chapter 11: Awal

32 3 0
                                    

Krikkk krikkkkkk...

Alarm ku berbunyi, hari ini ntah mengapa aku merasa lebih rilex dari biasanya aku membuka jendela dan menghirup udara segar

"bu aku berangkat ke sekolah" aku berpamitan pada ibu

"ehh bill, bisa bicara sebentar? "

Dia mengajakku duduk di sofa dan memegang tanganku

"kenapa bu?"

"bisakah kamu akur sesekali dengan kakak"

Aku terkejut mendengar ibu meminta itu, aku hanya diam

"kalian saudara bagaimana pun sikapnya itu semua untuk kebaikan kamu"

"bu aku mau berangkat "

"ibu harap kamu dengerin apa yang ibu minta"

Aku langsung mencium tangannya dan berangkat, asalkan kakakku tidak cerewet tentu aku tidak akan bersikap dingin padanya.

Disekolah akupun langsung melihat papan pengumuman ternyata dari semua kelas nilai ku hampir sempurna, ternyata buku dari kak abel memang berguna, tapi setelah mengingat apa yang dia lakukan pada una membuatku agak sedikit membencinya.

"selamat ya bill" seseorang menepuk bahuku dari belakang

Dan ternyata itu kak abel

"makasih" kataku dengan dingin

"bisa bicara sebentar "

"maaf aku mau ke kelas"

"ini soal viona"

"bukannya aku sudah bilang cukup jelas kemarin"

"billy ini gak seperti yang kamu pikir, kamu mungkin anggap ini hal yang keji karena kamu tidak punya teman laki laki makanya kamu gak tau kalo hal ini memang biasa"

Mendengarnya mengatakan itu membuatku sedikit tidak enak hati, dia sedang bicara serius atau sedang menghina ku

"maaf kak kalo mau cari bantuan minta yang lain saja, permisi"

Aku langsung meninggalkannya, setelah apa yang dia bicarakan aku langsung berpikir kenapa aku sulit mendapat teman laki laki tak lama bel berbunyi tanda masuk kelas

"selamat pagi anak anak" sapa pak amin

"selamat pagi pak"

"maaf menganggu sebentar tapi ini bapak ingin menyampaikan pengumuman sebentar lagi akan ada olimpiade sains tingkat nasional jadi dari hasil tes kemarin nilai tertinggi matematika di kelas x ada di kelas ini yaitu billy, jadi billy kamu yang mewakili sekolah"

Semua siswa di kelas bertepuk tangan

"pak yang lain ada gak? " tanya raka

"sisanya ada dikelas lain" jawab pak amin

"yah, aku gak ikut" kata firah sambil mengeluh

"yasudah sekian terima kasih"

Pak aminpun keluar

"wihhh keren ni temen aing" kata putri sambil mengoda ku

"udah put"

Setalah itu kamipun belajar sepeti biasa.

Tekk tekk tekk.....

Bell istirahat berbunyi tak lama kemudian viona masuk ke kelas kami

"wahh ada yang ikut olimpiade ni" ujarnya

"iyaa, kayaknya bakal ada yang tambah rajin belajar" sambung putri

"iya makasih katanya mau buat kelompok belajar, kan kebetulan bentar lagi ujian semester " kataku

"ehh bener juga ya" sahut una

"yaudah abis kita hangout hari minggu, senin kita mulai belajar ya abis pulang sekolah" ujar putri

"gimana kalo belajarnya 2x seminggu aja, soalnya aku ada les juga" sambung una

"iya, thats good idea"

Kamipun makan di kantin dan setelah itu membaca diperpustakaan. Sampai akhirnya masuk kembali ke kelas. Saat itu aku sedang tidur sambil mendengar lagu, tiba tiba seseorang datang menarik satu heatset dari telinga ku dan memakainya kemudian tidur di bangku putri

"Einstain pinjem ya" ujar raka

Ternyata itu raka, siswa pelawak dikelasku. Mendengar melakukan itu membuatku terkejut dan aku hanya diam.

"bill pr bu rizka udah belom?"

"udah"

"aku nyontek ya"

"gak"

"ahh pelitt"

"aku bantu jawab tapi gak mau nyontekin"

"yah males ahh"

Rakapun pergi, pada dasarnya aku ingin berteman dengan raka dia siswa yang malas tapi cukup menghibur di tambah lagi dia bukan anak yang kasar, yang maksa maksa kalau keinginannya tidak di penuhi.

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang