20

2.7K 246 24
                                    

Jungkook berjalan gontai menuju gedung apartemen miliknya. Setelah tubuhnya diobati oleh Jisoo, pria Jeon itu memutuskan untuk pulang. Sesekali Jungkook tersenyum disela-sela langkah kakinya.

Hingga seseorang menghentikan langkahnya, berdiri dengan seenaknya dihadapannya. Maniknya dengan segera menatap presensi seorang pria yang kini sedang tersenyum licik padanya.

"Halo, Jeon Jungkook." Jungkook menatapnya dengan datar. Wajahnya tidak mengeluarkan sedikitpun ekspresi. "Ada perlu apa kau mendatangi apartemenku?"

Pria pucat dengan kemeja berwarna navy itu tertawa menggelegar mendengar penuturan Jungkook. "Hey, jangan kasar begitu. Aku kesini mau mengajakmu minum kopi, kau mau?"

"Tidak, katakan saja apa maumu?"

"Hey, ayolah jangan kaku begitu. Aku tahu semua tentang dirimu, Jeon Jungkook. Jadi bagaimana jika aku bocorkan rahasiamu itu pada Jisoo, hmm?"

Jungkook mengepalkan tangannya kuat. Ingin meninju pria yang kini sedang tersenyum menyeringai dihadapannya itu. Tapi niatnya harus ia urungkan karena jika tidak, maka dia akan berada di posisi yang rumit.

Jungkook dan Yoongi duduk di sebuah cafe yang dekat dengan apartemen Jungkook.

"Apa yang ingin kau bicarakan? Langsung saja, karena aku tidak punya banyak waktu."

"Baiklah, jika kau ingin aku menyampaikan keinginanku. Bagaimana jika kita bekerja sama?"

Yoongi tersenyum penuh arti, sementara Jungkook masih belum memahami kemana arah pembicaraan pria itu.

"Tolong katakan dengan jelas, aku tidak suka diberi kode."

"Jangan pura-pura polos dihadapanku. Aku sudah pernah bilang padamu bahwa aku tahu kau adalah seorang agen BIN yang sedang mencari informasi tentang Taehyung, dan aku tahu bahwa Taehyung masih hidup. Kau mencarinya untuk diserahkan pada atasanmu, 'kan? Ingat kejadian saat di bandara? Jisoo langsung menghubungiku. Dia menuduhku yang menyebarkan foto Eunso yang berada satu frame dengan Taehyung. Dia benar-benar menuduhku atas semua kesialan yang menimpa dirinya. Justru semua kesialan itu berasal dari suaminya sendiri. Jadi bagaimana jika kita bekerja sama?"

Jungkook mengamati Yoongi dengan lekat. Wajah dinginnya, kulit pucatnya, senyum liciknya. Masih teringat di kepalanya bagaimana pria itu memperlakukan Jisoo.

"Tidak. Aku tidak butuh rekan untuk bekerja sama. Kalaupun aku membutuhkan bantuan, jelas aku tidak akan mencarimu." Yoongi bertepuk tangan mendengar penuturan Jungkook. "Tapi, kenapa? Padahal jika kita berdua bergabung, Kim brengsek itu akan lebih cepat diringkus."

"Aku tidak menyukaimu." Pungkas Jungkook. Yoongi menaikkan sebelah alisnya sebelum detik berikutnya tertawa lepas. "Jika kita bekerja sama, bukan berarti kau harus menyukaiku, 'kan?"

•••••••

"Kenapa kau membatalkan pertemuan kita?"

"Kau gila, Tae! Aku baru saja diserang di bandara, dan kau tahu? Kau tahu itu semua karena ulahmu!"

"Kalau begitu, biarkan aku yang menemuimu. Tunggulah aku."

"Tidak, Tae! Jangan membuat semuanya semakin berantakan. Kumohon.."

"Kalau begitu, cepat datanglah padaku. Aku sangat merindukanmu."

Jisoo kemudian menutup sambungan teleponnya. Air matanya mengalir deras, tidak pernah terpikir olehnya jika ia akan dihadapkan dengan situasi rumit seperti ini.

Belum lama panggilan diakhiri, benda pipih milik Jisoo berdering kembali. Sambil malas, Jisoo menjawab teleponnya tanpa menunggu lama.

"Sudah kubilang tunggu aku datang kesana, tolong mengertilah!"

Ineffable [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang