Besoknya...
Hari itu adalah hari dimana una ingin mengenalkan pacarnya kepada kami.
Ntah apakah aku akan tahan melihat cewe yang ku suka bermesraan dengan orang lain di depan mataku sendiri"aduh udah jam berapa ni katanya jam 12 ini udah lewat 15 menit" kataku sambil menyembunyikan kerisauan diwajahku
"una lama dandan kalii"
Putri dari tadi hanya menghitung isi dalam dompetnya
"diitung juga gak bakal nambah" ujar ku
"udah menipis duit akhir bulan"
"ngapain main setuju setuju aja kemarin kalo gak ada uang" aku sedikit kesal padanya
Padahal bagus kalo dia gak setuju jadi kencan ini gak akan terjadi.
"Una sihh, kayaknya semangat banget buat ngenalin si alif"
"eh put mereka kenal dari mana sih"
"katanya sih temen les nya"
"ohh, gimana? " kataku dengan agak gagap
"gimana apanya" tanya putri balik
"rupanya"
"ohh ganteng banget sih kalo dari fotonya cocoklah sama una"
"emang seganteng itu? "
"iya tipe una sih kayaknya"
"emang tipe una gimana? "
"dia suka cowo maskulin gitu, yang badannya atletis dan yang pasti tampan"
Mendengarnya mengatakan itu aku langsung melihat badanku yang kurus ini, rasanya agak menyedihkan
"kalo sifat gimana" aku bertanya lagi
"yang kayak cewe pada umumnya, baik romantis perhatian ya gitu gitu"
Putri kembali melihat lihat isi dompetnya
"ahh coba punya pacar, bisa minta bayarin"
"udah kelas 12 pokus ujian"
"alasan yang terlalu klasik, gak pacaran tapi masih chatingan sama aja boong"
Aku tertawa mendengar alasan putri
Tak lama terdengar suara klakson mobil, kamipun segara ke depan rumah, ternyata itu una yang keluar dari mobil hitam bersama dengan seorang laki laki
Mereka mendekat ke arah kami"maaf ya lama" kata una
"iya gpp kok" putri menjawab dan pandangannya hanya tertuju pada laki laki disamping una
dia seperti terpana melihat laki laki itu"ohh ya lif, ini sahabat aku billy sama putri.
Billy putri ini alif" kata una"alif" katanya sambil menjabat tanganku
"billy " aku menjawab dengan tatapan tajam
"alif"
"putri"
Setelah berkenalan alif mengenggam tangan una. Itu sungguh membuat ku tidak nyaman
"jadikan nontonnya" kata una
"ada film bagus yang lagi tayang, kita nonton itu aja" ucap alif
"bolehh genrenya apa? " putri bertanya
"romantis" jawab alif
"waduhh jadi nyamuk" kata putri
Una dan alif hanya senyum senyum, dan itu membuat ku jengkel, aku hanya diam saja. Ternyata kami pergi dengan mobil yang terpisah, ntah ini buruk atau justru baik, tapi jika tidak mengawasi mereka rasanya aku tidak tenang
"put kok misah sih mobilnya"
"biarin mereka pacaran, kita gak usah ganggu dulu"
"kalo mereka ngapa ngapain gimana"
"udah gede juga"
"udahh stopp aku mau pindah mobil"
"ihh apaan sih bill lebay"
"aku mau ngawasin mereka, biar aman"
"kamu bukan nya jaga tapi malah ganggu"
Aku terdiam mendengar putri bicara seperti itu
"kamu percaya aja una bisa jaga diri kok" sambung putri
Mataku hanya melihat kespion mobil, melihat mobil mereka dari belakang
"put pelan pelan mobil mereka ketinggalan jauh" kataku
"ya allah tenang aja ntar juga ketemu di bioskop"
Aku makin gelisah saja melihat nya dan sepertinya putri melihat kegelisahan dimataku kemudian dia bertanya
"kamu kenapa sih bill? "
"gpp kok" kataku sambil memalingkan wajah
Kemudian kamipun sampai, dan sedang mengantre untuk membeli tiket.
"eh lif kamu punya temen yang ganteng juga gak? " tanya putri
"emmm banyak, kenapa mau dikenalin" jawab alif
"boleh dong" kata putri dengan sangat semangat
"yaudah ntar aku kasih tau dia ya"
Kamipun menunggu pintu teater dibuka
"billy" tiba tiba dia memanggil ku
"apa" kataku dengan ketus
"udah lama kenal una ya, kok bisa temenan sih" tanya nya
"udah lama lupa, tanya una aja" aku menjawab
Wajahnya terlihat seperti canggung, putri kemudian mencubit tanganku
"ehhhh kalian mau popcorn gak? " una bertanya
"boleh" kata putri
"yaudah biar aku sama una aja yang beli" ujar alif
Mereka berdiri dari tempat duduk
"ayo sayang" kata alif sambil merangkul una pergi menjauh dari kami
Saat itu rasanya aku ingin meledak sekali, tapi aku berusaha menahan, aku tidak ingin kami marahan lagi.
"bill, kok kamu kayak seneng gitu sih sama alif dia salah apa" bisik putri
"gak salah apa apa, cuman dia terlalu dekat sama una aku gak suka"
"ihh una tu pacar nya terserah mereka lah mau ngapain"
"baru pacaran bukan nikah" jawabku dengan ketus
"ya tapi tetep aja, jangan gitulah jadi canggung ntar"
"terserah "
Tak lama kemudian una dan alif kembali dengan membawa popcorn dan minuman dingin, sesaat kemudian pintu teater pun terbuka kami langsung masuk, namun aku begitu terkejut saat tau kalau kursi kami misah
"kok misah sihh" aku bertanya dengan nada jengkel
"ehh ituu... " aku melihat alif bingung membuat alasan
"ehh bill ayo cari tempat duduk kita" kata putri sambil menyeretku ke belakang
"bill kalo nemenin orang pacaran ya gini, kamu gimana sih gak enak sama unalah, kamu bertingkah kayak gini depan pacarnya"
"ya udah terserah" aku duduk
Film pun dimulai namun aku sama sekali tidak menatap layar tapi hanya mengawasi una dan alif yang duduk didepan kami, tangan mereka berpegangan terus dari tadi seperti alif takut saja kalo una bakal diculik, benar benar kesal aku melihatnya
"jangan deket banget" aku baru mau ngatakannya pada mereka namun putri menutup mulutku
"biarin aja " kata putri
"tetep aja terlalu deket put, liat tu pipi udah mau nempel ntar kecium gimana"
"shitttt gak usah berisik, ihh payah duduk sama kamu lain kali aku mau bawa cowo aja"
"kok gitu sih"
"orang pacaran emang gitu bill, kalo gak kuat mending gak usah di liat"
KAMU SEDANG MEMBACA
Silent
Teen FictionPernah gak 1. Suka sama seseorang tapi malu mau bilang? 2. Ngerasa gak cukup baik buat si dia? 3. Suka sama orang tapi dianya udah ada yang punya? Cerita ini bukan cerita biasa ini bukan tentang kisah cinta atau kisah kasmaran dimasa muda Tapi leb...