chapter 27: Galau

24 2 0
                                    

Begitupun aku, karena hari itu sudah lumayan sore aku pulang.
Ternyata nasibku sedang tidak bagus hari itu, kak andi datang ke rumah dan aku bisa menebak apa yang akan terjadi ketika aku masuk rumah.

"dari mana" tanya nya

"abis belajar dari rumah temen" jawabku

"beres beres dulu sana, ada yang mau kakak omongin"

Aku mengangguk, dan segera ke kamar
Setelah selesai aku langsung ke meja makan karena memang waktunya untuk makan malam.

"bill semester ganjil udah mau abis, udah ada rencana belum" tanya kakakku

"rencana apa? "

"universitas "

"masih di pikirin"

"kakak sarani kamu ikut ikatan dinas aja, kayak stis kalo gak stan"

"kenapa"

"pas lulus langsung kerja, terus langsung pns lagi"

"gak mau ah"

" lah kok gak mau"

"gak mau aja"

"emang kamu mau ngambil apa?"

"masih di pikirin"

"ambil ITB aja kalo gitu deket, atau ambil kedokteran "

"masih di pikirin"

"udah ntar aja bahas itu, makan dulu" tiba tiba ibu menengahi percakapan kami

Setelah makan malam selesai, aku duduk duduk di depan rumah memandang bintang yang bertaburan di langit. Tiba tiba aku ingat ketika Una mengatakan jika di ingin mengambil hukum di UI.
Di pikiran ku terlintas begitu banyak pertanyaan, apakah setelah lulus sma aku akan tetap bisa bersamanya, apakah kami akan dekat seperti ini selamanya walau berjauhan. Memikirkan nya saja membuatku sakit kepala.

Esok harinya, saat aku baru tiba dan hendak duduk una datang dengan wajah cemberut dan seperti lesu

"kenapa na, pagi pagi udah ke sini"

"putri mana? " tanya nya

"you can see belum dateng"

"ohh" katanya

"kok mukamu kusut gitu, lagi kesel kah? "

"mau cerita ni"

"cerita apaan"

Tak lama putri masuk ke kelas

"putriiiiiiiii" teriak una sambil memeluk putri

"ihhh kenapa nihh"

"masalah semalem"

"belum kelar juga"

"masalah apaan" tanyaku

"duduk dulu" ucap putri

"ada apaan sih" aku kembali bertanya

"alif marah sama una" kata putri

"ahhhhhh gimana nihhh" katanya seperti mau menangis

"emang kenapa bisa marahan, kemarin di jemput sekarang marahan gimana sih" ucapku

"jadi semalem kan lagi telponan, terus aku suruh dia belajar, tapi dia malah mau main game. Aku nasehatin terus dia cuman bilang iya iya aja, terus aku gak sengaja bandingin dia sama billy abis itu telponnya di matiin dan chat aku gak di baless" jelas una sambil mengusap ngusap matanya

"kamu sih, cowo tu gak suka tau gak di banding bandingin" ujar putri

"terus dia bilang, kalo mau yang pinter sama billy aja sana, aku mah bodoh" sambung una

"yaudah mau di gimanain lagi" kataku santai

"ahhhhhh gimana nihhh"

"udah di jelasin belum"tanya putri

"udahh tapi gak di bales"

"tunggu mungkin dia butuh waktu buat mikir" kataku

"mikir apa"

"mau. Lanjut atau ngga" sambungku

"ahhhhh gimanaaaaaaa"

"kok alif bawa perasaan banget sih, udah minta  maaf juga" ujar putri sambil mengelus kepala una

"aku emang salah, mulut ku sembarangan ngomong kan dia jadi sakit hati"

"mau aku bantuin ngomong gak? " kata putri

"jangan deh put, ntar kesannya kamu ikut campur" jawab una

" yaudah terus gimana, ini si alif juga sok kegantengan banget orang udah minta maaf sok gak mau maafin" ucap putri

"udahh" kata una

Tikkkkk.. Tikkkktik..

Bell masuk kelas berbunyi kamipun masuk kelas, namun guru gak masuk untuk mengajar dan otomatis dong kami gak belajar

"ehh lagi ngapain nih" tiba tiba raka duduk di meja depan aku dan putri

"lagi baca buku, oh iya ka, maaf ya kalo kemarin kemarin aku bentak kamu" kataku

"santai tau kok kalo lagi patah hati"

"patah hati? "tiba tiba putri melihat ke arahku

"apaan bukan patah hati, sembarangan ngomong" kataku melotot ke arah raka

"ehh salah ngomong, maksudnya pas lagi berantem sama kamu put, si billy kesel gituh"

"jauh banget kata kesel dan patah hati" jawab putri curiga

"kan salah ngomong putt"kataku berusaha meyakinkan putri

Putri berdiri dan berjalan keluar

"eh put mau ke mana marah ya? "

"engga mau ke wc" katanya sambil melanjutkan jalannya

Dasar putrii

"bill gimana kamu sama viona? "

"ya gitu aku belum sempet bilang"

"aduhhh sampe kapan mau di pendamm"

"pak amin bilang sama aku kalo lebih baik kita gak usah bilang apa apa"

"kok gitu sih, harus di ungkapin lah"

"kalo memang aku mencintainya, aku akan simpan dia dalam hati, dengan begitu dia gak akan hilang"

Mendengarku mengatakan itu raka ternganga

"wahh gilaaa baru tau kamu pinter bikin quotes"

"quotes apaan itu bisikan hati" jawabku

Dia tertawa, namun tawanya berhenti saat melihat raut wajahku

"tapi tetap aja sih bill menurut aku una harus tau"

"kalo pengakuanku bakal bikin persahabatan kami hancur, mending aku pendem aja"

"yakin mau sakit selamanya? " tanya raka

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang