Beberapa kali Jisoo menghubungi nomor pria menyebalkan bernama Min Yoongi itu, tapi tidak ada jawaban sama sekali.
Jisoo tahu betul bahwa pria itulah yang menyebabkan semua kekacauan ini. Hingga ponsel Jisoo berdering. Dengan malas wanita yang kini sedang kacau itu menjawab panggilan tersebut.
"Nona, kau dimana? Sudah lihat berita pagi ini?"
"Ya, tentu saja. Aku dan Namjoon sedang dalam perjalanan ke kantor. Aku akan mengadakan konferensi pers siang ini. Tolong urus semunya sebelum aku datang."
"Baiklah, nona. Apa kau baik-baik saja?"
"Apakah pertanyaan itu membutuhkan jawaban setelah apa yang terjadi pagi ini?"
"B-bukan begitu, nona. Aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku tidak ingin kau mengalami masalah."
"Akan ku usahakan. Ayo cepat bereskan pekerjaanmu saja."
"Baiklah."
Jisoo mengakhiri panggilan dengan bocah Jeon itu. Sikapnya memang kadang-kadang menyebalkan. Bagaimana bisa dia bertanya hal macam itu saat situasi sedang genting.
"Nona, kupikir kita harus melakukan rencana B." Ujar Namjoon memberikan saran. "Tentu saja, aku tidak mau semuanya berjalan dengan sia-sia."
Jisoo kemudian melakukan panggilan telepon, lagi. Wanita itu harus menelepon beberapa rekannya agar berita besar itu tidak semakin meluas.
••••••••
Jisoo berjalan masuk kedalam ruangannya. Diikuti oleh Jungkook dibelakangnya. Semua persiapan telah selesai, tinggal tersisa waktu satu jam saja untuk menuju ke acara konferensi pers.
"Nona, apa yang sebenarnya terjadi? Apakah benar mendiang suamimu memiliki perusahaan prostitusi online?" Tanya Jungkook ketika Jisoo baru saja mendaratkan bokongnya di sofa berwarna cokelat gelap miliknya.
Tidak ada jawaban dari sang wanita. Matanya hanya menatap nyalang pada Jungkook. Membuat pria Jeon itu mengeluarkan ekspresi wajah tanpa dosanya. "Maapkan aku, nona. Aku hanya ingin tahu saja apakah yang diucapkan mereka benar atau tidak. Aku hanya ingin menjagamu. Aku tidak ingin kau terluka."
Air muka Jungkook berubah menjadi cemas. Benar-benar terlihat khawatir. "Serahkan semuanya padaku, Jung. Aku baik-baik saja." Jisoo mencoba tegar, menenangkan Jungkook yang sedang cemas.
"Tidak, nona. Aku tahu betul dirimu. Walaupun aku ini baru bekerja sebagai bodyguardmu. Tapi aku tahu betul karaktermu," Jungkook menjeda ucapannya. Membuat Jisoo menatap pria yang kini berdiri disampingnya itu.
"Kau memang terlihat kuat dan tegar, nona. Tapi aku tahu didalam sana, kau hanyalah seorang wanita biasa. Aku tahu kau begitu tertekan, sesekali kau harus menangis. Kau harus mengeluarkan emosimu. Jangan dipendam sendirian, nona. Aku bersedia menjadi tempatmu berkeluh kesah. Percaya padaku."
Jisoo beranjak dari posisi duduknya. Merasa bahwa Jungkook benar-benar peduli padanya. Tubuh mungil itu kemudian berjinjit, memeluk sang pria dengan erat. "Terimakasih karena telah peduli padaku, Jung." Air mata lolos dari manik indah Jisoo. Tubuh itu sedikit bergetar. Membuat Jungkook melepas pelukan itu dan menatap wanita yang kini ada di hadapannya.
"Ya, begitu nona. Menangislah. Walaupun tidak akan menyelesaikan masalah, tapi setidaknya bisa membuatmu tenang." Jungkook kembali mendekap erat tubuh Jisoo. Gelenyar aneh berdesir didalam tubuh lelaki Jeon itu.
Ada apa dengan diriku?
Jungkook mencoba menepis segala pikiran aneh yang terlintas dikepalanya. Tapi entah kenapa, ada perasaan senang melihat Jisoo menangis seperti ini di hadapannya. Wanita yang selalu terlihat kuat dan angkuh, kini pertahanannya runtuh dihadapan seorang Jeon Jungkook. Bodyguard pribadinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ineffable [M]
Fanfiction[COMPLETED] Harta, tahta, wanita. Hanya Jisoo yang bisa memberikan tiga hal itu sekaligus. Wanita pintar dengan segala ambisi yang memenuhi hidupnya, terlalu sempurna untuk menjadi seorang budak cinta.