3

4.3K 318 15
                                    

Seorang pria dengan rambut pink ke-oren-an sedang duduk disebuah kursi bar salah satu longue eksekutif di sudut kota Seoul. Bibir tebal dan penuh itu sesekali menenggak segelas wine sambil menunggu seseorang yang ingin dia temui.

Manik hazelnya kemudian menatap lekat arloji seharga rumah mewah yang melekat dipergelangan tangan kirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Manik hazelnya kemudian menatap lekat arloji seharga rumah mewah yang melekat dipergelangan tangan kirinya. Sesekali jari-jari yang mungil itu mengetuk-ngetuk meja bar, bosan melanda. Kendati sudah hampir dua jam pria dengan kemeja putih itu menunggu.

Menunggu wanita yang begitu ingin dia temui. Sosok wanita yang selalu membuatnya kepayang. Rela jika harus menunggu berjam-jam lamanya demi bertemu dengan pujaan hatinya.

Hingga ketukan heels masuk kedalam gendang telinga. Tahu betul irama langkah kaki yang kini menghampirinya itu. Hingga menampilkan senyum di bibirnya, membuat matanya membentuk bulan sabit. Hampir hilang.

Wanita dengan dress merah berlengan panjang itu duduk disamping pria yang sudah menunggunya sedari tadi. Jisoo tampak begitu elegan. Dirinya begitu sangat menyukai warna merah. Menurutnya merah itu kuat, mencerminkan sosok dirinya.

"Ada apa kau mengajakku bertemu, Park Jimin?" Jisoo mulai membuka suara. Kendati tidak ingin berlama-lama berhadapan dengan pria yang kini sedang tersenyum nakal padanya.

"Apalagi menurutmu?" Jimin mengedipkan matanya, genit. "Aku tidak punya banyak waktu." Pungkas Jisoo yang dibalas kekehan ringan dari Jimin. "Kau sedang sibuk? Malam-malam begini? Ayolah.." jari mungil pria itu terulur, hendak menggapai wajah cantik nan mulus milik Jisoo. Tapi dengan sigap wanita itu menepisnya.

"Jangan macam-macam padaku, Jim!" Jisoo mulai tersulut emosi. Pasalnya mereka bertemu di tempat umum. Walaupun longue tersebut eksekutif sehingga tidak sembarangan orang yang bisa masuk, tetapi dia tidak ingin reputasinya buruk.

Jimin kemudian mendekatkan tubuhnya pasa Jisoo. Mengikis jarak diantara keduanya. "Hey, jangan galak begitu. Aku jadi ingin.. menerkammu." goda Jimin sambil berbisik seduktif. Membuat Jisoo meremang, darah ditubuhnya berdesir dengan cepat.

"Hentikan.. Jim—" Jisoo benar-benar tidak bisa membiarkan Jimin memperlakukannya seperti ini terus. Bisa-bisa Jisoo bisa terperangkap dalam pesona seorang Park Jimin, lagi.

"Kenapa? Bukankah sekarang kau sudah menjadi.. eumm janda? Bukan begitu?" Jimin menjilat bibir bawahnya. Menambah kesan sexy pada bibir tebalnya itu. Membuat Jisoo mati-matian menahan hasratnya.

"Kalau begitu, tidak ada seorangpun yang berhak atas status kepemilikan dirimu." Lanjut Jimin dengan mantap. Membuat Jisoo memiringkan kepalanya. Tidak mengerti dengan apa yang diucapkan Jimin.

"Apa yang kau maksud?" Jisoo menatap lekat manik hazel memabukkan sang pria. "Ayolah, kupikir kau tidak terlalu bodoh untuk mengetahui apa yang ku maksud—" Jimin menenggak kembali alkohol miliknya.

"Begini, statusmu saat ini adalah single. Begitupun aku. Jadi, kupikir tidak ada salahnya lagi jika kita kembali bersama?" Jimin mulai menampakkan wajah seriusnya. Berharap jawaban yang akan diucapkan oleh sang wanita seperti harapan dirinya.

Ineffable [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang