Anak-anak tersenyum menatap sosok wanita yang kini sedang membagikan beberapa snack. Begitu anggun dan keibuan. Beberapa anak bahkan ada yang bergelayutan pada sosok wanita dengan turtle neck yang dibalut coat bernada cokelat pekat itu.
Setelah menyerahkan bantuan berupa sejumlah ung yang cukup besar, Jisoo pun memberikan beberapa makanan pokok dan juga snack pada anak-anak yang ada di panti asuhan tersebut.
Tersenyum manis dengan wajah yang tegas. Membuat kesan cantik dan berwibawa dalam waktu yang bersamaan.
"Terimakasih karena telah mau datang ke tempat kami." Ucap seorang wanita paruh baya. Ketua panti asuhan yang saat ini sedang disambangi oleh Jisoo.
Wanita yang sedang bercengkrama dengan seorang anak berusia sekitar lima tahun itu lantas berdiri dari posisinya yang sejajar dengan sang bocah. Menatap wanita paruh baya yang kini berdiri di hadapannya.
"Tidak, bu. Aku yang seharusnya berterima kasih." Ujar Jisoo dengan nada yang kelewat lembut. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira bahwa dia adalah sesosok wanita jelmaan malaikat. Begitu sempurna. Cantik dan baik.
"Siapapun yang akan memilihmu kelak menjadi walikota, aku yakin mereka tidak akan menyesal dikemudian hari. Begitupun denganku." Tangan ringkih itu menyentuh lengan Jisoo. Disambut dengan senyum hangat dari wanita dengan gaya rambut ponytail itu.
"Terimakasih banyak, bu." Jisoo tersenyum penuh arti sambil memegang tangan wanita paruh baya itu.
Setelah semua kegiatan selesai, akhirnya Jisoo dengan beberapa karyawannya pamit dari panti asuhan itu.
Sebelum kembali ke kantor, Jisoo pergi ke salah satu toko perhiasan. Berniat membeli beberapa aksesoris. Mencari benda-benda mungil dan bersinar terang. Berlian yang membuat mata siapapun yang menatap akan terasa silau.
Memilih beberapa perhiasan yang tertata rapi didalam etalase. Hingga ada suara berat yang memanggil namanya. Membuat dirinya terlonjak kaget.
"Hai, Kim Jisoo.." wanita itu menoleh sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Sedang membeli perhiasan, hmm?" Lanjut seorang lelaki dengan stelan jas rapi sambil tersenyum asimetris. Kulit putih pucatnya begitu serasi dipadukan dengan rambut abu-abu gelapnya.
Berjalan menghampiri Jisoo yang sedang berdiri di hadapan etalase perhiasan. "Apakah penting bagimu untuk mengetahui kegiatanku saat ini?" Tanya Jisoo dengan sarkas. Tubuhnya kembali menghadap ke arah etalase yang berisi perhiasan berkilauan.
Wajah tampan sang lelaki tidak membuat Jisoo ingin berlama-lama menatapnya.
Sang lelaki mendekatkan tubuhnya pada Jisoo. Menempatkan tubuh yang tidak terlalu tinggi itu disamping sang wanita cantik yang mengacuhkan dirinya. Lebih memilih menatap beberapa perhiasan mewah dibanding wajah tampannya.
"Tentu saja penting. Kau adalah rivalku, Kim Jisoo." Jisoo masih mengabaikan omong kosong dari lelaki yang kini menghadap ke arahnya. Sikutnya ia letakkan diatas etalase, dengan tangan yang menopang dagu. Menatap sosok wanita yang sedang mengabaikannya.
"Lantas kau mau apa?" Tanpa menoleh pada lawan bicaranya, wanita itu bertanya dengan nada malas. Kemudian wanita itu memanggil salah satu pelayan, ketika dia tertarik dengan sebuah liontin berbentuk hati dengan berlian yang begitu terang.
"Apa kau baik-baik saja setelah ditinggal oleh suamimu?" Tanya lelaki itu dengan alis yang terangkat sebelah. Terlihat seperti sedang menyepelekan sang lawan bicara.
Jisoo menghentikan aktivitasnya sejenak. Mata yang sedari tadi mengamati berlian yang begitu mewah kini menatap lawan bicaranya dengan lekat. Matanya menatap nyalang.
"Apa kau bercanda? Mana ada wanita yang baik-baik saja setelah ditinggal mati oleh suaminya?" Nada bicara Jisoo makin tinggi. Mengundang tawa renyah dari lelaki dengan deretan gigi rapi yang terlihat gemas.
"Hey, tenang.. aku hanya bertanya. Karena kau tidak terlihat sedih, kau terlihat semuanya seolah baik-baik saja. Aku tau Taehyung itu lelaki seperti apa. Aku tahu kalau dia—"
"Cukup! Hentikan semuanya, Yoongi! Aku tahu kita berdua adalah rival. Tapi jangan pernah membawa masalah pribadi kedalam pertarungan kita!" Jisoo berteriak, membuat beberapa pelayan terkesiap. Tidak menyangka bahwa wanita lemah lembut dan anggun itu akan berperilaku seperti itu.
Membuat beberapa karyawannya yang menjaga diluar toko pun berlari masuk setelah mendengar suara teriakan dari Jisoo.
Tapi tidak dengan Yoongi. Rival Jisoo, satu-satunya saingan wanita itu dalam pencalonan walikota. Lelaki putih pucat yang membuat Jisoo naik pitam itu hanya tersenyum menang. Terkesan seperti meledek.
"Ada apa nona?" Tanya salah seorang karyawan yang baru saja sampai diantara kedua pasang rival tersebut. Jisoo hanya terlihat menahan emosi, dadanya naik turun mengatur napas.
"Aku tahu segalanya tetang Taehyung, Kim Jisoo.." Yoongi berbisik pada Jisoo, kemudian melambaikan tangannya dan berjalan menjauh dari tubuh mungil sang wanita yang masih bergetar itu.
"Sialan!" Umpat Jisoo dengan perlahan. Merasa dirinya sedang dipermalukan oleh lelaki keparat yang menjadi saingannya dalam pencalonan walikota.
Niatnya untuk membeli perhiasan pun hilang sudah. Dirinya sudah tidak berselera untuk berada ditempat itu. Jisoo kemudian pergi darisana, diikuti oleh beberapa karyawannya.
Keadaan didalam mobil begitu hening. Jisoo yang duduk di bangku penumpang sedang tertunduk lesu. Mengingat ucapan lelaki dingin yang tadi sempat membuat dirinya tersulut amarah.
Sementara didepan sana, Namjoon sedang mengemudi mobil dengan perasaan yang tidak tentu. Melihat atasannya gelisah tentu membuat dirinya tidak tenang.
"Nona, apa kau baik-baik saja?" Akhirnya Namjoon mengeluarkan suaranya setelah kebungkaman selama beberapa menit. "Apa aku terlihat seperti itu?" Tanya Jisoo dengan malas.
Wanita itu kemudian mengambil ponsel di dalam tasnya. Mengotak-ngatik benda pipih itu tanpa melakukan aktivitas yang berguna. Hanya masuk ke aplikasi line, kemudian keluar. Masuk ke instagram, kemudian keluar. Tweeter, facebook dan semua aplikasi yang ada di ponselnya.
Hingga sebuh panggilan masuk kedalam ponsel pintarnya. Sebuah nomor tidak dikenal. Jisoo kemudian menjawab panggilan tersebut
"Hallo ini aku, Min Yoongi. Maap jika tadi aku membuatmu emosi. Tapi aku ingin memberikan sebuah tawaran untukmu. Hmm begini Jisoo, aku tahu tentang suamimu. Taehyung. Aku tahu hal apa saja yang pernah dia lakukan. Semuanya, tanpa terkecuali. Hehe"
"Lalu apa maumu, Yoongi? Cepat katakan, jangan main-main denganku"
"Begini, aku hanya ingin kau mundur dari pencalonanmu. Kau tahu kan? Menurutku, tidak sebaiknya wanita menjadi seorang pemimpin. Serahkan semuanya padaku, atau aku akan membongkar semua kelakuan Taehyung"
"Kenapa kau mengancamku seperti itu? Apa kau begitu yakin kalau kau akan kalah dan aku yang akan menang?"
"Tidak, bukan begitu. Aku hanya kasihan padamu. Aku takut jika kasus yang pernah Taehyung lakukan akan membuatmu kesulitan"
"Memangnya apa yang kau ketahui tentang mendiang suamiku?"
"Hahahahaha"
Jisoo tertegun mendengar suara gelak tawa dari lelaki pucat di seberang sana. Maniknya kemudian beralih pada kaca spion, matanya bersibobrok dengan mata Namjoon. Hingga Namjoon mengalihkan pandangannya dari Jisoo.
"Apa yang kau ketahui tentang Taehyung?"
"Semuanya.. semuanya, cantik. Bagaimana?"
"Jangan pikir kau bisa mengancamku dengan kata-katamu itu, tuan Min"
"Baiklah kalau begitu, jangan salahkan aku jika sesuatu terjadi pada dirimu"
Sambungan diputuskan sebelah pihak oleh Yoongi. Membuat Jisoo kembali memijat pangkal hidungnya. Memikirkan apa yang akan terjadi kedepannya. Sedikit memikirkan apa yang diucapkan oleh Yoongi.
Sejauh mana lelaki itu mengenal Taehyung?
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [M]
Fanfiction[COMPLETED] Harta, tahta, wanita. Hanya Jisoo yang bisa memberikan tiga hal itu sekaligus. Wanita pintar dengan segala ambisi yang memenuhi hidupnya, terlalu sempurna untuk menjadi seorang budak cinta.