahas yang lain aja yuk" kata putri

"iya jangan bahas yang sedih sedih"

Tiba tiba

"ehh ada siapa ini" sapa ibuku

Una dan putri langsung berdiri dan memperkenalkan diri

"ini yang namanya una ya, yang kamu panggil panggil dalam mimpi itu kan bill"

"hah"

Ibuuu benar benar membuatku takut dengan mengatakan itu, aku langsung menyuruhnya ganti baju dan pergi meninggalkan kami

"kamu mimpiin aku" una bertanya

Aku sungguh bingung ingin menjawab apa

"atau jangan jangan kamu mimpi basah sama una ya" jawab putri dengan wajah terkejut

"ENGGA LAH" aku pun berteriak

"terus apa?" una kembali bertanya

"itu itu.. Ituuu"

"itu apa? " dia bertanya lagi

"aku mimpi kamu dipukuli makanya aku berteriak" akupun menjawab

Mereka berdua tertawa

"sepertinya mimpimu buruk sekali sampai memanggil manggil nama una" ledek putri

Aku hanya diam dan pura pura tidak mendengar ejekan mereka.
Hari hari kami lewati dengan penuh kebahagiaan sampai aku lupa bagaimana mengungkapkan perasaanku pada una. Jika aku mengatakannya apa kah dia akan masih sama seperti sekarang atau dia akan menjauh dariku dan itu malah merusak persahabatan kami

Tahun demi tahun kami lewati  bersama sampai tiba saat kami masuk ke kelas XII, itu masa masa dimana kejadian tak terduga terjadi pada kami masa dimana aku membuat kesalahan besar, jika saja aku punya mesin waktu doraemon rasanya ingin sekali aku memperbaiki kesalahan yang ku lakukan di masa itu.

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang