Aroma Keenam - Selamat Ulang Tahun, Masa Lalu

87 14 0
                                    

Mei, tahun ke sekian.

Aku sedang menata hati sekarang. Tepatnya di bulan Mei ini. Aku sadar, tenggelam dalam sedih adalah hal terbodoh yang pernah aku lakukan. Karena kau hanya hadir sebagai seorang penjanji sekaligus pengingkar.

Aku pernah senang, saat kita sedang mengukir cerita yang menghangatkan hati sambil menikmati es krim coffee latte di bawah pohon di taman, lalu kamu dengan tenangnya memetik melodi gitar lagu kesukaanku.

Memang benar, ya? Jangan terlalu mencintai seseorang terlalu dalam karena kalau sudah berakhir, jatuhnya adalah patah hati juga. Tapi sekarang aku tidak menyalahkanmu atas ini.

Kamu tahu? Mengenalmu kini aku menjadi gadis yang lebih kuat lagi. Meski pernah bermandikan air mata karena menganggapmu sebagai orang yang berarti tapi sekarang hanya meninggalkan beberapa jejak yang tak seberapanya aku ukir di sini.

Aku tak tahu di mana keberadaanmu sekarang dan aku pun tak mau tahu. Aku tak membencimu seperti kataku sebelumnya. Hanya saja, ini adalah kali pertamanya aku gagal dalam menjalin sebuah hubungan meskipun tidak sampai pada sebuah status yang berarti, membuatku enggan untuk kembali mengenal orang yang sama.
Lebih tepatnya, aku butuh waktu sampai aku benar-benar siap untuk melihatmu lagi sebagai orang asing (mungkin) suatu nanti.

Terakhir kuucapkan sekali lagi...

Terima kasih telah menghadirkan hati kecil yang mencintai, hati kecil yang terluka dan hati kecil yang (berusaha) untuk melupakan serta hati kecil yang kembali takut, walau hanya sekadar untuk memulai dari awal saja.
Jika kamu ingin membantuku untuk berbahagia lagi, maka jangan kembali lagi di hadapanku untuk sekarang.

Salam patah hati untuk kamu yang juga sedang patah hati!

Aku bersyukur bulan dan tahun berlalu tanpamu setelah kejadian kecupan senja tempo hari. Akhirnya aku sampai pada tahap ini.
Mari kita jalani kehidupan kita masing-masing.
Walaupun kita sudah berbeda; tentang jarak, hubungan, serta sekat yang tercipta tapi setidaknya kita masih memiliki mimpi yang sama.
Hidup bahagia dengan orang yang kita cintai dan mencintai kita kelak dengan tulus.

Sekarang, sudah tak ada celahku untuk menyalahkanmu yang sudah meninggalkan luka untukku.
Waktu ternyata secara perlahan mulai mengobati luka itu dan dalam hatiku ternyata ada sisi yang seperti batu perlahan ikut mengubur luka itu.
Kini, aku harus membuka lembaran baru tanpamu.

Apa pun peninggalanmu; tentang tawa, luka, air mata, lelucon dan apa pun itu akan aku simpan sebagai kenangan yang mungkin tidak pantas untuk dikenang. Rasanya sedikit lega. Yang menyekat hatiku selama bertahun-tahun ini mungkin saja bisa hilang andai aku mau berusaha kuat untuk menghapusnya.

Kamu tahu? Aku tersenyum saat menulis ini. Senyum tulus pertama yang kuberikan saat menulis tentangmu.
Kamu yang memilih pergi, karena hatimu yang memilih.
Menahanmu untuk tetap berada di genggamanku dan nyatanya hatimu memilih yang lain sama saja aku menciptakan luka untukku sendiri.

Berbahagialah di sana, Ndre. Dengan pilihanmu, di belahan mana pun kau berpijak di atas bumi ini.
Jika saja waktu mempertemukan kita adalah waktu di mana aku sudah benar-benar siap.
Anggap saja setelah hatiku benar-benar sembuh.
Semoga kita bisa menjadi teman.
Ingat, ya! Tentang takdir ini, tak ada celah untukku menyalahkanmu lagi. Untuk enam tahun bersama, terima kasih!

Jika sekarang ini kamu sudah menemukan kebahagiaan baru, seseorang yang baru, yang kini kamu genggam tangannya; jangan kamu seduhkan luka yang sama dengan yang kurasakan dulu.
Buatlah dia lebih bahagia dariku.

Kuat Untuk Sebuah PatahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang