12

3.1K 260 15
                                    

Jisoo terbangun, pukul sebelas lewat tiga puluh menit. Merentangkan tubuhnya, merasa pegal setelah melakukan permainan dengan Jimin.

Hatinya kini tengah berkecamuk. Jisoo merasa sudah menghianati Taehyung dengan bercinta bersama Jimin. Apalagi Jisoo sudah tidak mencintai Jimin; mantan kekasihnya itu. Jisoo hanya menginginkan kepuasan saja, tidak lebih.

Jisoo merasa dirinya menjadi wanita jahat karena menyakiti dua pria sekaligus. Taehyung dan Jimin. Walaupun kini Taehyung sudah tak lagi bersamanya.

Wanita itu berjalan gontai memungut seluruh pakaiannya untuk kembali ia pakai. Malam ini dia akan pulang kerumahnya, meninggalkan Jimin yang sedang tertidur pulas.

Entah apa yang ada di pikiran Jisoo ketika dirinya tiba-tiba menghampiri Jimin dan mengajaknya bercinta. Benar-benar sudah tidak waras.

Setelah penampilannya rapi, Jisoo melenggangkan kaki keluar dari kamar. Pandangannya tertuju pada ponsel pintarnya, ketika tungkai yang mulus dan jenjang itu sampai dilorong hotel.

Tidak ada satupun pesan atau panggilan dari Jungkook. Padahal tadi dia menyuruh pria itu untuk menunggunya disana. Tapi sekarang pria mirip kelinci itu tidak terlihat batang hidungnya.

Akhirnya Jisoo memutuskan untuk pulang sendiri. Wanita itu mencoba menelepon Namjoon, tapi pria Kim itu tidak menerima panggilan Jisoo. Entahlah, mungkin pria itu sudah tertidur.

Akhirnya Jisoo memutuskan untuk naik taxi. Karena terlalu gengsi untuk menghubungi Jungkook. Jisoo terlalu malas dengan pria itu. Merasa bahwa dirinya dipermainkan oleh seorang Jeon Jungkook.

Jisoo berjalan menuju lobi hotel, netranya menangkap sosok pria yang begitu dia kenal. Senyuman licik terukir di bibir merah Jisoo.

Kakinya melangkah menuju sang pria yang sedang berbincang dengan resepsionis. "Hai tuan Min, apakah malam ini kau berencana menginap disini?" Jisoo mengeluarkan pertanyan dengan wajah sinisnya. Terkesan meledek lawan bicara yang saat ini melongo melihat kehadiran Jisoo.

"Dengan wanita mana?" Jisoo tersenyum penuh kemenangan. Min Yoongi, satu-satunya saingan Jisoo dalam pencalonan walikota Seoul itu bungkam. Pria hidung belang tukang bermain wanita itu diam seribu bahasa. Merasa dirinya tertangkap basah oleh sang lawan.

Jisoo kemudian berjalan menjauh dari Yoongi. Kali ini dirinya merasa diatas awan, menang dari pria pucat itu. "Berikan aku kuncinya." Yoongi berucap pada resepsionis kemudian berjalan mengejar Jisoo. Langkahnya dibuat agak lebar agar bisa sejajar sengan wanita itu.

"Lantas kau sedang apa disini? Sudah bermain dengan siapa?"

Skakmat!

Yoongi berhasil membalik keadaan. Saat ini Jisoo yang dibuat bungkam. Keadaan seimbang, keduanya punya kartu as masing-masing.

"Tunggu disini sebentar." Yoongi kemudian melangkahkan kakinya menuju seorang gadis. Terlalu polos untuk dijadikan simpanan dari seorang Yoongi. Karena Yoongi biasanya menyukai tipe wanita pembangkang dan agresif.

Yoongi seperti sedang membujuk gadis itu, hingga akhirnya sang gadis pergi. Entah kemana, diantar oleh bodyguard Yoongi.

Pria pucat dengan rambut berwarna abu itu kembali pada posisi Jisoo berada. Menarik lengan wanita itu dengan sedikit tergesa. "Ikut aku, kita perlu bicara. Jangan sampai ada yang melihat keberadaan kita." Ucap Yoongi dengan suara pelan, bahkan nyaris tidak terdengar.

"T-tapi aku—" belum selesai dengan ucapannya, Yoongi memotong kalimat Jisoo. "Jangan menolak. Atau akan ada yang melihat keberadaan kita berdua, di hotel." Ancam Yoongi. Hingga akhirnya kedua manusia itu berjalan sambil mengendap-endap.

Ineffable [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang