chapter 20: Aku juga manusia

51 3 4
                                    

Aku menghela nafas

"putri tidak salah apa apa" ucap pak amin

"kurasa dia sudah membenciku "

"kurasa iya jika kamu tidak minta maaf padanya"

"dia merahasiakan kalo viona sudah punya pacar"

"mungkin dia baru berniat memberi taumu nanti bill"

"aku marah karena dia selalu saja bercanda dan kadang candaannya itu menyakitkan bahkan dia menganggap remeh saat aku marah"

"begitulah perempuan, lebih baik dia bicara buruk tentangmu didepan dari pada dibelakangmu"

Pak amin menepuk bahuku

"kamu itu laki laki jangan terlalu di ambil hati, perkataan perempuan "

Aku memandang langit yang begitu cerah hari itu, panas terik matahari menyelimuti lapangan. Tak terasa bell pun berbunyi

"katakan kamu menyesal dan saling berbaikanlah, kamu gak mau kan pertemanan kalian selama 3 tahun hancur karena hal ini"

Aku menganguk

"yaudah masuk kelas"

Aku masuk ke kelas terlihat putri yang memindahkan tasnya. Dia duduk di samping maya, aku memalingkan mata darinya. Dan duduk di mejaku

Tikk. Tikkk. Tikkkkk......

Bell pulang sekolah berbunyi
aku berjalan ke arah parkir tiba tiba una dan putri datang menghampiriku
Una membawa kami ke pohon tempat kamu biasa duduk.

"Kalian kenapa sih" tanya una

Kami berdua diam

"kalo kalian bisu begini gimana masalah mau selesai, kan udah janji kalo ada masalah selesaiin kepala dingin, pada lupa ya"

Tiba tiba putri memeluk una dan menangis dia terus menangis dan menangis aku merasa tidak enak hati, karena sudah membuat seorang gadis menangis

"sudah put" una mencoba menenangkannya

"bill kamu ngomong apa sih tadi" una bicara dengan nada yang agak menakutkan

Aku terus saja tak bisa bersuara aku takut bila aku bicara aku akan terpancing amarah dan meluapkannya pada una juga.

"ada apa denganmu, jawab saat aku bicara memangnya apa yang kamu mau" ucap una dengan penuh amarah

"aku marah pada kalian berdua apa kurang jelas? " aku menjawab dengan nada tinggi sehingga una terkejut

"memangnya apa yang kami lakukan"

Aku tidak sengaja berkata seperti itu
Aku benar benar sudah terbawa emosi

"memangnya harus aku sebutin salahmu apa"

Una terdiam

"salahmu malam saat aku mengantarkan telponmu ke rumah, aku baru tau kalau kau udah jadian sama alif, aku cuman butuh penjelasan kenapa kalian gak ngasih tau aku. Haruskah aku jadi yang terakhir untuk tauu. Bahkan saat itu kamu mengacuhkanku dan sibuk telponan padahal aku udah jauh jauh nganterin telpon kamu na. Kamu bener bener gak tau cara ngehargain usaha orang ya.
Aku bahkan tidak tau pria yang kamu pacari sekarang pria baik atau sama saja seperti si brengsek abel" kataku dengan meluapkan semua emosi ku

"salah putri, aku cuman butuh penjelasan kenapa dia juga nyembunyiin dari aku padahal dia tau dan aku pernah tanya tapi apa dia gak peduli tuh, setiap saat duduk barengan main bareng, sulit ya ngomong masalah hal itu aja, dia menghinaku, aku tau aku memang orang cupu yang tidak punya pacar atau pengalaman tapi bukan berarti dia nganggep aku laki laki bodoh gak ngerti masalah ginian" sambungku

Raut muka mereka langsung berubah dari marah menjadi merasa bersalah

"kalian pikir aku selama ini diem aku gak ngerti masalah ginian, aku juga manusia punya hati"

Aku langsung pergi meninggalkan mereka ntah apa yang kupikirkan sampai kata kata itu keluar dari mulutku. Walaupun itu aku merasa sangat menyesal telah mengatakan itu, rasanya aku ingin menarik lagi kata kata kasarku pada mereka

SilentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang